10. Calon Nyonya Bratadikara

10.7K 1.5K 137
                                    

Belum jugakah kau menyadarinyaAkulah yang pantas untuk kau cintai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Belum jugakah kau menyadarinya
Akulah yang pantas untuk kau cintai

🎵🎵🎵

||Apa Artinya Cinta?||
-Ari Lasso feat Melly Goeslaw-

❤️❤️❤️


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sekitar beberapa menit berselang, kami sampai di salah satu hotel bintang empat. Segala yang berkaitan dengan Seno adalah sebuah kemewahan. Kami disambut oleh staf hotel dan diantar menaki lift. Kami tiba di restauran yang berada di rooftop hotel. Matahari mulai tenggelam dan langit berwarna biru gelap. Lampu-lampu di sekitar restoran mulai dinyalakan. Restoran di rooftop ini dikelilingi kaca sehingga pengunjung dapat melihat hamparan kota.

Setelah duduk berhadapan dengan Seno, seorang pramusaji datang. Seno memesan teh dan dimsum untuk kami. Sedangkan aku memperhatikan sekitar. Sudah pasti tidak terlalu ramai. Magrib, malah di luar. Seno tak takut dibawa setan?

"Aku lupa kapan ngeliat matahari terbenam," tuturnya, seraya memandang tembok kaca di arah barat.

Aku turut memandang ke arah pandangan Seno.

"Indah, ya," yakinnya, melihat ke arahku dan mengulas senyum.

Aku merapatkan bibir. "Tiap pulang kerja, aku liat matahari terbenam, Om."

"Kalo nggak ada masalah laporan, jam lima sore, aku udah pulang. Kalo ada selisih barang atau laporan keuangan, kadang jam setengah enam baru pulang. Mana arah rumah aku ke barat kayak mengejar matahari," paparku.

Seno terkekeh kecil. "Paginya juga natap matahari pagi, ya?"

"Selalu," jawabku.

Tawa lirih Seno tercetus. Papaku keturunan Tionghoa dan mamaku wanita Sunda. Mereka berkulit terang sehingga kulitku juga lebih putih. Namun tetap saja, paparan sinar matahari membuat kulitku belang. Makanya aku selalu berpakaian rapat jika berangkat kerja.

"Gosong aku tuh, hampir tiap hari kenak tanning skin alami. Belang juga."

"Nggak. Kamu cantik."

Seketika aku memandang kedua mata Seno. Aku beberapa kali berpacaran dan mantan-mantanku pernah memujiku. Namun saat pujian itu datangnya dari mulut Seno, ada perasaan asing yang menyeruak di dadaku. Wajahku terasa panas dan aku tak dapat menahan senyum lebih lama. Wajahku tertunduk dan tawa kecilku lolos.

"Makasih," jawabku.

Ketika kepalaku terangkat, dua pramusaji datang dan menghidangkan teh juga dimsum pesanan kami. Setelah kami mengucapkan terima kasih, mereka pun berlalu. Melihat Seno mengambil cangkir teh, aku melakukan hal yang sama. Perpaduan rasa manis dan sepat dari teh memang nikmat. Aku pun terbuai oleh aroma harumnya.

Seno menaruh kembali cangkirnya sebelum berkata, "Belang itu eksotis. Banyak disukai orang. Contohnya harimau." Kekeh pria itu terlontar.

Aku memasang wajah cemberut. Mengambil sumpit, aku mencapit dumpling dan memakannya dengan lahap. Inginku mengunyah Seno yang baru saja mencetuskan joke bapak-bapak!

 Inginku mengunyah Seno yang baru saja mencetuskan joke bapak-bapak!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Terimakasih sudah baca. Vote dan komentar setelah baca. Tunggu next part, ya. ❤️

17 Des 2020

SenoRitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang