2 bulan kemudian
Joanna terlihat tengah sibuk mengeringkan handuknya di ruang tamu setelah menelpon adik sepupunya yang merangkap sebagai sekertaris pribadinya di kantor.
Dia bermaksud meminta tolong agar besok di kosongkan jadwalnya karena dia ingin menemani Amanda melakukan check up kandungannya di trimester yang terakhir ini.
Setelah menutup teleponnya Joanna lanjut mengeringkan rambutnya dan duduk di sofa ruang tamu sembari menunggu Amanda turun.
Padahal biasanya Joanna paling tidak bisa jika harus berpisah dengan Amanda. Paling tidak. Amanda harus selalu berada dalam jangkauan penglihatannya.
Namun kali ini dia lebih memilih menunggu dengan menyaksikan tayangan acara kesukaannya di salah satu channel tv luar tanpa rasa curiga sama sekali.
***
Sedangkan Amanda terlihat tengah sibuk memilih dress di kamarnya. Dia ingin terlihat sempurna di depan Joanna yang akan mengajaknya dinner nanti.
Saking sibuknya dia tak memperhatikan dress nya berhamburan di lantai kamarnya. Dia terus saja mencoba dress mana yang cocok ia gunakan.
Setelah mencoba beberapa dress Amanda belum juga menemukan yang sesuai dengan keinginannya.
Amanda bermaksud ingin mengambil satu lagi dress kesukaannya di lemari.
Bugh..
Namun karena kurang hati-hati Amanda justru terpeleset sendiri. Bagian samping perutnya sedikit terbentur lantai kamarnya. Kepalanya pun ikut terantuk pinggiran ranjang kayunya. Yang membuatnya sangat pusing.
"Yatuhan..sakit sekali..arghh..". Amanda merintih merasakan sakit luar biasa pada bagian perutnya. Dia memegangi perutnya dan berusaha untuk bangun.
Saat di lihat ternyata keluar air ketuban dari cela pahanya. Dia merintih meminta tolong namun perutnya terasa sangat sakit. Di bagian pinggangnya terasa sangat nyeri.
Dengan sekuat tenaga Amanda berteriak meminta tolong. Namun sepertinya Joanna yang berada di ruang tamu tak bisa mendengar suaranya karena kalah oleh volume suara tv yang sengaja Joanna besarkan.
Dalam hati dia berdoa semoga saja dia dan bayinya tak apa-apa. Karena terlalu lama menahan sakit luar biasa di perutnya. Penglihatannya mulai buram dan semakin lama semuanya terasa gelap..
***
Setelah satu jam lebih menunggu, Joanna yang mulai bosan pun memilih menyusul Amanda di kamarnya.
Cklekk..
"Kamu lama ba-.. AMANDA!! Astaga ya Tuhan.." Joanna tak melanjutkan ucapannya ketika dilihatnya Amanda tak sadarkan diri karena pendarahan yang dialaminya membuatnya kehilangan banyak darah. Dia berlari menghampiri tubuh Amanda.
"Hey wake up..please. Ayolah bangun. Amanda hey.." dengan panik Joanna menepuk pelan pipi Amanda berusaha membangunkan nya. Namun usahanya nihil tak membuahkan hasil.
Dengan kalut Joanna berdiri dan menggendong tubuh Amanda yang lebih kecil dari tubuhnya.
Menidurkannya di jok penumpang belakang dan segera memacu mobilnya kerumah sakit.
Tak dipedulikannya klakson yang terus dia bunyikan kala melihat pengendara yang menurutnya lamban. Tak dihiraukannya pula umpatan dan sumpah serapah yang di tujukan padanya.
Hatinya kacau, perasaannya kalut melihat Amanda seperti ini. Dengan bodohnya tadi kenapa dia tak menemani Amanda saja di kamarnya.
Air matanya turun deras. Ketakutan begitu menghantuinya saat ini. Dia ingin berteriak marah. Dia marah pada dirinya sendiri yang dengan bodohnya tak curiga sama sekali karena Amanda berada di kamar terlalu lama.
Setelah sampai di Rumah Sakit, Joanna segera turun dan menggendong Amanda ke IGD.
"Suster tolong teman saya. Jangan hanya melihat !!. Kalian fikir ini tontonan hah !! . Cepat suster !.." Joanna berteriak kalap saat dilihatnya beberapa perawat yang hanya terdiam menyaksikannya menggendong Amanda masuk kedalam.
Dengan perasaan kalut dan cemas menjadi satu Joanna hanya mampu berdoa kepada Tuhan semoga Amanda dan bayinya selamat.
Dia tak akan memaafkan dirinya sendiri bila terjadi sesuatu pada keduanya.
Joanna masih terus menangis. Dia sangat takut. Rasa takut kehilangan membuat air matanya tak kunjung mereda. Justru dia semakin menangis kala mengingat bagaimana keadaan Amanda saat dia menemukannya pingsan dikamarnya.
"Aaarrgghhh.." bugh..
Tanpa sadar Joanna berteriak meninju tembok di sampingnya. Hatinya begitu sakit. Dia terus saja memikirkan kamungkinan terburuk yang akan menimpa Amanda nanti..
Tbc.
Sorry feelnya gak dapet ya? Maafkeun author 😢
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Won't Let Go (gxg) (Completed)
Romanceketika pertemuan yang tak pernah di sengaja mampu mengubah segalanya