Another Crazy Thing

35.8K 2.7K 84
                                    

"Selamat pagi, Granny. Mana Stephanie dan Savannah? Mereka tidak menemanimu sarapan?," tanya Daniel.

"Mereka sudah pergi...jalan-jalan. Tapi, Stephanie bilang akan ke rumah Ayahnya dulu. Baru jalan-jalan." Nenek Daniel menatap perubahan raut muka Daniel.

Daniel melepaskan helaan napasnya pelan. Lebih terdengar seperti dengusan.

"Stephanie... " Daniel mengetukkan jarinya ke meja makan.

"Nenek sudah bicara dengannya. Tapi sepertinya...Stephanie sangat menyayangimu. Dia...entahlah. Gadis itu bahkan tidak bisa ditentang, dia sangat manis. Mengangguk patuh tapi...tetap saja dia melakukan apa maunya. Aah...dia itu..." Nenek Daniel tertawa geli.

"Aku...bingung. Menentangnya akan membuatnya terluka. Dan kalau itu terjadi...sedikit saja...maka...dia bisa melakukan apapun. Menyakiti dirinya."

"Mengikuti semua kemauannya juga tidak lebih baik Danie. Itu sama saja...tidak mendidiknya."

Daniel mengangguk.

"Aku bahkan tidak bisa membayangkan dia menjadi istriku." Daniel berujar lirih seakan bicara pada dirinya sendiri.

"Granny menjadi takut. Bisakah kau masuk dalam hidupnya?" Daniel menoleh pada Neneknya dan mengusap punggung tangan wanita tua yang sangay berharga untuknya itu.

"Melepasnya juga lebih membuatku takut, dia akan hancur...lebih dari diriku sendiri, Granny."

"Kau sangat mencintai gadis itu ya?" Daniel sambil tersenyum tersenyum mendengar Neneknya berkata seperti itu.

"Aku jatuh cinta bersama dengan ketakutan dan rasa rendah diriku, Granny."

"Berjuanglah hingga kau tak lagi sanggup melakukannya. Kalau saat itu harus tiba...saat kau tak lagi mampu berjuang, serahkan semua pada Tuhan. Biarkan Tuhan yang membereskan semuanya."

Daniel mengangguk.

"Makanlah sarapanmu. Nenek akan ke perpustakaan sebentar." Daniel mengangguk dan menatap Neneknya yang berdiri dan melangkah pelan ke arah perpustakaan di sayap kanan rumah.

Daniel menghela napas.

Daniel memutuskan menikmati sarapannya dan menyelesaikannya cepat. Setelah sarapan Daniel memilih mengurung diri di ruang kerjanya. Menuangkan beberapa ide ke dalam komputernya. Paling tidak, hal itulah yang selalu bisa mengalihkan dunianya sejenak dari Stephanie dan segala...kegilaannya.

Daniel menghela napas dan menggigit pensil di tangannya. Stephanie terlihat begitu penurut namun melakukan segala sesuatu yang menjadi kehendaknya dengan...tanpa berpikir ulang lagi. Lalu ketika Daniel terlihat tidak menyukai tindakannya, maka Stephanie akan berdiam diri dengan wajah merasa berdosa dan menghiba.

Oooh...lalu bagaimana Daniel akan marah kalau sudah seperti itu? Tidak akan pernah bisa.

Daniel melemparkan pensilnya ke meja. Meraih ponselnya dan mencoba menghubungi Stephanie.

Daniel menggeram ketika Stephanie bahkan tidak mengaktifkan ponselnya. Lalu ketika dia mencoba menghubungi Savannah, dering ponsel Savannah terdengar nyaring dari ruang tidur tamu.

Daniel terbatuk pelan. Dia merasa kurang sehat karena terlalu pening memikirkan Stephanie dan segala kelakuannya. Memanjakan keluarganya, Granny dan Savannah...itu seakan membuat Danie merasa terbeli.

Ya Tuhan...

Daniel menghela napasnya kasar. Kelak...andai hubungan mereka berakhir di pelaminan, seperti yang selalu Stephanie minta...apa yang akan di lihat masyarakat sekitarnya adalah, betapa dia menumpang kekayaan keluarga Stephanie, mengingat Daniel bukanlah siapa-siapa. Hanya karyawan yang kebetulan berotak jenius yang mengais rejekinya dari dinasti Leandro.

STEPHANIE : MY PERVERT GIRLFRIEND (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang