Lantunan lagu dari speaker mengisi ruangan yang di penuhi oleh orang-orang yang sedang bersantai, menikmati pesanan mereka masing-masing. Skalyn hanya duduk menikmati ice chocolate dan juga spaghetinya yang ia pesan tadi. Anton pun juga menikmati moccachino dan juga roti bakar yang ia pesan tadi. Mereka duduk di pinggir cafe dekat dengan jendela kaca cafe itu. Tak ada satu pun yang membuka suara. Awkward. Itu lah yang menggambarkan suasana mereka saat ini.
Anjir! Sepi amad, berasa lagi berduaan ama tembok batin Anton. Anton sedang mencari topik pembicaraan yang tepat, namun sedari tadi ia tidak menemukan topik apapun.
Tiba-tiba ia melihat air turun dari atas langit. Hujan dengan deras membasahi jalanan dan orang-orang yang sedang berlalu-lalang.
"Hujan" gumam Skalyn yang masih terdengar oleh Anton. Anton menoleh padanya. Ia melihat Skalyn yang sedang menikmati pemandangan hujan lewat jendela kaca sambil tersenyum.
Senyuman yang manis batin Anton. Kata-kata itu yang terlintas di batin seorang Anton. Tanpa ia sadari, Anton melihat ke arah Skalyn sambil tersenyum, tatapannya fokus pada senyuman Skalyn yang manis itu.
Merasa di perhatikan, Skalyn menoleh ke Anton. Skalyn mengerutkan keningnya, ia bingung kepada Anton yang senyum-senyum sendiri gak jelas sambil melihat ke arahnya.
"Woy! Ngapa liatinnya gitu amad? Ada yang aneh?" Ucapan Skalyn membuyarkan lamunan Anton. Ia kembali ke dunianya.
"Eng-enggak, gapapa lu cantik kok" ucap Anton santai, sambil tersenyum pada akhir kalimat.
Seketika pipi Skalyn memerah, Skalyn tak tahu mengapa ia bisa blushing, setelah di bilang 'cantik' oleh Anton. Skalyn menundukkan kepalanya menyembunyikan pipinya.
Skalyn melanjutkan makanannya hingga habis. Menyisakan minumannya yang masih setengah. Memperhatikan hujan dari balik jendela kaca cafe. Membuat dirinya rileks. Menyadari langit gelap, ia langsung melihat ke arah jam di tangan kanannya.
"Eh, udah malem, anterin gw pulang ya" ucap Skalyn. Anton yang sedang memainkan ponselnya, langsung mengangkat kepalanya, melihat Skalyn yang sedang memasukkan handphonenya ke tas.
"Iyak iyak" ucap Anton. Skalyn dan Anton menghabiskan minumannya, dan pergi keluar cafe. Udara dingin langsung terasa oleh kulit Skalyn setelah ia keluar dari cafe.
Skalyn memeluk dirinya sendiri. Mengusap-usap tubuhnya. Anton berjalan ke arah mobil, sambil berlari tak peduli akan hujan yang membasahinya. Anton mengambil jaket yang berada di jok belakang. Setelah itu ia kembali ke Skalyn.
"Nih pake, biar gak kedinginan dan gak basah" Anton meletakkan jaketnya di pundak Skalyn.
"Makasih" ucap Skalyn singkat. Ia menatap retina mata Anton. Perasaannya aneh, jantungnya berdetak kencang.
"Yaudah yuk" ucap Anton, menyadarkan Skalyn. Anton merangkul Skalyn, membawanya ke mobil. Membukakan pintu Skalyn, dan ia masuk ke dalam mobil.
Setelah mereka sampai ke rumah Skalyn. Skalyn langsung turun dari mobil Anton. Setelah turun dan menutup pintu mobil. Skalyn langsung masuk rumah, karna hujan masih mengguyur daerahnya. Dari teras rumah Skalyn berteriak. "Makasih udah anterin gw!"
Anton hanya mengangkat ibu jarinya dan melaju ke luar komplek. Skalyn baru menyadari jika jaket Anton masih berada di pundaknya. Namun mobil itu sudah melaju sangat jauh. Besok gw balikin deh batin Skalyn.
Skalyn masuk ke rumahnya. "Skalyn pulang!" Teriaknya namun tak ada yang menjawab.
"Hai non Skalyn" sapa bi Heni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess VS Prince
Ficção Adolescente"Lu itu Bad Boy... Yakali gw bakal suka sama cowo kayak lu! Ngaca dong" ucap Skalyn sambil menunjuk-nunjuk wajah Anton "Oh... jadi gak suka cowo Bad boy? Sini gw bikin lu jadi suka sama Bad Boy di hadapan lu ini" balas Anton dengan pedenya "Coba aja...