CHAPTER 4

15.1K 772 9
                                    


Perhatian : Cerita ini hanya fiktif belaka dan murni imajinasi penulis. Cerita ini hanya bersifat hiburan dan tidak terjadi dalam kehidupan nyata. Harap menjadi pembaca yang bijak. :)


Selamat Membaca..

Tanpa mempedulikan heelsnya yang tampak mengenaskan, Eliza berjalan kedepan tanpa menggunakan alas kaki untuk siap memulai presentasi.

Pria dengan wajah oriental yang khas itu, sejak tadi memperhatikan gerak gerik Eliza sambil tersenyum. Wanita yang menarik. Sepanjang presentasi gadis itu tampak tidak terganggu dengan penampilannya, ia bahkan dengan sangat percaya diri menjawab segala masukan yang diberikan.

"Sungguh melegakan kau bisa mempresentasikan semuanya dengan baik." kata Mr. Michael saat rapat telah selesai. 

"Terima kasih." Eliza mengehela nafas lega saat semua rencana kerja sama berjalan dengan baik. Perusahaan Eliza akan sangat diuntungkan dengan kerja sama ini karena produksi yang dipesan oleh klien ternyata lebih dari ekspetasi mereka. Setidaknya harinya tidak terlalu buruk, pikirnya.

****

"Sudah kuselesaikan dengan baik" Pria tinggi dengan kulit pucat tampak masuk kesebuah ruangan.

"Tidak taukah kau cara mengetuk pintu?" sahut seorang pria yang sedang duduk disebuah kursi besar. Ruangan ini adalah miliknya. Ruangan besar dengan warna dominan abu-abu dan nuansa elegan yang kental. 

"Laporan hasil rapatnya akan segera kau dapatkan, itu sedang dikerjakan oleh manager operasionalmu." kata pria yang sedang duduk dengan wajah acuh kepada sang pemilik ruangan.

"Aku sudah mendapatkan laporan lainnya lebih dulu, apa kau tidak punya uang untuk sekedar membeli jam? Kau terlambat 30 menit dari waktu kesepakatan." seru sang pemilik ruangan. 

"Sorry, kau tahu 'olahraga' malam itu melelahkan." jawab pria itu dengan tertawa.

"Aku tidak mau tau berapa lama kau habiskan waktumu untuk 'berolahraga', kau adalah bawahanku disini jadi sadarlah."

"Woo, kau tidak berubah Daniel. Hanya mendengar perkataanmu saja seperti melelehkan gendang telingaku."

Pria bernama Daniel itu hanya diam, menghiraukan ocehan yang menurutnya tidak bermutu dari pria dihadapannya.

"Tapi, kalau aku tau klien kita adalah wanita cantik seperti tadi aku tidak akan datang terlambat." Daniel hanya diam tidak mempedulikan, ia tahu seleranya dengan pria di depannya ini berbeda. Daniel yakin lansia dengan make up pun akan terlihat cantik dimata pria itu.

"Kalau kau kemari hanya untuk memberitahu itu padaku sebaiknya kau kembali bekerja, jika pekerjaanmu buruk aku pasti akan memotong gajimu tanpa mempedulikan hubungan kita." kata Daniel. 

Pria itu memilih mengalah dan segera meninggalkan ruangan Daniel sebelum ia ditelan hidup-hidup.    

****

Akhir pekan adalah waktu yang selalu dinanti dan disukai banyak orang, karena pada akhir pekan mereka dapat beristrirahat sejenak lepas dari rutinitas yang melelahkan. Banyak hal yang dapat dilakukan diakhir pekan, berkumpul bersama keluarga atau teman, berlibur keluar kota, pergi melakukan aktifitas menyenangkan, atau hanya sekedar diam di rumah sambil menonton TV. Itulah yang tengah dilakukan Eliza, saat akhir pekan memang bukan sesuatu yang istimewa baginya.

Sekarangpun ia hanya duduk di depan TV mengotak-atik remot sambil ditemani secangkir teh, ia masih sering pusing dan merasa cepat lelah. Ia akan beristirahat dirumah hari ini, putusnya. Rumah mereka pada hari kerja dan akhir pekan tidak ada bedanya, selalu sepi.

Alexis kemarin pergi ke Indonesia untuk urusan bisnis yang tidak ada akhirnya, Ben sibuk dengan jadwal operasi, Carmelo dan Darren juga sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Sungguh membosankan, andaikan ia punya saudara perempuan. Sekarang mereka pasti sedang di Mall berbelanja baju bersama, pikir Eliza.

Lamunan Eliza buyar saat mendengar handphonenya berbunyi.

"Natasha, apa kabar?" Serunya saat melihat nama penelpon.

"Eli, aku baik. Ku harap kau juga dalam kondisi baik, apa yang sedang kau lakukan?"

"Aku sedang duduk dengan bosan dirumah."

"haha. Aku sedang berada di New York, ayo bertemu. Ku tunggu di Sawgrass Mall."

"Tentu, aku akan kesana. Sampai bertemu."

Sepertinya akhir pekan ini akan menyenangkan. Dilupakannya rasa sakit kepala itu, ia segera beranjak ke kamar dan bersiap. Eliza akan bertemu seorang teman disebuah Mall. Natasha teman Eliza, mereka bertemu saat masih bersama-sama di panti asuhan. Namun Natasha lebih dulu diadopsi dan dibawa ke Singapura oleh orang tua angkatnya.

Eliza turun dari taksi saat sampai ditempat tujuan. Udara yang cukup dingin membuat Eliza merapatkan jaket yang ia kenakan. Sekarang memang sedang musim gugur, cuaca akan semakin dingin menjelang musim dingin nanti.

Saat berjalan Eliza merasa sakit di kepalanya semakin menjadi, kini bahkan ditambah dengan sakit dibagian perutnya. Mungkin ia harus istirahat sejenak, Eliza melihat deretan kursi di depan sebuah butik. Ia berjalan kesana, belum sempat ia duduk dikursi itu Eliza jatuh tersungkur. Ia melihat orang banyak mengerumuninya sebelum gelap menghampiri kesadarannya.

****

"Kau sudah berjanji akan menemani mom akhir pekan ini, kau ingat ?" 

Daniel mendengus, setiap akhir pekan ibunya akan selalu datang dan mengacaukan segalanya.

"Bukankah mom sebaiknya menghabiskan waktu bersama dad? Aku bisa mengurus diriku sendiri." Ritual akhir pekan akan selalu seperti ini, entah bertemu wanita-wanita pilihan ibunya atau hanya sekedar menemani berbelanja. 

"Mom menunggumu di butik seperti biasa, kau harus datang dalam 10 menit!"

"Mom, hello... Mom? Akkkhhh. sial!" Daniel segera mengambil kunci mobil, sebelum ia dicoret dari daftar ahli waris. 

Beruntung Daniel punya kemampuan mengemudi yang baik, Bugatti Veyron yang ia kemudikan sukses membelah kota New York dengan kecepatan luar biasa. Ia tiba sebelum waktu lebih dari 10 menit. 

Daniel disambut oleh seorang pegawai saat ia memasuki butik itu. Pegawai bahkan pemilik butik ini sudah sangat kenal dengan Daniel dan momnya. Saat akhir pekan mereka akan menyempatkan diri berbelanja dibutik ini, walaupun Daniel lebih suka dengan desain perancang terkenal ia juga tidak keberatan saat ibunya memilihkan pakaian dari tempat ini. 

Pemilik butik ini, seorang wanita muda yang dari gerak-geriknya terlihat sangat menyukai Daniel. Mungkin setiap akhir pekan orang-orang diseluruh penjuru New York ingin menghabiskan uangnya dengan membeli baju. Butik ini terlihat sangat ramai, tapi ibunya tidak nampak diantara banyak pembeli itu. 

Daniel mengambil handphone dan memutuskan menghubungi ibunya.

"Mom, kau dimana?" Seru Daniel. 

"Mom sedang berada dirumah sakit, segeralah kesini."

****

PS: Jangan lupa vote dan komentar, sampai bertemu di chapter selanjutnya.. 

BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang