Perhatian : Cerita ini hanya fiktif belaka dan murni imajinasi penulis. Cerita ini hanya bersifat hiburan dan tidak terjadi dalam kehidupan nyata. Harap menjadi pembaca yang bijak. :)
Selamat Membaca..
Eliza merasakan tatapan tidak suka dari saudara-saudaranya pada wanita yang sedang duduk disampingnya. Wanita yang memperkenalkan dirinya Christina Russel itu datang dengan maksud untuk memastikan keadaan Eliza baik-baik saja, ia mengaku bahwa ialah yang membawa Eliza ke rumah sakit.
"Aku senang melihatmu baik-baik saja."
Eliza menatap tangannya yang sedang digenggam oleh Christina. Genggaman wanita itu membuat hati Eliza terasa hangat. Sejak kecil Eliza tidak pernah merasakan bagaimana rasanya mempunyai seorang ibu, saat kecil ia selalu bertanya di mana ibu mereka kepada saudara-saudaranya namun mereka selalu bungkam dan memilih pergi atau mengalihkan pembicaraan.
"Terima kasih Christina." kata Eliza dengan tulus.
"Bagaimana kandunganmu? Aku sangat cemas, aku tidak tahu yang ku tolong ternyata seorang wanita yang tengah hamil." jawab Christina sambil tersenyum.
"Yah, aku dan dia baik-baik saja. Semua berkatmu." Eliza mengelus perutnya lembut, ia tidak tahu harus bersikap bagaimana.
"Aku tidak melakukan apapun. Kau harus menjaganya dengan baik, ku harap dia akan lahir menjadi anak yang hebat. Suamimu sudah datang?" Christina menatap Ben, Carmelo, dan Darren yang sejak tadi hanya diam duduk di sudut ruangan.
Eliza tidak tahu harus menjawab apa. Ia bahkan tidak tahu dimana keberadaan pria brengsek yang telah menghamilinya sekarang.
"Kami saudaranya." Jawab Ben. Ia tahu adiknya pasti sedang bingung untuk menjawab pertanyaan Christina.
"Ku harap suamimu segera datang, kau pasti butuh dia di saat seperti ini." Eliza hanya tersenyum menatap Christina.
"Aku adalah orang tua tunggal." Jawab Eliza akhirnya.
****
Hari ini Eliza memutuskan untuk kembali bekerja setelah 2 hari yang lalu ia diizinkan keluar dari rumah sakit. Tentu saja dengan segala ceramah dan larangan dari saudara-saudaranya yang melarang dirinya untuk bekerja.
Eliza cukup terkejut saat Alexis sama sekali tidak berkomentar berlebihan mengenai kejadian ini. Sekarangpun saudara tertuanya itu memilih diam sambil menyetir.
"Terima kasih, aku akan menghubungimu saat pekerjaanku sudah selesai."
"Jaga dirimu, kau harus memikirkan dia juga." Eliza mengikuti tatapan Alexis yang sedang melihat perutnya yang belum membesar.
"Tentu."
"Dan, jauhi wanita bernama Christina Russel itu." Eliza menghentikan gerakan tangannya saat akan membuka pintu mobil. Ada apa? Kenapa ia harus menjauhi wanita sebaik Christina. Tanpa bertanya apapun Eliza hanya mengangguk dan bergegas keluar dari mobil sebelum ia terlambat.
Sudah lebih dari seminggu Eliza absen dari kantor, pekerjaan yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya terpaksa dilimpahkan kepada Clara. Beruntung gadis itu tidak keberatan sama sekali, Eliza sangat bersyukur mempunyai teman dan rekan kerja seperti Clara. Ia juga secara rutin selalu mengunjungi Eliza saat masih di rumah sakit.
"Kau benar-benar sudah pulih?"
"Tentu, aku sudah sangat siap untuk bekerja. Terima kasih untuk bantuanmu seminggu ini Clara."
"Ahh, kau tidak perlu seperti itu. Hanya jangan lupa traktir aku makan siang." Eliza hanya tersenyum menanggapi ocehan Clara.
"Ms. Delaney kau harus menemui Mr. Michael di ruangannya. Beliau ingin bertemu denganmu."
"Oke, terima kasih Mr. Bryson" Eliza segera bergegas menuju ruangan Mr. Michael yang berada satu lantai di atas ruangannya.
****
Disinilah Eliza berada, Russel Dixon City Group. Mr. Michael mengatakan ia diminta datang langsung oleh CEO perusahaan ini untuk membicarakan masalah kontrak kerja sama mereka.
Awalnya Eliza merasa heran, kenapa bukan Mr. Michael yang adalah atasannya sendiri yang datang. Ia hanya seorang karyawan biasa yang terlibat dalam proyek kerja sama ini.
Eliza melangkah dengan percaya diri menuju lobi kantor, ia tidak mungkin menolak untuk datang kedua kalinya ke perusahaan besar seperti ini. Mungkin memang ada yang perlu didiskusikan dan Mr. Michael sudah berpesan agar jangan sampai lengah dan membuat kontrak kerja sama ini batal.
"Selamat siang, ada yang bisa kami bantu?" sapa seorang resepsionis.
"Aku Elizabeth Delaney perwakilan dari Golden Inc. Aku punya janji dengan CEO Russel Dixon City Group." jawab Eliza.
"Tunggu sebentar kami akan mengkonfirmasi kedatangan Anda dengan sekretaris Beliau."
Tidak lama Eliza menunggu, setelah beberapa menit yang lalu wanita itu telihat sedang menelpon kini ia diarahkan untuk menuju lantai 20 tempat dimana ia bisa bertemu dengan sang CEO.
"Anda Ms. Delaney?" Eliza disambut oleh seorang wanita dengan rambut pirang, disebelahnya berdiri seorang wanita lagi berkaca mata dan seorang pria. Ahh, perusahaan sebesar ini tentu perlu lebih dari satu sekretaris, pikir Eliza.
"Ya, aku perwakilan dari Golden Inc."
"Beliau sudah menunggu anda, silahkan." Eliza mengikuti si rambut pirang tadi saat ia mengantarnya menuju sebuah pintu besar berwarna hitam.
"Terima kasih." Ucap Eliza saat gadis pirang tadi membukakan pintu baginya.
Eliza sudah pernah memasuki ruangan CEO di kantornya tapi ruangan ini sungguh luar biasa. Tidak terlalu besar tapi terlihat sangat mewah, suasana maskulin sangat terasa di ruangan ini.
Semua rasa kagum Eliza musnah saat melihat pria yang sedang duduk membelakangi sebuah lukisan tersenyum menatapnya. Pria brengsek yang sebulan lalu melemparkan kartu nama padanya dan menganggapnya tidak lebih dari seorang pelacur. Pria yang tidak ingin ditemuinya lagi seumur hidupnya dan juga adalah pria yang meninggalkan benih yang telah tumbuh dirahimnya kini.
"Selamat datang Ms. Elizabeth Delaney."
****
PS: Terima kasih sudah menunggu, Jangan lupa, kritik, saran, dan votenya. Sampai bertemu di chapter selanjutnya..
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY
RomanceWARNING [18+] Elizabeth Delaney hanya seorang gadis biasa yang mempunyai saudara-saudara luar biasa. Hidup tentram dan damai yang mereka bangun harus goyah saat Elizabeth bertemu Daniel Keshawn Russel seorang CEO muda nan arogan dan terikat...