Selamat Membaca
.
.
.
Plak!
Daniel merasa sakit di pipi sebelah kirinya yang memerah. Ia menatap pria yang berdiri dihadapannya, menatapnya dengan tatapan murka. Pria yang masih terlihat tampan dengan guratan-guratan halus di wajahnya yang mulai kentara. Mimik wajah berwibawa yang dapat membuat siapapun yang melihatnya merasa segan, mata biru yang masih terlihat tajam walaupun ditutupi bingkai kacamata. Daniel sangat mengenal mata biru itu, tentu saja, karena dialah yang mewarisinya saat ini. Pria itu adalah Matthew Wesley Russel, ayah Daniel.
Pagi ini Daniel berangkat ke Italia menemui ayahnya yang sedang mengurus bisnis keluarga mereka di sana. Sejak Daniel kuliah, orang tuanya memilih untuk menetap di Italia dengan alasan untuk pengembangan perusahaan yang berada di negara yang memiliki julukan negara spaghetti itu . Namun, tidak terasa hampir 10 tahun ayahnya tidak pernah menginjakan kakinya lagi di New York, hanya ibunyalah yang selalu rajin mengunjungi Daniel dengan berbagai alasan yang ibunya buat.
Pertemuan Daniel dengan Matthew bukanlah pertemuan mengharu biru karena telah lama tidak bertemu. Daniel masih sering mengunjungi ayahnya jika ada beberapa keperluan seperti saat ini.
Ayahnya sedang duduk di belakang meja kerja, saat Daniel memasuki ruang kerja ini. Pria lain diumur seperti ayahnya akan memilih melimpahkan pekerjaannya pada anak atau asisten kepercayaannya, tapi ayah Daniel lebih suka mengerjakan semua sendiri.
Saat Daniel mengutarakan maksud kedatangannya, Matthew hanya tenang mendengarkan keinginan anak tunggalnya itu untuk menikah, Daniel sudah dalam usia yang cukup untuk membangun keluarga baru. Ia juga sudah lelah mendengarkan keluhan istrinya mengenai Daniel yang selalu sibuk bekerja dan bermain-main dengan wanita tanpa berniat untuk menikah.
Namun, reaksinya berubah 180° saat Daniel mengatakan calon istrinya, seorang wanita bernama Elizabeth Delaney dan kondisinya sedang mengandung 3 bulan. Daniel dapat melihat tatapan marah ayahnya dan dalam sekejapan mata satu tamparan mendarat di pipi sebelah kirinya.
"Batalkan pernikahan itu!" seru Matthew.
"Apa?" tanya Daniel memastikan bahwa yang ia dengar bukanlah salah pendengarannya.
"Batalkan rencana pernikahanmu, aku tidak mengizinkan kau menikah dengan wanita itu." ulang Matthew. Daniel terlihat terkejut mendengar kata ayahnya. Daniel awalnya tidak berniat memberitahukan ayahnya tentang keputusannya untuk menikah. Semua ini ia lakukan karena paksaan ibunya dan kini ia amat menyesali keputusannya datang menemui sang ayah.
"Aku tidak akan pernah membatalkan rencana pernikahan itu." sahut Daniel mantap. Dia mulai berspekulasi bahwa ayahnya mungkin malu mempunyai menantu yang telah hamil diluar nikah.
"Apa masalahnya dad? Kita bisa melaksanakannya diam-diam agar pihak luar tidak tahu mengenai kondisi Eliza." sambung Daniel.
"Kembalilah ke New York dan tidak ada pernikahan." putus Matthew. Daniel yang mendengar keputusan ayahnya merasa amat marah, kedatangannya ke sini tidak memperbaiki keadaan sama sekali. Ia segera berdiri dan berniat pergi dari sini.
"Aku akan tetap menikahi Eliza, dengan ataupun tanpa restu dad." tegas Daniel sebelum ia melangkahkan kaki keluar dari tempat itu.
****
"Eliza, seorang pria bernama Carmelo mencarimu." seru Thomas pada Eliza, saat melihat wanita itu di dapur sedang beristirahat.
"Baik, terima kasih Thomas." Eliza segera masuk ke bagian dalam restoran, tempat Carmelo menunggunya. Di sana Carmelo duduk mengenakan pakaian kasual dengan kaus berwarna hitam dan celana jeans biru tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY
RomanceWARNING [18+] Elizabeth Delaney hanya seorang gadis biasa yang mempunyai saudara-saudara luar biasa. Hidup tentram dan damai yang mereka bangun harus goyah saat Elizabeth bertemu Daniel Keshawn Russel seorang CEO muda nan arogan dan terikat...