CHAPTER 13

11.1K 814 51
                                    

Selamat Membaca

.

.

.

"Aku memutuskan untuk menikah."

Kalimat yang diucapkan Eliza, membuat saudara-saudaranya yang sedang menikmati makan malam langsung menatapnya, namun semuanya diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Bagaimana tidak, setelah adik mereka menghilang di tempat kerjanya tanpa ada kabar, keempat kakak Eliza langsung berpencar mencari keberadaannya yang seolah tanpa jejak dan malam ini Eliza pulang dengan keadaan selamat bersama seorang pria bernama Daniel Keshawn Russel.

Bukan sambutan hangat yang diterima Eliza saat ia sampai di rumah, namun tatapan tajam dan membunuh yang diberikan saudara-saudaranya kepada pria yang berdiri di sampingnya. Daniel yang mungkin merasa bahwa keberadaannya tidak begitu diterima di rumah ini segera pamit pulang. 

"Pria itu yang menghamilimu?" Alexis sebagai kakak tertua membuka suara memecah keheningan yang terjadi diantara mereka. Eliza yang diberi pertanyaan seperti itu memilih diam sambil menatap makan malam mereka dengan tidak berselera, badannya terasa sangat letih dan kepalanya tidak berhenti berdenyut sejak tadi.

"Eliza?" Darren yang berada di sebelah kanan Eliza, menggenggam tangan adiknya yang terlihat pucat. Eliza akhirnya hanya dapat mengangguk pelan membenarkan pertanyaan Alexis. 

"Kau yakin dengan keputusanmu?" tanya Ben. 

"Aku melakukannya untuk melindungi anak ini." kata Eliza sambil menatap perutnya yang tampak sedikit membuncit. Usia kandungannya sedang berjalan 3 bulan dan Eliza sudah sering merasa kelelahan karena kehamilannya ini. 

Awalnya Eliza ragu untuk memberitahukan keputusan ini pada keempat kakaknya, tapi ia yakin mereka pasti akan memutuskan segala sesuatu yang terbaik bagi hidupnya.

"Kami sebenarnya tidak keberatan untuk menjaga anak ini, tapi keputusanmu menikah dengan pria itu, membuat kami tidak dapat mengajukan penolakan, terlebih semua ini untuk kebaikanmu dan anak kalian nanti." kata Alexis bijaksana.

Berbohong jika Alexis, Ben, Carmelo, dan Darren mengatakan mereka tidak sedih. Siapa yang ingin melepaskan adik yang mereka cintai untuk hidup bersama pria lain? Tapi, mereka sadar, bersikap egois akan membuat Eliza menderita, anak itu suatu saat akan tumbuh semakin besar, keberadaanya pasti diketahui banyak orang dan menjadi orang tua tunggal tentu akan menimbulkan citra buruk bagi Eliza.

"Kapan akan dilaksanakan?" Carmelo membuka suara.

"Minggu depan" jawab Eliza sambil menatap satu persatu saudaranya.

Jika tidak mengingat betapa kerasnya Daniel mempertahankan argumennya, bahwa pernikahan ini harus dilaksanakan secepat mungkin, agar tidak ada pihak lain yang mengetahui kehamilan Eliza, wanita itu ingin mendiskusikan semuanya bersama saudara-saudaranya lebih dulu.

Tentu saja orang seperti Daniel tidak ingin citra dirinya menjadi buruk dimata orang lain jika ia kedapatan menikahi seorang wanita hamil. Eliza sebenarnya ingin semua dilaksanakan minimal sebulan lagi, agar ia bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan keempat kakaknya, tapi semua itu langsung ditolak mentah-mentah oleh Daniel.

Memang sifat dasar Daniel yang egois, beradu mulutpun akan percuma. Bahkan ibunya sendiri tidak dapat mematahkan keputusan yang dibuat putranya itu. Mengingat ibu Daniel, membuat pipi Eliza memerah. Wajah wanita yang masih tampak cantik dengan kesan elegan yang menonjol itu tidak akan pernah dilupakan Eliza, terlebih dengan apa yang sudah terjadi beberapa jam yang lalu.

****

Flashback

"Daniel!"

BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang