CHAPTER 12

13.5K 816 53
                                    

Perhatian : Cerita ini hanya fiktif belaka dan murni imajinasi penulis. Cerita ini bersifat hiburan dan tidak terjadi dalam kehidupan nyata. Harap menjadi pembaca yang bijak. :)

.

.

.

Selamat Membaca.

"Kau baik-baik saja?" tanya Nolan. Ia sejak tadi memperhatikan Eliza yang terlihat pucat. 

Eliza hanya mengangguk lemah sambil memberikan senyuman sekilas pada pria yang sedang menyetir di sampingnya itu. Ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada Nolan, bahwa ia baru saja bertemu dengan pria yang merupakan ayah dari bayi yang sekarang dikandungnya. Lagipula sampai saat ini Eliza belum memberitahu Nolan kalau ia sedang mengandung. Hubungannya dan Nolan belum sejauh itu untuk saling berbagi 'aib' bersama. 

"Kau serius?" Nolan kembali memastikan wanita di sampingnya ini benar-benar dalam kondisi baik-baik saja.

"Tentu, mungkin hanya sedikit kelelahan." jawab Eliza akhirnya. 

Eliza menghembuskan nafas lega saat melihat Nolan kembali fokus menyetir. Pria itu begitu baik, lihatlah sekarang ia bahkan memaksa mengantar Eliza pulang saat melihat wanita itu tampak pucat sejak melayani tamu di ruang VIP 1. Eliza sudah menyiapkan beribu alasan untuk keempat kakaknya, ia berharap saudara-saudaranya dapat mengerti kenapa ia sampai harus diantar pulang oleh Nolan. 

"Terima kasih." kata Eliza sambil memperhatikan jalanan sekitar. New York dalam situasi apapun selalu terlihat ramai, entah pagi atau malam, bahkan saat sore hari seperti saat ini, padahal cuaca begitu dingin.

"Tidak perlu sungkan, aku hanya bertindak sebagai atasan yang baik." sahut Nolan, sambil menaikan suhu pemanas di mobil saat ia melihat Eliza mengeratkan scraft yang ia kenakan. Salju sudah mulai berjatuhan, pertanda sudah memasuki musim dingin. 

"Jadi kau juga berprofesi sebagai supir mereka?" tanya Eliza. Itu hanya candaan yang dilontarkan Eliza, ia tahu tidak mungkin Nolan akan mengantar setiap pegawainya, dalam setiap shift saja terdapat 11 orang pekerja termasuk koki dan kasir. Bayangkan jika Nolan akan mengantar mereka satu persatu, bukankah sebaiknya Nolan membuka usaha jasa antar daripada bisnis restoran. 

Nolan hanya tersenyum menanggapi candaan Eliza. Ia senang melihat wajah wanita itu kini tampak sedikit bersemu merah. Nolan sempat bertanya pada pegawai lain siapa yang ditemui Eliza di ruang VIP 1 tadi dan jawaban yang diterima Nolan hanya tamu itu adalah seorang pria. 

****

Hari ini adalah jadwal kunjungan Eliza ke rumah sakit untuk memeriksakan kondisi kehamilannya. Setelah adu argumentasi yang sengit kemarin akhirnya diputuskan bahwa Eliza tidak boleh mengulang kesalahannya lagi. Eliza tersenyum miris bila mengingat bagaimana keempat saudaranya sangat kokoh mempertahankan keputusan mereka bahwa Eliza tidak boleh lagi diantar oleh orang lain, walaupun itu bosnya sendiri. Maka di sinilah ia sekarang bersama Darren untuk memeriksakan kandungannya. 

"Apa gunanya kita punya Ben, kalau kau harus memeriksakan sendiri kandunganmu?" Darren membuka suara saat mereka tiba di rumah sakit. Eliza sebenarnya juga sependapat dengan Darren. Bukankah Ben juga dokter? pikir Eliza.

"Ben menyarankan agar aku diperiksa langsung oleh dokter ahli." sahut Eliza. Ia memilih mengikuti saran saudaranya itu, Ben pasti tahu yang terbaik untuknya. Lagipula Ben juga bukan seorang Obstetricians. Kunjungan ini juga tidak dilakukan setiap minggu, Eliza membatasi pertemuan bersama dokter setiap satu atau dua bulan sekali. Ia tidak mungkin sering melakukan konsultasi mengingat biayanya yang cukup mahal. Walaupun segala biaya ini ditanggung oleh Alexis dan Ben, mengeluarkan uang 886 USD (Rp.12.000.000) setiap bulannya juga merupakan pemborosan. 

BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang