CHAPTER 5

13.4K 916 25
                                    


Perhatian : Cerita ini hanya fiktif belaka dan murni imajinasi penulis. Cerita ini hanya bersifat hiburan dan tidak terjadi dalam kehidupan nyata. Harap menjadi pembaca yang bijak. :)


Selamat Membaca..


"Ada apa?" Tanya seorang wanita yang masih tampak segar diusianya yang menginjak 50 tahun. Ia melihat banyak kerumunan orang di depan butik yang sedang ia datangi.

"Seorang wanita muda pingsan." Jawab seorang pelayan butik yang datang dari luar.

Wanita tua itu segera berjalan keluar menghampiri kerumunan orang banyak. Saat dunia semakin berkembang, maka kepedulian tidak akan selaras dengan perkembangan yang terjadi. Orang-orang berkerumun hanya melihat wanita muda yang ternyata Eliza itu tergeletak sambil saling berkomentar menunjukan rasa simpati dan kasihan tanpa melakukan tindakan apapun.

Sambil menghubungi supirnya untuk mengantar mereka ke rumah sakit terdekat. Wanita itu memeriksa kondisi Eliza, wajahnya pucat dan darah segar tampak mencolok merembes di pakaian yang sedang dikenakan Eliza.

****

"Permisi, anda keluarga pasien? Dokter ingin bertemu untuk membicarakan mengenai kondisi pasien saat ini." kata seorang perawat dengan pakaian putih dan hijau sambil menghampiri wanita yang membawa Eliza ke rumah sakit.

"Maaf, tapi aku bukan keluargannya."jawab wanita itu.

Ahh, kecangihan teknologi sekarang bukan membuat semua semakin mudah malah sebaliknya, pikirnya. Saat ia ingin menghubungi keluarga Eliza, handphone wanita itu terlindungi password sidik jari yang membuatnya pusing sendiri. Beruntung kartu identitas Eliza berisi alamatnya dengan sangat lengkap.

"Mom?" Deniel datang ke rumah sakit yang disebutkan ibunya dengan segera. Ia bersyukur ibunya masih dalam keadaan selamat dan sedang berdiri memunggunginya saat ini.

"Daniel. Mom bersyukur kau ada di sini."

"Ada apa? Kau terluka?"

"Tidak, mom baik-baik saja. Seorang wanita muda pingsan dan mom membawanya ke rumah sakit."

"Anda sudah menghubungi keluarganya?" Intrupsi perawat tersebut.

"Supirku sedang menuju alamat gadis itu."

"Bukankah itu akan memakan waktu lebih lama? Kami hanya butuh seseorang yang bertanggung jawab terhadap pasien."

"Aku saja. Aku yang akan bertanggung jawab." kata Daniel, ibunya memang selalu mencampuri kehidupan Daniel, tapi pria itu tahu ibunya adalah seorang wanita dan ibu yang hebat. Ia tidak ingin ibunya terlibat masalah apapun, walaupun sebenarnya ibunya sendirilah yang biasa mencari masalah itu.

"Kau yakin?" tanya ibu Daniel.

"Tentu, tunggulah disini sampai Paul kembali." Daniel segera berlalu mengikuti perawat tersebut. 

****

Daniel mengikuti perawat yang tadi bersama ibunya masuk kedalam sebuah ruangan. Itu adalah ruangan seorang dokter, pikir Daniel pertama kali saat melihat pria dengan jas putih duduk dihadapannya.

"Silahkan duduk, aku Cartlon Doyle. Aku yang menangani Miss. Delaney. Anda suaminya?"

"Tidak, ibuku menemukannya pingsan. Aku yang akan bertanggung jawab sambil menunggu keluarganya tiba."

"Begitu, Miss. Delaney tampaknya mengalami kelelahan kerja dan tingkat stress yang tinggi. Hasil uji lab kami menunjukan kadar kafein dalam darahnya sangat tinggi, padahal itu akan beresiko bagi pasien apalagi yang tengah hamil."

"Hamil?" Daniel tidak dapat berpikir jernih, ia tidak mengerti situasi yang ia hadapi saat ini. Gadis yang ditolong ibunya ternyata tengah hamil dan artinya ia harus bertanggung jawab pada 2 kehidupan sekaligus, yaitu ibu dan bayi yang tengah dikandungnya.

"Usia kandungannya diperkirakan 5 minggu dan kehamilan pada usia dibawah 12 minggu adalah kondisi kehamilan yang paling rentan. Miss. Delaney hampir saja kehilangan bayinya, kami sedang berusaha menyelamatkan mereka. Saya memanggil anda kesini karena pasien butuh transfusi darah segera, tapi kami harus melihat daftar riwayat kesehatan pasien agar kami dapat melakukan penanganan dengan tepat."

"Boleh aku melihat pasien itu?"

"Tentu, pasien sedang berada diruang operasi. Silahkan anda memakai pakaian yang disiapkan agar ruangan tetap dalam kondisi steril."

Daniel berdiri mengikuti apa yang dikatakan dokter padanya, ia harus mengambil keputusan dengan segera untuk menyelamatkan 2 nyawa itu.

Daniel tidak pernah suka berada di rumah sakit suasana dan bau obat-obatan di mana-mana membuatnya merasa tidak nyaman, ia memilih memanggil dokter keluarga mereka secara pribadi saat ia sakit daripada harus berada di tempat ini.

Memasuki ruangan operasi membuat kepala Daniel pusing, bau obat-obatan tercium lebih menyengat, tapi semua perasaan tidak nyaman itu hilang terganti rasa terkejutnya saat melihat wanita yang tengah berbaring berbalut selimut biru itu.

Wanita yang membuatnya selama sebulan ini tidak bernafsu dengan wanita manapun. Wanita yang selalu ia pikirkan keberadaannya sambil berharap ia dapat bertemu kembali dengan wanita itu. Justin bahkan sampai mengira Daniel mengalami disfungsi ereksi (impotensi) karena atasannya itu terlihat jarang bersama wanita belakangan ini.

"Lakukanlah dan aku ingin ibunya menjadi yang paling diprioristakan untuk selamat."

****



PS : Gue tau partnya dikit, okee okee. Jangan marah-marah dong, mending kasi vote dan komentar karena itu bisa jadi penyemangat gue buat sering-sering upload. Sampai bertemu di chapter selanjutnya ..

BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang