"Kalau begitu aku pulang dulu ya."
Livvy merapatkan jaketnya dan keluar dari tempat kerjanya lewat tengah malam. Ia tidak bisa menghentikan uapannya dan tidak mampu mencegah rasa lelah menyergap tubuh mungilnya di akhir hari kerja yang berat. Tapi saat hembusan angin malam menerpa wajahnya, mau tak mau sepasang mata Livvy kembali melek. Langkah kakinya masih belum sempat membawanya menjauh dari jalanan yang remang-remang ketika ia dikejutkan oleh sebuah suara yang sama sekali tidak diharapkannya.
"Hello sweetheart, I miss you so much." Suara halus menggoda itu milik pria yang paling tidak ingin ditemui oleh Livvy, pria yang paling dibenci oleh gadis itu, pria yang membuatnya muak hanya karena ia membayangkan pria itu menyentuhnya lagi. Livvy harus menahan rasa muak dan juga amarah yang hampir memuncak keluar dari mulutnya saat ia berbalik untuk menatap pria itu lekat-lekat.
Maurice Serrault, pria asal Perancis yang dikenal Livvy beberapa waktu lalu saat dia berkunjung ke Café Sydney. Pria yang tidak pernah lelah mengejarnya sejak saat itu, pria yang tidak pernah berhenti mengajaknya berkencan. Pada awalnya, Livvy sama sekali tidak tertarik dan selalu mencoba menghindari Maurice, tapi sayangnya Maurice benar-benar sosok yang gigih dan tidak putus asa. Livvy tidak tahan menghadapi sikap gigih pria itu dan akhirnya setuju untuk berkencan dengannya. Kencan pertama mereka berlalu dengan sangat menyenangkan. Maurice sendiri pria dewasa yang tampan, dengan tubuh langsingnya yang kokoh dan tinggi, serta mata birunya yang memesona dan rambut cokelat tebalnya yang tampak sempurna membingkai wajahnya yang terpahat indah, di mana sebentuk senyum seksi selalu setia bertengger di sana. Senyum yang dimaksudkan untuk menaklukkan hati para gadis. Tambahkan semua itu dengan kharisma yang dimilikinya sebagai seorang pengusaha hotel, maka pria itu dengan mudah memikat Livvy.
Setelah kencan pertama mereka yang menyenangkan, Maurice secara teratur mengatur kencan-kencan selanjutnya untuk membuai Livvy agar hanyut semakin dalam. Oh ya, saat itu Livvy benar-benar terpikat pada Maurice dan ketika beberapa minggu kemudian pria itu memberanikan diri untuk mengajaknya makan malam di apartemen mewahnya di daerah elit Quay West, Livvy pun tak kuasa menolak. Semua berjalan lancar-lancar saja sebelum akhirnya kelakuan Maurice membuat Livvy benar-benar sadar jenis pria apa yang sedang dihadapinya. Livvy menolak memikirkan kembali malam mengerikan yang dialaminya dua hari yang lalu, tapi yang pasti semua perasaan yang tadi sempat dirasakannya untuk Maurice menguap hilang.
Hubungan mereka langsung berakhir begitu Livvy mengetahui fakta bahwa pria yang selama ini menjalin hubungan dengannya ternyata tidak seperti yang diharapkannya. Ternyata Maurice bukanlah pria impiannya, karena lelaki itu tidak akan pernah bisa memenuhi semua yang diinginkannya sementara Livvy tidak bisa hidup tanpa semua itu. Pendek kata, semua impian yang tadinya sempat tumbuh di hatinya telah mati. Hilang. Menguap bersama dengan rasa tertariknya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Livvy sambil menatap wajah pria itu lagi, menolak untuk menunjukkan ekspresi apa pun kecuali tampang tidak peduli.
Maurice tertawa kecil mendengar pertanyaan Livvy dan tidak mengacuhkannya. Dengan nada manis dia malah melanjutkan kata-katanya seolah tadi Livvy tidak mengucapkan apa pun. "Kau sudah selesai bekerja, kan? Kuantar pulang, ya."
Sikap Maurice yang seolah menyiratkan bahwa mereka baik-baik saja malah membuat Livvy tidak bisa lagi menahan amarahnya, dengan suara bergetar ia memotong kata-kata Maurice. "Aku tidak mau ada hubungan apapun denganmu lagi. Kau gila, kau benar-benar gila kalau berpikir yang sebaliknya. Kau pria yang tidak tahu malu, aku bahkan tidak tahan berdekatan denganmu. Kutegaskan padamu, jangan pernah coba-coba menghubungiku lagi!"
Tapi balasan yang tidak disangka-sangka malah meluncur keluar dari mulut Maurice.
"Kenapa? Karena aku tidak cukup kaya buatmu? Karena sekarang perusahaanku sedang mengalami krisis, kau berpikir aku tidak bisa memberikanmu gaya hidup mewah yang pernah kau nikmati dulu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Mine (forever#1)
RomanceCerita ini sudah pernah diterbitkan beberapa tahun lalu dan ini adalah draft awalnya. Kisah tentang Livvy - gadis asal Indonesia dengan Xander - pengusaha kaya Amerika dan perjuangan mereka meraih cinta. =CherryZhang=