Satu hari yang lain, satu hari yang penuh dengan rutinitas yang harus Livvy jalani sekali lagi. Gadis itu selalu tidur lewat tengah malam dan ketika terbangun, ia hanya bisa menyempatkan diri untuk mandi kilat dan menghabiskan sarapan dengan terburu-buru, lalu berangkat ke supermarket di daerah Chinatown – tempat ia menjadi kasir paruh waktu di sana. Begitu keluar dari tempat itu, Livvy hanya punya waktu satu jam sebelum jam kerjanya di Café Sydney dimulai. Dan pulang dari tempat itu saat malam sudah benar-benar larut sehingga ia terlalu lelah untuk melakukan apapun selain memaksa dirinya untuk mandi sebelum mengizinkan dirinya merangkak naik ke tempat tidur dan tidur sampai keesokan harinya. Dipikir-pikir lagi, hari-harinya berlalu dengan sangat membosankan, sama sekali tidak ada selingan menarik baginya. Tapi Livvy memang tidak mau memikirkannya. Ia takut kalau-kalau rasa bosannya itu akan membuat dirinya lemah dan membiarkan Maurice kedua memasuki kehidupannya. Jadi, memang tidak usah berpikir terlalu rumit. Toh, setiap jam dalam hari-harinya sudah terisi penuh oleh berbagai kesibukan. Tidak ada tempat dan waktu bagi kebosanan untuk melekat lama-lama.
Livvy kembali berjalan bolak-balik di antara lusinan meja-meja kafe sementara ia mengantarkan pesanan, mencatat pesanan, mengantarkan bon dan dengan sabar menerangkan menu-menu yang tersedia, selalu setia melayani para pengunjung dengan berbagai macam sikap dan tingkah laku yang berbeda. Ada yang cerewet, menyebalkan, genit, pemarah, tidak sabaran tetapi Livvy masih tetap bisa tersenyum ramah menghadapi mereka karena masih banyak pengunjung yang memiliki sikap yang menyenangkan, pikir Livvy sambil meletakkan sepiring salad di depan seorang wanita paling cerewet yang pernah Livvy temui. Bayangkan, wanita ini memerlukan waktu setengah jam lebih hanya untuk menentukan salad pilihannya dan membuat Livvy harus menjelaskan satu per satu menu salad yang ada serta harus mencorat-coret pesanannya berkali-kali karena wanita itu berganti pilihan setiap beberapa detik sekali. Ada saja yang salah dengan pilihannya sehingga dia terus mengganti pesanannya.
"Maaf menunggu. Silakan dinikmati, semoga Anda menyukainya," Livvy memasang senyum plastiknya yang dibalas wanita itu dengan dengusan. Namun, pasangan wanita itu segera menyunggingkan senyum meminta maaf yang dibalas Livvy dengan tulus. Yah, bagaimana mungkin pria itu bisa sabar dalam menghadapi sikap pasangannya yang begitu tak tertahankan, Livvy juga tidak bisa mengerti.
Livvy baru saja mengalihkan perhatiannya dari pasangan cerewet vs ramah itu ketika tatapannya tidak sengaja jatuh ke arah pintu masuk kafe. Darah Livvy seolah mengalir deras ke seluruh tubuhnya dan detak jantungnya yang menjadi sangat aneh diikuti rasa sesak yang membuatnya sulit mendapatkan udara segar, saat ia bertatapan dengan sosok pria yang sedari kemarin tidak pernah mau meninggalkannya sendiri walau Livvy telah bertekad untuk tidak membiarkan gangguan kecil itu mempengaruhinya. Kini agaknya bendungan di benaknya sudah bobol dan mengirimkan sinyal-sinyal aneh ke seluruh tubuhnya ketika menatap sosok kekar berkulit gelap nan indah itu. Dan reaksi tubuhnya menjadi semakin aneh saat pria itu bergerak mendekat. Dalam balutan kemeja sutra hitam yang menutupi tubuh atasnya yang sempurna dan celana yang juga hitam melekat dengan pas di pinggang pria itu, penampilan Xander tampak sangat membahayakan sekaligus juga begitu menggoda. Dan Livvy berani bertaruh, pria itu membuat semua mata kaum hawa di sini melotot keluar – termasuk dirinya, akunya dalam hati - sementara para pria hanya bisa memandangnya dengan iri. Dan Livvy melihat pria itu duduk di meja kosong yang paling dekat dengan Livvy, entah itu disengaja atau tidak, sehingga dengan berat hati, Livvy pun terpaksa menyeret kakinya yang sempat membeku untuk mendekati pria itu.
Yah, Xander memang sengaja memilih meja itu, pikir Livvy saat ia melihat pria itu sudah memasang senyumnya untuk menyambut Livvy. Entah kenapa, Livvy berpikir kalau Xander sengaja datang ke tempat itu supaya mereka bisa bertemu. Livvy langsung mengirimkan peringatan ke otaknya agar menandai pria ini sebagai "bahaya" dan bukannya makhluk menarik yang ingin dikenalnya lebih jauh
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Mine (forever#1)
RomanceCerita ini sudah pernah diterbitkan beberapa tahun lalu dan ini adalah draft awalnya. Kisah tentang Livvy - gadis asal Indonesia dengan Xander - pengusaha kaya Amerika dan perjuangan mereka meraih cinta. =CherryZhang=