Sore ini rasanya aku bosan di rumah, kulangkahkan kakiku menyusuri jalanan Tokyo yang amat ramai. Wajar saja, karena di Tokyo ini sampai malam pun tidak pernah sepi. Kususuri jalan ini hingga tak terasa matahari sudah berjalan perlahan namun pasti. Setelah lamanya aku menyusuri jalanan Tokyo, aku pun tiba di sungai Sumida. Sungai Sumida adalah salah satu sungai terbesar di Tokyo. Di sungai Sumida ini selalu diadakan festival kembang api. Tepat sekali aku berkunjung ke sini, karena sekarang di sini festival kembang api Sumidagawa sedanf berlangsung, walaupun aku tidak mendapat tempat duduk karena di sini sudah padat sekali. Festival kmbang api Sumidagawa ini adalah festival kembang api tertua di Jepang menurut catatan sejarah. Festival ini dimulai dari pukul 19.05 sampai 20.30. Banyak kembang api yang diluncurkan antara 2 lokasi yakni Sensouji di Taito-ku dan Skytree di Sumida-ku. Ada beberapa bentuk kembang api yang menurutku unik seperti bekicot, kipas, kupu-kupu dan bentuk lainnya. Sangat menakjubkan sekali. Baru kali ini aku melihat festival yang semeriah ini, tapi sayng aku menyaksikan keindahan ini sendirian. Andai saja Mama ada, mungkin aku benar-benar gembira. Saat aku kecil, Mama ingin aku menyaksikan festival ini saat kami berkunjung ke rumah nenek. Namun Tuhan mengehendakiku menyaksikannya sendiri tanpa Mama mendampingi.
Setelah festival selesai, aku memutuskan untuk pulang. Tetapi perasaanku tidak enak, sepertinya ada yang mengikutiku. Drap drap suara langkah kaki itu terasa semakin dekat, aku tidak berani menoleh ke belakang. Rasanya sudah tidak karuan, aku pun berlari dan
" Aaaaa tolong lepaskan," dan aku pun menangis karena takut.
"Hey hey ada apa," suara seorang lelaki yang rasanya familiar sekali.Aku pun membalikan badan.
"Apa yang kau lakukan?" Dengan nada marah aku bertanya. "Mengapa kau berjalan sendirian di malam hari, lagi pula di sini rawan kejahatan" ucap lelaki itu yang ternyata Kazuhiko. "Tapi kau membuatku kaget" Dengan nada masih marah karena aku sangat takut sekali.
Dia tidak menjawab lagi. Kami pun berjalan bersama dan keheningan menghampiri kami. Hanya suara langkah kaki yang terdengar.
"Aku minta maaf saat kejadian di toko saat itu, kukira kau pegawai nenek, lagi pula kau juga tidak membantah saat ku perintah" dan ia hanya mengangguk. Setelah itu tidak ada percakapan apapun hingga kami sampai ke rumah. Ternyata benar rumahnya memang di sebelah nenek.
"Aku pulang" suara bariton itu menyapa telingaku. Ia pun masuk ke rumahnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because You Are My Destiny
RomanceTakdir yang telah Tuhan tetapkan terkadang adalah hal yang menurut kita konyol. Orang yang selalu berada di sekitar kita yang tidak penting dalam hidup kita bisa jadi dia adalah takdir kita. Seperti yang terjadi pada Ayuka