Seperti biasanya, hari-hari kujalani dengan bersemangat. Yah walaupun tidak seperti biasanya, aku sekarang tidak memperhatikan Kazu. Saat ia lewat pun aku tak menyapanya. Aku takut. Pertemuanku dengan Kazu seharusnya tak seintens ini.
Aku mulai membiasakan diri untuk tidak terus bertemu dengannya. Bukan apa-apa, aku hanya tak ingin terlalu jauh terjerumus pada jurang yang tak bertepi ini. Aku hanya tak mau terlalu kecewa. Aku tak mau bila harus terus menghapkan seorang Kazu yang terlalu sempurna untukku. Jika aku terus berada di sini, mana mungkin aku bisa lepas darinya.
"Nek, aku mau jalan dulu keluar ya, lagi pula di sini sudah ada yang bantu, kan?".
"Memang kau akan pergi ke mana? Apa kau tahu jalan pulang? Jangan sampai kau tersesat, apa perlu Kazu menemanimu?"
"Aku hanya ingin mencari angin segar saja nek, aku bisa sendiri kok"
"Yasudah, hati-hati ya jangan lupa kabari siapa pun kalau kau berada dalam kesulitan"
"Siap nek".Aku akhirnya pergi dari toko. Tidak jelas pula tujuanku akan ke mana, yang penting bisa membuatku melupakan sejenak masalahku. Oh sebenarnya ini bukan masalah, hanya aku saja membuat semua ini rumit, andai aku tak melibatkan hatiku.
Akhirnya kulangkahkan kakiku menuju Shibuya. Shibuya adalah salah satu distrik khusus kota Tokyo, Jepang. Di Shibuya ini terdapat persimpangan jalan yang selalu ramai. Setiap harinya terdapat ribuan orang yang menyeberang di Shibuya ini.
Ku telusuri jalan Shibuya ini, aku hanya memerhatikan orang-orang yang berlalu lalang. Di tengah keramaian ini kulihat orang-orang dengan bermacam-macam keadaan. Ada yang sepertinya sedang sibuk, sedih, gembira, bermacam-macam orang kutemui di sini. Dengan keramaian Shibuya ini, tidak mengusir rasa sepi dihatiku.
Aku tak mengerti dengan semua ini, aku hanya sedang menghindar. Bukan, maksudku aku hanya sedang berusaha membuat keadaan baik-baik saja, tapi kenapa aku yang kalut. Hari-hari yang kulalui terasa berbeda. Dimulai aku yang menghindari bertemu secara intens dengan Kazu, nenek yang biasa menggodaku saat sedang melihat Kazu sekarang tidak pernah lagi melakukannya. Bagiku ini terasa sangat aneh. Terlalu mendadak bagi orang-orang yang berada di sekelilingku yang biasa membicarakan Kazu tapi tidak lagi. Ah mungkin hanya perasaanku saja. Aku mencoba menikmati Shibuya yang menakjubkan ini. Kenapa baru sekarang aku ke sini, walau sendiri aku harus bisa menikmati.Setelah sampai di rumah, aku membersihkan diri.
"Yuka, ada kiriman barang untukmu". Nenek berteriak dari bawah.
"Dari siapa nek?"
"Nenek tidak tahu, mungkin penggemar rahasiamu. Barang itu diantarkan oleh pengantar barang".
"Oh iya nek, terima kasih nek".
"Sama-sama. Yasudah kamu ke kamar lagi saja".
"Baiklah nek".
Aku penasaran siapa yang mengirim barang ini. Lalu apa isinya? Apakah ini semacam bom? Apakah ini membahayakanku? Bagaimana ini memang bom, apakah semuanya akan hancur? Ah bodoh untuk apa orang mengirimkan bom padaku, memang siapa aku. Lucu sekali.
Tak berlama-lama, ku buka bingkisan ini dan kutemukan surat.
Aku tak tahu apa yang harus kuberikan, semoga kau suka Yuka.Begitulah isi surat tersebut. Ku buka kado tersebut. Ternyata sebuah kerudung, kain yang biasa digunakan oleh muslimah-muslimah, yang belum pernah kupakai walaupun aku seorang muslim. Siapakah yang memberiku ini? Ini hadiah terindah yang pernah kuterima walau hari ini bukan hari ulang tahunku. Aku penasaran siapa yang mengirimiku ini. Aku di sini tidak memiliki teman, apakah ini salah alamat? Tapi dalam surat iti sudah jelas pengirim itu menuliskan namaku. Ah yang pasti aku akan mengenakannya, lagipula ini demi kebaikanku. Siapapun yang mengirimkan ini padaku, aku sangat berterimakasih. Aku berjanji mulai besok akan menggunakannya.
Burung-burung sudah menungguku di balik jendela. Mentari menemaninya dengan cahaya yang ia pancarkan. Seolah gak ingin kalah, angin pun mengiringi kesejukan di pagi hari inim aku sudah selesai sarapan dan aku sekarang ada di kamar. Ya aku sedang mencoba hadiah dari seorang yang misterius ini. Aku terus belajar memakai kerudung ini.
"Wah cantiknya cucu nenek. Kau mendapatkannya darimana?"
"Ini hadiah yang semalam nek, aku ingin mengenakannya. Tapi apa di sini tidak masalah?"
"Kau ini tinggal di Jepang. Di sini semua umat beragama hidup tenteram dan damai. Semua umat saling menghargai dan kami hidup berdampingan. Ini bukan masalah, kau bisa berkunjung ke Masjid Tokyo, di sana perempuan mengenakan pakaian seperti ini kok"
"Baiklah nek aku akan mencobanya".
"Baiklah, semangat cucuku"
"Siap kapten"Semua orang pasti merasakan kehilangan
Sebelum mereka menyadarinya
Seperti diriku yang tiba-tiba menyadari kepergianmu
Yang hanya meninggalkan kenangan
Ditengah-tengah kebahagiaan, kita kehilangan kata-kata
Seperti boneka
Seperti kucing-kucing liar di sudut jalan
Aku mendengar kesunyian yang begitu nyaring
Aku sudah memantapkan niatku untuk memakai kerudung ini. Aku tiba di toko. Yang kulakukan tidak ada yang berbeda. Diwaktu senggang, aku menuliskan semua keluh kesahku dimulai dari seorang kakek yang tiba-tiba memarahiku. Ia kira aku cucunya yang tidak menurut, kakek itu sudah tidak jelas penglihatannya sampai salah orang. Ya tak apalah itu kan bukan disengaja. Tapi tetap saja itu membuatku kaget. Orang-orang mengiraku sedang menjahili kakek, padahal memang kakek yang salah lihat. Aku memang lebih senang menuliskan apa yang kualami dibanding bercerita. Inilah kegiatanku jika sedang tidak sibuk. Dengan menulis, semua yang ada dihati bisa tersampaikan.
Setelah menulis semua buku aku bereskan. Dan tak terasa bulan sudah menjemput, mentari pun kembali bergerak memutari bumi ini untuk menerangi bagian bumi lainnya. Aku pun berkemas untuk pulang. Oh ya, hari ini nenek tidak ke toko karena sedang batuk. Maklum, nenek sudah tidak muda lagi.
Aku menelusuri jalan ini. Yang selalu kulakukan setiap hari. Tanpa yang mendampingi. Hari ini aku tak melihatnya, kemana dia.
"Ah lagipula itu bukan urusanku".
Setibanya di rumah, keadaan sangat sepi, nenek berada di ruang tamu.
"Kenapa nenek di sini? Bukan di kamar saja nenek kan sedang sakit"
"Tidak nak, nenek hanya beres-beres saja, lagipula ini tidak berat kok".
"Tapi tetap saja. Oh ya nek, tadi aku di toko sendiri. Ke mana Kazu? Biasanya membantu di toko?". Bukan aku ingin tahu semua tentangnya, aku hanya penasaran saja, lagipula kalau ada dia mungkin tidak akan terlalu capek.
"Oh ya nenek lupa bilang, Kazu hari ini pindah ke Kobe, dia mendapat pekerjaan di sana. Apakah dia tidak memberitahumu?"
Kazu pergi? Kenapa aku tidak tahu. Kenapa secepat ini. Memang iya aku menghindarinya, tapi apakah perlu ia pergi.
"Tidak nek, mungkin tidak sempat".
"Yasudah, mungkin nanti dia akan menghubung kita"
"Iya nek".
Ya, untuk apa ia memberitahuku. Siapa aku? Aku tidaklah penting untuknya, aku hanya tetangganya, hanya tetangga yang selalu menyusahkannya.Meskipun kadang aku terluka
Aku ingin tetap merasakan kehadiranmu
KAMU SEDANG MEMBACA
Because You Are My Destiny
RomanceTakdir yang telah Tuhan tetapkan terkadang adalah hal yang menurut kita konyol. Orang yang selalu berada di sekitar kita yang tidak penting dalam hidup kita bisa jadi dia adalah takdir kita. Seperti yang terjadi pada Ayuka