Keramaian itu

15 4 2
                                    

Kulihat Kazuhiko mengejar seseorang dengan pakaian yang serba hitam dan membawa pisau, tetapi langkahnya terhalang oleh pagar. Dengan bodohnya aku mengikutinya. Kazuhiko dengan seseorang itu yang baru ku tahu ternyata seorang perampok berkelahi. Mereka terus berkelahi, hingga Kazuhiko lengah, perampok itu hendak menancapkan pisaunya. Aku sudah gelisah, aku tidak bisa berdiam diri seperti ini bisa-bisa Dia mati. Aku pun mendorong perampok itu dan Kazuhiko memanfaatkan keadaan untuk melawan, tetapi ia kalah cepat, perampok itu berhasil menggoreskan pisau tajam dan mengkilat itu pada kulit pucat Kazuhiko. Seketika Ia mengerang kesakitan. Perampok itu melarikan diri setelah melukai Kazuhiko.
Aku sangat syok dengan apa yang terjadi. Aku tak tahu sekarang harus berbuat apa. Aku pun sangat panik dan menangis. Aku mencoba untuk tenang dan mengobatinya dengan apa yang ku tahu. Aku membopongnya walaupun berat sekali, tapi hanya ini yang sekarang bisa aku lakukan. Setelah sampai di rumahnya, aku menyerahkan Kazuhiko agar diobati oleh ibunya.
Aku pun pulang dan menanyakan tentang peristiwa yang tadi terjadi di toko. "Tadi itu toko emas yang ada di sebelah toko kita yang kerampokan. Perampok itu mencuri perhiasan di sana dan ternyata ada pelanggan kita yang mengetahui kejadian itu. Akhirnya warga berbondong-bondong melihat kejadian itu dan ternyata Kazuhiko berusaha menangkap perampok itu. Tetapi perampom itu lari dan berkat Kazuhiko, perampokan itu gagal". Begitulah yang nenek ceritakan. Aku tak habis pikir kenapa Kazu berani sekali ingin menangkap perampok itu. Bagaimana jika perampok itu membawa pistol. Bagaimana jika permapok tadi menusuknya? Apa ia tidak berpikir sejauh itu? Ahsudahlah itu sudah pilihannya yang penting dia masih hidupkan sekarang.

   

   
   Malam ini bulan menatapku dengan penuh kehangatan. Belaian angin pada kulitku seolah sedang ingin membuatku tertidur. Bintang-bintang di langit menyaksikan semua itu dengan tatapan yang menyejukan. Tetapi lain dengan hatiku. Kejadian tadi siang membuatku terngiang-ngiang akan sosok itu. Sosok pemuda dingin itu. Aku teringat saat Ia terluka dan aku menangis. Aku tak tahu mengapa aku menangis. Ada apakah dengan diriku? Akalku tak mampu menjawab semua itu. Kutanyakan pada langit. Pada bintang dan pada bulan tapi tidak ada jawaban. Akankah hatiku mengetahui apa yang sedang terjadi? Tuhan bantulah aku.

    Burung-burung membangunkanku dari mimpi ini. Mimpi yang kurasa tidak membuat hatiku tenang. Membuatku gelisah. Membuatku rindu padanya. Padanya yang telah melahirkanku tetapi tidak mengiringiku menapaki kehidupan yang sulit ini. Ya. Aku sangat rindu Mama.
Mama datang padaku. Dia meminta maaf karena tidak bisa mendampingiku. Tidak bisa mengiringiku seperti orangtua lainnya. Tidak bisa mengajaku jalan-jalan mengunjungi taman Showa Kinen. Melihat pohon maple dan pohon gingko yang berubah warna menjadi merah, oranye, dan kuning muda saat musim gugur. Tidak bisa menyaksikan bagaimana sakura-sakura itu tumbuh dengan indahnya.
Oh aku bukannya tidak bersyukur, aku hanya sedang merindukan Mama, aku juga rindu papa, tapi mungkin ini memang takdir yang sudah Tuhan berikan padaku. Aku tak boleh terus menerus terpuruk. Aku punya kakek dan nenek yang menantiku.

    "Yuka cepat sarapan, setelah itu antarkan kue ini pada bibimu, nanti Kazu akan mengantarmu" teriak nenek di pagi hari yang indah bak mercon yang dinyalakan sehingga membuat burung-burung terkejut.
"Baiklah nek, tapi mengapa harus dengan Kazu, aku bisa sendiri, lagipula aku tahu kok jalan menuju rumah bibi". Jujur saja aku belum siap harus bertemu dengannya. Aku tak tahu mengapa aku tidak siap bertemu dangannya. Padahalkan aku tidak melakukan kesalahan apapun.
"Nenek percaya padanya, cepat habiskan sarapannya dan setelah itu mandi, karena sepertinya nenek mencium sesuatu yang sangat tidak enak" ujar nenek dan menutup hidungnya.
Aku pun tertawa melihat tingkah nenek, selalu saja membuatku tertawa.

Because You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang