Awal Yang Baru

14 2 1
                                    

Jika aku bisa bertemu denganmu sekali lagi
Aku hanya ingin berkata, terima kasih, terima kasih..

    Kujalani hariku seperti biasanya. Tidak ada memerhatikan saat bekerja, semua kembali seperti sedia kala. Dan semuanya seperti sudah direncanakan, Yumi datang ke rumah kami. Yumi ini adiknya Hito anak dari bibiku.

"Ah ini keberuntungan, aku ada teman untuk berbincang jadi aku tidak bicara sendiri" ucapku diiringi tawa nenek.

"Pantas saja kau terlihat berbeda, untung Yumi ke sini, kalau tidak....".

"Kalau tidak apa coba nek" jawabku agak sewot.

Yumi hanya tertawa saja melihatku seperti ini dengan nenek. Beruntungnya aku memiliki keluarga yang seperti ini.

Ya, dengan adanya Yumi di sini aku bisa berkonsultasi tentang wanita. Yumi juga sudah mengenakan kerudung, lengkap dengan pakaian yang lebar. Terlihat sempurna.
Hari ini toko nenek tutup, kami memutuskan untuk pergi ke Tokyo Camii.
Tokyo Camii adalah salah satu masjid yang ada di Tokyo. Tokyo Camii juga salah satu masjid terbesar di sini. Sebenarnya ini bukan keputusan kami, tapi ini keputusan Yumi. Ah ternyata Yumi ini sama pemaksanya seperti nenek. Wajar saja kan Yumi cucunya sama sepertiku.

Sesampainya di Tokyo Camii, kami berkeliling di sana. Luar biasa sekali, keindahannya sama seperti masjid di belahan dunia lainnya. Walaupun ini adalah Tokyo bukan kota yang bermayoritas muslim. Mungkin akan semakin terasa indahnya jika sekarang ini ramadhan. Ah mengapa aku baru membuka mata akan indahnya Islam. Kami melaksanakan sholat dzuhur. Ya untuk yang pertamq kali aku melaksanakan di masjid, di rumah kadang aku melaksanakannya kadang tidak.
Sungguh, sudah terlalu banyak hal yang tidak kusadari untuk kusyukuri.

    Setelah dari Tokyo Camii, aku dan Yumi berjalan-jalan di Shibuya. Kami pun mengunjungi Restoran Ayam-ya Okachimachi. Di restoran ini tersedia  ramen halal dengan kuah daging ayam yang lezat. Uniknya, semua menu diolah tanpa bahan kimia. Sehingga lebih sehat dan tentunya cocok untuk vegetarian.
Restoran ini adalah tempat yang menjadi favoritku. Aku suka memakan ramen dari restoran ini. Bukan hanya karena halal, di sini ramennya terkenal enak. Turis pun banyak yang menyambangi restoran ini.

"Yumi, tahu gak?" Tanyaku.
"Apaan?"
"Sebenarnya aku gak punya uang buat makan di sini"
"Hah aku udah tahu, kelihatan dari mukamu, muka gak punya uang".

Jawab Yumi dengan wajah cemberut. Aku hanya tertawa saja melihatnya. Menyenangkannya mempunyai teman di negeri orang.

    Setelah makan-makan, kami pun pulang ke rumah nenek. Bersamanya, aku mendalami agama yang aturannya kutinggalkan. Yumi mengajarkanku agar menjadi manusia yang sabar.
Aku menceritakan kepada Yumi tentang Kazuhiko. Aku menceritakan dengan rinci sekali sampai hal yang memalukan pun aku ceritakan.
"Tunggu saja dia, kalau jodoh nanti pulang lagi" ucapnya enteng sekali.
Ya tapikan dia hanya melihat dari sudut pandangnya saja, tapi memang benar sih apa yang Yumi katakan.

   

    Sambutan mentari pagi yang indah bagaikan sambutan pengawal untuk rajanya. Tak lupa burung pun menemani mentari dan angin yang menyejukan hati siapa pun tang disapanya.
Ah hari ini aku dan Yumi berencana untuk membuka toko kue. Toko kue milik kami ini berada tepat di sebelah toko nenek. Tetangga kami ini yang sebelumnya berjualan bunga pindah ke Kyoto. Untung saja Hito juga ikut tinggal bersama kami, jadi nenek ada yang membantu.

"Yuka, ayo kita tata toko kita"
"Yuka, kau ini perempuan atau bukan, lamban sekali seperti anak lelaki saja, atau kau manusia jadi-jadian"
"Yuka cepat sarapan, kalau tidak nenek tidak akan memberimu makan sampai siang".

Ah mereka membuyarkan konsentrasiku. Di pagi yang indah ini, sudah ramai sekali. Bukan ramai yang mengenakan telinga, tapi teriakan semua orang di rumah ini, hanya kakek saja yang tidak terhasut oleh mereka.
"Iya aku sudah bangun" balasku berteriak pada mereka.

"Huh kalian bisanya hanya berteriak saja, lihat ayam saja sampai terkejut karena teriakan kalian" ucapku agak sewot.
"Ah kau berlebihan sekali, lagipula lama sekali anak perempuan kok lelet, pantesan cowok-cowok banyak yang kabur" ucap Hito.
Ah aku langsung makan saja, mereka hanya tertawa saja melihat tingkahku. Setelah Hito dan Yumi pindah ke sini, suasana semakin ramai saja, mereka setiap paginya menggodaku. Ah menyebalkan sekali, selalu aku yang mereka jadikan sasaran. Kalau Kazu masih ada di toko, mungkin mereka akan semakin senang meledekku.

Oh ya, aku dan Yumi berencana menjual kue-kue buatan kami sendiri. Selama ada Yumi, aku banyak belajar memasak, beres-beres, ya memang sih selama ini aku tak pernah melakukan hal seperti itu hehe.

Aku pun berangkat menuju toko. Daripada mereka meledekku terus, kan.

"Ah sebaiknya kita bereskan dapur dulu, yuk".

"Yasudah, aku ke pasar ya, membeli bahan-bahan untuk adonan kue"

"Lah aku di sini sama siapa? Ah Yuka suka gitu" ucapnya dengan sewot.

"Hehe kan tinggal panggil kak Hito, yasudah aku pergi ya, dahh"

"Yuka ...."
    Ah entah Yumi bicara apalagi, aku lari saja hehe. Aku memang berniat belanja hari ini. Hitung-hitung mencoba untuk persiapan nanti kami di toko kan, jadi aku sudah tahu apa yang harus kulakukan. Aku pergi ke pasar menggunakan sepeda.
"Ah nikmatnya udara pagi ini".
Di sini bebas sekali rasanya. Kalau di Indonesia kan ke mana-mana biasanya menggunakan motor, di sini menggunakan sepeda jadi lebih terasa capeknya, tapi ini sungguh luar biasa.
Di pasar aku membeli terigu, telur, minyak, dan yang lainnya. Dari Yumi aku belajar menawar harga, jadi lebih hemat deh.
Akupun bergegas pulang, pasti mereka sudah menunggu.

"Aku cek barang-barang ah, kalau ada yang ketinggalankan bisa diambil seka...awww sakit" akupun meringis kesakitan.

"Ow maaf aku tak sengaja"
Seorang laki-laki menabrakku dengan sepeda. Saat ini aku sedang berjalan kaki, karena sepedaku disimpan di tempat penitipan. Ia pun membereskan belanjaanku. Ah rasanya sakit sekali.

"Saya minta maaf, permisi". Ia pun pergi.
"Huhh sudah membuat orang celaka, langsung pergi pula. Dasar laki-laki tidak bertanggung jawab". Sepanjang jalan aku merutukinya

Tapi, sepertinya suara laki-laki tadi terdengar tidak asing, atau jangan-jangan itu....ah pasti bukan.
"Lebih baik aku percepat sepeda ini, jadi ngelantur, kan".


Because You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang