Kebenaran (end)

15 3 0
                                    

Semusim telah kulalui
Telah kulewati tanpa dirimu
Tetapi bayang wajahmu
Masih tersimpan di hati

Sekarang ini adalah musim yang sangat ditunggu-tunggu setiap orang. Musim yang menggambarkan kegembiraan hati setiap manusia. Ya sekarang ini adalah musim semi yang sangat indah. Bunga sakura yang terus bermekaran dengan eloknya melebarkan bagian-bagian tubuhnya sehingga terlihat begitu cantik bagai angsa yang sedang menari di atas danau.
Hari ini aku berencana untuk pulang ke rumah. Rasanya aku sudah rindu pada nenek, apakah nenek kesepian tanpaku?.
"Yuka, apakah barang-barangmu sudah disiapkan? Jangan sampai terlambat, nanti ketinggalan kereta."
"Iya bi, aku sebentar lagi ke bawah."

Rasanya sudah banyak hal yang aku lewatkan semenjak aku tinggal dengan bibi, salah satunya tentang Kazu. Aku sudah lama tidak mendengar kabarnya lagi? Apakah ia sehat? Apakah ia makan dengan baik? Ah, aku jadi ingat lagi padanya. Tapi, semenjak aku tinggal bersama bibi, aku tidak memikirkannya lagi. Aku tak tahu perasaanku seperti apa. Aku tak mengerti. Sebenarnya, aku sudah tidak ingin mengingat tentangnya, karena ia sudah memiliki kehidupannya sendiri. Kita tidak bisa memaksakan keadaan.

"Yuka, akhirnya kamu pulang juga. Mana Yumi?" Baru datang saja sudah ramai sekali, pasti nenek sangat rindu padaku. Ya walaupun aku ini sangat menyebalkan, tapi pasti sepi sekali rumah ini tanpa kehadiranku.
"Kak Yumi sedang berbincang dengan Kazu di teras nek."
Kepulanganku disambut dengan kehadiran Kazu bersama anaknya di depan rumah. Ingin rasanya aku menyapanya, tapi aku tak sanggup hanya untuk meliriknya saja.

"Nah, sekarang kan anggota keluarga kita sudah lengkap, bagaimana jika kita memasak yang banyak? Dan ibunya Hito pun nanti malam akan ke sini loh." Ucap nenek saat aku dan Yumi sedang berada di dapur.
"Oh, bibi mau ke sini nek? Mau apa?."
"Ya ingin berkunjung, memang tidak boleh?"
"Bukannya begitu. Kenapa tidak sekalian saja bawa Hito, di sini pun dia hanya mengganggu."
"Huss, kamu tidak boleh begitu Yuka. Hito juga saudaramu."
"Iya nona manis, tidak boleh seperti itu pada orang setampan diriku ini, kamu harus berlaku lemah lembut." Ucap seseorang yang tidak diharapkan kehadirannya ini.
"Hito, kenapa sih, jadi aku yang teesudutkan." Ucapku dengan muka yang kurang mengenakkan.
"Yasudah, sekarang kita buat kue saja yuk."

Mentari mulai menyembunyikan dirinya dibalik senja. Aku dan yang lainnya telah selesai membuat kue untuk hidangan.

"Yuka, tamu sudah datang, cepat tutun." Itu suara nenek. Aku pun turun setelah mandi dan shalat magrib.

"Iya nek, aku ke sana."

Semuanya telah berkumpul di bawah. Ternyata yang datang adalah keluarga Kazu. Aku tak tahu apa maksud kedatangam mereka ke sini. Nenek bilang yang akan datang adalah keluarga bibi, orang tua dari Hito.

"Kami sebenarnya tidak menyangka bahwa Kazu akan memiliki seorang istri dan anak dalam waktu dekat. Sungguh ini kejadian yang sangat tidak disangka-sangka. Tentu ini mengagetkan semuanya. Tetapi, semuanya telah selesai. Kami ke sini dengan maksud ingin melamarkan Yuka untuk Kazu." Ucap ibu Kazu dengan panjang lebar.

"Bagaimana dengan istri Kazu?"
"Mereka telah selesai nek. Mungkin Kazu dan Yuka berbicara dulu."
"Yasudah, nenek serahkan saja pada Yuka."

Aku dan Kazu pergi ke halaman. Sungguh aku kaget sekali. Aku tidak mengerti dengan semua ini. Apa maksud dari semuanya? Ketika aku berusaha untuk mengikhlaskan semuanya, mengapa engkau hadir kembali dalam kehidupanku. Ketika semuanya hampir usai, engkau menebarkan bunga-bunga di tamanku. Apa yang harus aku lakukan?

Flashback

"Kazu, datanglah ke rumah teman ayahmu. Mereka menyuruhmu untuk menemui mereka sejak beberapa bulan lalu, mungkin mereka ingin bertemu denganmu setelah sekian lamanya."

"Baiklah bu, apakah ibu akan ikut?"

"Tidak. Kamu saja yang datang ke sana."

Perjalanan menuju Kyoto pun tak terasa.

"Apa yang kau lakukan? Kau telah membuat nama keluarga kita menjadi jelek. Kau telah membiarkan wajah ayahmu ini dinjak-injak oleh orang. Kau tak tahu bagaimana perjuangan ayah membesarkanmu, apa yang kau bisa berikan pada ayah?"

"Tiiidaaak, lebih baik aku mati. Aku tak mau mengandung anak ini."

Flashback off.

"Tahukah kamu, aku pun berat melakukannya. Tapi aku tidak bisa membiarkan anak tidak berdosa yang bahkan belum melihat dunia harus mati sia-sia. Sungguh, mungkin ini sangat membuatmu kaget." Kazu menjelaskan semuanya. Aku tak tahu harus menanggapinya seperti apa.

"Tapi aku dan dia telah selesai. Tapi aku akan membawa anak itu. Aku tak tega jika harus meninggalkannya."

Tiba-tiba di depan rumah lampu lampu kecil menyala dengan indahnya.

Mungkin ini akhir dari penantianku. Kesabaran yang telah aku bangun selama ini, telah menuai hasil yang lebih dari apa yang aku harapkan.

"Maukah kau hidup bersamaku?"

Because You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang