Bila terbangun dari tidurnya. Mimpinya tak lain adalah tentang kata-kata Rian yang tidak sempat ia bicarakan sabtu itu.
Bila dibuat pusing karena kelanjutan kata-kata itu. Karena, gue apa--? Tanya Bila frustrasi. Ia menjadi penasaran setengah mati selama hari minggu kemarin.
Hari senin yang tak terlalu ditunggu-tunggu ini pun akhirnya tiba, menyapa para siswa dan siswi yang tidak terlalu senang dengannya.
Sedangkan Bila, yang biasanya paling malas saat senin tiba, sudah siap dan duduk di ruang tamu sembari menunggu Ayahnya untuk berangkat ke sekolah.
"Pagi banget ke sekolahnya?" tanya Ayah, yang baru selesai sarapan.
"Biar rajin," sangkalnya, yang sebenarnya masih memikirkan potongan kata Rian selanjutnya.
Ibarat matematika yang bagi Bila bisa ia tebak karena Ilmu Pasti. Bagaimana dengan Rian, apa ia juga mudah ditebak seperti mudahnya Bila menebak matematika?
Tapi, Rian bukanlah angka yang bisa diterka dengan rumus. Rian adalah manusia yang untuk kita mengetahuinya lebih dalam adalah dengan satu cara, yaitu mengenalnya lebih dekat.
***
Bila berpamitan dengan Ayahnya dan turun dari mobil untuk segera menuju ke kelasnya. Pagi ini, kelas sudah lumayan ramai.
"Tumben, pada dateng cepet?" tanya Bila kepada Cintia.
"Iya, soalnya katanya ada apel tiba-tiba gitu pagi ini," jawab Cintia.
"Kepada seluruh siswa-siswi SMA Harapan diharapkan segera turun ke halaman sekarang untuk melaksanakan apel pagi. Sekali lagi, kepada seluruh siswa-siswi SMA Harapan diharapkan segera turun ke halaman sekarang juga."
Sebuah pengumuman membuat Bila dan seluruh teman sekelasnya beranjak menuju halaman untuk melaksanakan apel.
Siswa-siswi, mulai dari kelas 10-12 berbaris rapi di barisannya sambil menunggu pembina apel. Bila berbaris di barisannya dan sesekali melihat barisan kelas 11 IPA 1, ngapain lagi selain mencari Rian.
Tak lama, yang Bila cari datang dengan tergesa-gesa dan segera berbaris di depan sekali. Wajar, tinggi badannya yang mencapai sekitar 180cm itu membuatnya selalu berbaris di barisan depan.
Pembina apel, yaitu wakil kepala sekolah naik ke atas podium untuk memberikan amanat-nya. Bapak kepala sekolah yang diharuskan memberikan amanat, sedang ada keperluan di luar kota.
"Selamat pagi, anak-anak," sapanya, kepada seluruh siswa-siswi SMA Harapan.
"Bapak ada kabar gembira untuk seluruh siswa-siswi SMA Harapan. Sekolah kita akan mengadakan study lapangan ke Bandung yang akan diadakan tepatnya 3 minggu lagi. Yang ingin mendaftar, harap memberikan data dirinya dan uang pendaftaran ke ruang tata usaha." Intinya, nanti Bila akan mengadakan study lapangan. Sepertinya, kali ini Bila akan ikut pergi.
"Bil! Lo ikut, gak?" tanya Cintia lantang, lumayan terdengar sehingga membuat Rian menguping sedikit.
"Kayanya gue ikut deh," kata Bila.
Apel pagi selesai, setelah pemimpin apel kembali ke posisinya. Begitu Rian mendengar Bila pergi, ia langsung menelpon ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Enemy
Novela Juvenil[Salsabila Kirana] Gadis yang baru pindah ke SMA Harapan itu seketika hari-harinya berubah setelah bertemu dengan Adriano Putra. [Adriano Putra] Ganteng: ✔️ Pintar: ✔️ Populer: Banget! Rian sapaannya, si cowok populer pujaan siswi di sekolahnya. Me...