16

109K 6.6K 62
                                    

Yang mulanya membenci akhirnya bisa belajar mencintai. Yang mulanya menutup akhirnya belajar membuka diri. Yang mulanya hanya ada aku dan hanya ada kamu akhirnya berubah menjadi kita.
-Adriano Putra-

***

Keesokan harinya, Bila merasa lebih baikan. Kepalanya sudah tidak sakit lagi berkat istirahat yang cukup.

Setelah bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, Bila turun untuk sarapan. Pagi ini, Bunda dan Ayah pergi menghadiri acara pernikahan sepupu jauh Bila. Jadi, hanya ada Bila dan Mbok Ijah.

"Mbok Ijah, hari ini masak apa?" tanya Bila, melihat tudung saji di atas meja masih tertutup.

"Nasi goreng, neng. Mbok takutnya neng Bila telat, jadi masak seadanya," jawab Mbok Ijah yang lagi mencuci piring.

"Oke deh." Bila duduk dan menghabiskan sepiring nasi goreng yang baru diberikan Mbok Ijah, setelah mencuci piring.

Setelah sarapannya habis, ia berpamitan kepada Mbok Ijah dan keluar rumah untuk pergi sekolah. Bila berniat untuk menelpon Cintia, dan mengajaknya pergi ke sekolah bareng.

Namun, Bila mendelikkan matanya saat melihat sosok lain berada di depan rumahnya.

Rian. Cowok yang dari kemarin membuat hatinya tak karuan itu, sudah berada di depan rumahnya, menunggu Bila diatas motornya.

Begitu Rian melihat Bila, ia membuka helmnya dan mengambilkan helm cadangan untuk Bila.

"Naik gih," ujar Rian kepada Bila.

"Kok lo?" tanya Bila keheranan.

"Bunda lo nelfon gue. Katanya, lo berangkat sekolah bareng gue aja. Soalnya, ga ada yang nganter lo nanti." Rian menjelaskan, membuat Bila terdiam. Kenapa Bunda harus nelpon Rian sih? Pikir Bila.

"Gue kan bisa naik angkot." Bila masih keukeuh.

"Lo nih keras kepala banget deh! Emang lo udah hapal jalannya?" tanya Rian.

"Gue hapalin sambil di jalan," sahut Bila.

Rian mendecak kesal dan geleng-geleng kepala saat melihat sifat keras kepala gadis satu ini.

"Terus, kalo lo gak hapal jalannya, gimana lo bisa aman-aman aja naik angkot?" tanya Rian.

"Emang sama lo aman?" Bila menaikkan alisnya, membuat Rian tersentak.

Rian terdiam sejenak dan berdehem. "Gue gak bakal macem-macem sama cewek. Bukan cowok namanya kalau nyakitin cewek." Rian menatap Bila serius, membuat gadis itu tak menyangka akan kata-kata yang dikeluarkan si Adriano Putra.

Bila menatapnya balik, membuat Rian salah tingkah dan memakai helmnya lagi.

"Cepetan naik! Bentar lagi bel masuk."

Bila menghela nafas jengah dan mengenakan helm yang diberikan Rian dan segera duduk di belakangnya. Gadis itu mencengkram jaket Rian erat, mengingat cepatnya laju Rian mengendarai motor. Rian pun melajukan motornya, melewati padatnya lalu lintas di jalan.

***

Sesampainya di sekolah, Rian memarkirkan motornya di parkiran motor. Bila melepaskan helm-nya dan memberikannya dengan Rian yang telah meletakkan helm-nya duluan. Semua mata orang tertuju kepada mereka berdua, yang sekarang sedang berjalan beriringan.

"Mereka pacaran?" Mayoritas orang menanyakan pertanyaan ini.

Bila mencoba menjaga jaraknya dengan Rian. Namun, cowok satu ini selalu mencari cara untuk selalu berdekatan dengannya.

Sweet EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang