'Tin.. Tin..'
Suara klakson motor yang sudah terpampang di depan rumah Lita terngiang di telinga. Lita mengintip dari jendela rumahnya yang kemudian menghampiri pemilik kendaraan roda dua tersebut.
"Maaf ya gua ngerepotin lu" seru Akbar
"Nyantai aja kali! Emang kita mau kemana Bar?"
"Jadi gini," Akbar mulai membuka sesi penjelasannya
"Lu tau sendiri kan kalo anak kelas 12 bakalan lulus. Nah gua pengen nyari present buat gua kasih ke dia. Sebagai kenang-kenangan masa SMA gitu. Kira-kira apa ya yang cocok buat dia?"
"Maksud lu Kak Mega?"
"Iyalah, siapa lagi kalo bukan dia?"
Deg.
Kali ini Akbar seakan berhasil membuat jantung Lita berhenti mendadak kembali seperti yang ia lakukan semalam, ketika mengajaknya jalan.
Ada rasa ingin menghentikan niatnya untuk menemani Akbar kali ini. Namun, ada gejolak yang menginginkan waktu untuk bersama lebih lama lagi. Sayangnya, Lita lebih memilih menemaninya. Membiarkan perih mencambuk dirinya
"Yaudah naik gih. Biar gak makan waktu" Pinta Akbar. Lita pun menuruti perintah Akbar.
"Menurut lu apa ya yang cocok buat dijadiin hadiah?"
"Karikatur" jawab Lita asal
"Ide lu bagus juga"
Tak lama dari itu Lita dan Akbar berada di salah satu mall yang menyediakan perlengkapan tulis, perlengkapan lukis, bahkan hasil karya lukis.
Sembari menunggu sang pelukis menciptakan karya indahnya, Lita mengeluarkan ponselnya dan membiarkan jemarinya menari nari di layar ponselnya. Sedikit usaha untuk melupakan sakit yang menusuknya. Sementara hening terus terjalin dengan tenang disini
"Ta, makasih banget lu udah nolongin gua. Gua gak tau harus minta bantuan sama siapa lagi tadinya. Terus gua milih lu. Soalnya lu satu satunya cewek yang belakangan ini sering chat sama gua" Akbar memecah hening
"Ini mas, karikaturnya udah jadi" pelukis itu menyerahkan ciptaannya. Akbar menerimanya. Dengan balasan beberapa lembar uang
Setelah mendapat apa yang diinginkan, keduanya berlalu meninggalkan mall. Tak butuh waktu lama rupanya.
"Sebagai ucapan terima kasih gua ke lu, gimana kalo gua traktir makan?" tawar Akbar
Tawaran yang dapat memanjakan perut itu, tetnyata tidak dengan begitu saja Lita terima. Lita bertumbuk akal. Perutnya yang mulai bising akan suara kelaparan, dan rasa enggan untuk melahap santapan.
"Nggak, gua mau langsung balik aja! Lagian udah sore juga" Lita memutuskan keputusannya
"Serius? Nggak pengen makan dulu gitu?"
"Nggak usah! Anter gua balik aja"
"Ok deh"
...
Ingin rasanya menjerit. Menyuarakan apa yang hati regukkan. Merintih di penghujam hari. Bersama senja yang mulai larut.
Linangan air mata yang sedari tadi ia tahan tampaknya sudah lelah menahannya. Hingga tangisan pecah menyeruah di tengah kalutnya amarah."Seharusnya gua dengerin kata-kata Ira!" pikirnya kali ini.
Rasa sesal tenggelam disana. Di dalam penyesalan yang jelas sudah ia ketahui sebelumnya. Rasanya air mata yang mengalir tak cukup mewakili perasaannya. Dari balik bilik kamar, Lita menumpahkannya.
...
Libur panjang akhir semester kali ini entah mengapa terasa begitu lama dan membosankan. Dan anehnya ini terjadi kepada Ira. Seorang gadis yang sangat menyukai kebebasan yang berbau sekolah
'Bosen' batinnya dalam hati
Tanpa ada perintah tangan Ira mencari dimana letak ponselnya. Ira mencoba menghubungi sahabatnya dalam sebuah grup chat
Ira:
Kangen sekolah😢Neta:
Ppfftt.. Keselek apaan ngomong begitu?Ketikan jemarinya ternyata direspon cepat. Dilihatnya pesan yang masuk itu
Ira:
Kaga keselek cuma ketelen kulit duren kemaren!
Main yok! Ke tempat biasa, siang iniNeta:
OkeyySelesai mengungkapkan kepenatannya, Ira menutup ponselnya. Menyiapkan diri untuk pergi bersama Neta. 'Drrtt.. Drrtt..' ponsel Ira kembali bergetar. Menandakan ada pesan singkat yang masuk.
Lita:
Lu nggak ngajak gua gitu?Ira:
Emang udah kelar ngambeknya?Neta:
Duhh.. Temen gua pada kesambetIra:
Dateng ae sob_._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._.
To be continue..
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang
General Fiction- Karna tuhan punya cara tersendiri untuk mempertemukan -