22. Bukan Lebaran

13 1 0
                                    

Masih dengan wajah khasnya Praka. Praka menatap Ira dalam. Rasanya tidak ada wajah dendam yang tergambar.

"Selamat Ra! Lu juaranya" benar saja. Niatan Praka bukan membalas dendam. Praka menjulurkan tangannya

Tak perlu pikir panjang lagi. Ira menerima jabatan tangan Praka. Ada sedikit kejanggalan sebenarnya.

"Semua omongan lu bener Ra! Maafin gua.." lirih Praka

"Lu gak ada salah sama gua. Tapi boleh gua minta satu hal?"

"Apa?"

"Lu mau kan minta maaf sama Felix perihal kejadian di belakang sekolah itu?" pinta Ira

"Bantu gua buat nemuin dia" sahut Praka jelas. Ira mengangguk pelan

"Maafin gua ya Ra" ucap Praka kedua kalinya. Ira tak segan memeluk Praka layaknya sahabat karib diujung perkataan Praka

"Kita nggak pernah jadi musuh Ka" ucap Ira dalam pelukan

"Pilox yuk ah" ajak Ira setelah melepas pelukannya

"Gua nggak punya alesan buat nolak hahaha" balas Praka

...


"Emang bener disini rumahnya?" tanya Praka

"Iyalah!"

"Nggak masalah nih kita make baju begini? " bola mata Praka sedikit melirih ke arah seragam sekolah yang ia dan Ira kenakan. Pasalnya, baju seragam yang mereka kenakan penuh dengan coretan warna-warni pilox

"Arrgghhh bawel lu ah" Ira menarik tangan Praka kasar -memaksa-

'Cklekk' pintu terbuka

"Ih gua kira ada maling. Suara lu berdua berisik banget" umpat Felix usai membuka pintu

"Sialan" celetuk Ira

Felix memandang dalam-dalam kehadiran Praka yang tepat berada di hadapannya sekarang

"Gua minta maaf soal kemaren Fel" Praka memulai perbincangan tanpa ragu

"Udah, lupain aja" senyum Felix merekah

"Thanks Fel"

"Lu nggak nyuruh kita masuk gitu?" ucap Praka asal

"Eh iya, masuk mas mbak"

_._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._.

To be continue..

TentangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang