'Deg'
'Kenapa lu mesti dateng lagi?' batin Lita kesal sendiri
"Nggak! Gua bisa pulang sendiri" ketus Lita
"Nggak! Gua bisa nganter lu" Akbar membalas ucapan Lita dengan nada yang sama dengan maksud ingin bergurau. Namun, tanpa berbasa-basi, Lita berjalan meninggalkan Akbar sendiri
"Ta.. Lita!!" Akbar memanggil nama Lita dari jarak beberapa meter. Lita tak menoleh sedikitpun. Mau tak mau Akbar harus berlari mengejarnya
"Gua mau nganter lu pulang Ta" Akbar berterus terang
"Mentang-mentang Kak Mega udah tamat, lu pengen selingkuh sama cewe lain?" Lita menyuarakan pendapatnya
"Gu-gua udah putus dari dia"
"Terus, lu jadiin gua pelarian cinta lu? Gitu kan maksud lu?"
"Nggak gitu Ta.. Lu kenapa jadi dingin gini sih?"
"Harusnya lu tanya sama diri lu sendiri!" Lita mulai meluapkan amarah. Amarah yang Akbar tak pahami. Akbar menaikkan sebelah alisnya
"Gua suka sama lu dari awal kita ketemu. Mencintai dalam diam tanpa diketahui itu sakit. Mungkin lu pikir itu biasa aja. Tapi itu udah cukup bikin gua sakit" Lita benar-benar berterus terang saat ini. Tentang apa yang ia tahan sejak lama. Namun Lita tak ingin melibatkan Kak Mega disetiap ucapannya
Saat itu juga Akbar terdiam. Tak bisa membalas apapun. Mulutnya bungkam. Seakan kaku dengan kenyataan yang ada. Lita sempat berdiam dengan posisinya. Tak lama, ia pun pergi meninggalkan Akbar. Ada keinginan untuk mengejar Lita yang sempat terlintas. Namun kakinya pun terasa kaku tak bisa digerakkan. Sampai punggung milik Lita sudah tak tampak dari pandangan, Akbar masih setia dengan posisinya saat ini
...
"Net.. Lita nggak masuk hari ini?" pertanyaan ini terlontar begitu saja. Karena di akhir jam pertama Ira tak juga melihat batang hidung Lita. Sedangkan keterangannya pun tidak ada
"Nggak tau Ra" balas Neta
"Tumben banget dia nggak masuk"
"Mungkin sakit kali Ra.. Gimana kalo kita ke rumah dia aja, nanti balik sekolah"
"Iya deh. Btw, istirahat nanti temenin gua ke perpustakaan ya.. Soalnya ada buku yang pengen gua pinjem nih"
Satu jam, dua jam. Berlalu begitu saja dentingan bel istirahat mengalun begitu saja tepat pada waktunya.
"Tumben banget Ra, lu minjem buku di perpustakaan gini. Kayanya lu udah beneran berubah ya Ra"
"Jangan lebay deh. Gua kesini cuma mau nyari buku matematika buat olimpiade minggu depan"
"Lu ngikut olimpiade Ra?"
"Iya bawel" sikat Ira yang malas bercakap. Neta mengerucutkan bibirnya. Tak setuju disebut 'bawel'
"Ra.. " Neta memanggil Ira
"Ra.. " Neta memanggil Ira lagi. Namun Ira sangat malas untuk menggubrisnya. Ira menolehkan wajahnya kepada Neta dengan raut wajah bingung
"Lu sadar nggak kalo si Akbar merhatiin kita terus dari tadi?" Neta membuka sesi bergosip disana
"Nggak. Jangan-jangan dia suka sama lu Net. Awas! Jangan lu tikung tuh si Lita" Ira menjawab santai. Namun tidak memberi respon positif
"Ih gua sih fokus sama Kak Mahdi aja yey"
...
"Lu kenapa nggak sekolah Ta?" kalimat pertama dilempar oleh Neta saat memasuki bilik kamar Lita
"Nggak. Gua lagi males aja sekolah" Lita memberikan alasan
"Tadi pas kita ke perpustakaan, Akbar ngeliatin kita mulu. Gua rasa dia nyari lu Ta" Neta menceritakan agendanya hari ini di sekolah
"Perasaan lu aja kali Net" jawab Lita malas
"Malem ini, nginep di rumah gua yuk! Besok kan libur juga" ajak Lita di menit berikutnya
'Drrt..' ponsel milik Ira bergetar dengan sendirinya. Ada sebuah notif pesan muncul disana. Jemari Ira bergerak ke arah notif tersebut
'Lu dimana? Gua udah di rumah lu. Lu jahat banget sih. Ngebiarin gua lapukan nungguin lu' ternyata Felix sudah menunggu di rumahnya dan meluapkan kekesalannya di sebuah pesan
'Gua lagi otw. Nggak usah lebay jadi orang' Ira membalas dengan sigat dan kembali ke percakapan sahabatnya
"Gua boleh kan balik dulu? Nanti sore gua kesini bawa baju" Ira meminta izin untuk pulang
"Tapi lu pasti dateng kan?" Neta mencoba memastikan
"Iyalah. Tenang aja! Nanti gua bawa makanan deh"
"Sip. Cepetan sono lu balik" celetuk Lita yang langsung menyela
"Ih gua malah diusir" gerutu Ira asal
_._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._.
To be continue..
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang
General Fiction- Karna tuhan punya cara tersendiri untuk mempertemukan -