27. Now

15 0 0
                                    

Empat tahun kemudian

Wanita bertubuh semampai mengenakan baju berwarna putih dibalut dengan jas berwarna hitam ditambah rok mini sebatas lutut rapi ia kenakan

Duduk di ruang lobby suatu perusahaan besar di Jakarta. 'Menunggu panggilan' begitu kiranya yang ia lakukan.

"Mbak, dipanggil atasan saya. Mari saya antar" ucap salah satu pegawai mengarahkan.

Akhirnya wanita itu mendapat panggilan setelah menghabiskan waktu tiga puluh menit di lobby.

Wanita itu mengekor mengikuti arahan pegawai sampai masuk ke suatu ruangan. Sampai bertemu dengan manager perusahaan tersebut

"Silahkan duduk" ucap manager tersebut mempersilahkan duduk

Wanita itu menatap manager dengan tatapan memperhatikan wajahnya dalam. Memperhatikan tiap lekuk wajah secara detail. Sebab menurutnya ia tidak asing dengan sosok itu

"Dengan Neta Ariska?" tanyanya.

Wanita yang sedari tadi mencoba mengingat seseorang yang menurutnya tak asing itu bernama Neta. Ya, salah satu sahabat Ira

"Iya" jawab Neta lugas

"Saya sudah baca lamaran kamu via email minggu lalu" kata sang manager. Membuka obrolan

"Dan selamat kamu diterima di perusahaan ini sebagai sekretaris saya" sambungnya

"Beneran pak?" Neta berusaha meyakinkan

"Iya, masa saya bercanda"

"Oiya saya Mahdi Syuhada sebagai atasan kamu"

'deg'

Nama yang tidak asing. Nama itu. 'Mahdi Syuhada'. Adalah dia lelaki di 4 tahun lalu menarik perhatiannya -Neta-. Mungkin ini yang dinamakan garisan takdir

"Bapak alumni SMA HARAPAN?" tanya Neta memastikan.

Mahdi mengerutkan alisnya. Pasalnya ia bingung dengan Neta yang mengetahui asal sekolahnya. Di detik berikutnya Mahdi mengangguk

"Kak Mahdi angkatan 32 yang kapten basket itu kan?" tanya Neta lagi

"Iya, kamu kenal saya?" kali ini Mahdi yang bertanya

"Saya adek kelas kakak" Neta memberi penjelasan

"Eh pak maksud saya" Neta bermaksud meralat ucapannya

"Ohh jadi kamu alumni SMA HARAPAN juga?"

"Kalo gtu, jangan panggil saya dengan sebutan pak lagi. Panggil kakak juga nggakpapa" senyum mengembang di wajah Mahdi dengan sedikit tawa kecil

...


Duduk manis dihadapan laptop ditemani secangkir kopi hitam di sisi kirinya menambah lamunan wanita bermata empat semakin menjadi-jadi. Dia. Lita Meilani. Seorang wanita muda yang mengembangkan bakatnya dalam menulis.

Berkhayal. Salah satu caranya mengembangkan buah pemikirannya. Ternyata patah hati tidak selalu membuat seseorang lemah. Dia bangkit dan sukses lantaran patah hatinya di masa lalu.

Benar. Jikalau kita harus belajar dari gagal. Dan harus bangkit dari sakit.

Setiap sakit atau bahagianya kadang kala tanpa dipinta selalu sukses melahirkan aksara aksara yang bernilai harganya

"Hufft" wanita mata empat ini membuang asal nafasnya. Melepaskan kacamatanya, lalu memijit pelan keningnya

'ting'

Getaran sekaligus bunyi dari handphone miliknya mengalihkan pandangannya

'Group chat'

Notif di handphone nya itu menandakan ada pesan dari group chat. Lita membiarkan jemarinya bergerak untuk memeriksanya

Ira:
Hay gengs

Neta:
Heyy heyy gua jadi sekretaris sekarang!! Yeyy yeyy yeyy!!

Ira:
Alhamdulillah

Felix:
Iraaaa!! Kapan lu balik ke Indo? Kangenn

Ira:
Tunggu aja. Awas ya kalo nanti pas gua balik lu pada jadi sombong

Lita:
Selow mbak'e

Lita menutup ponselnya kemudian merapikan barang barangnya yang berantakan diatas meja cafe. Meyeruput kopi hingga habis, kemudian bergegas meninggalkan cafe.

_._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._.

To be continue..

TentangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang