T.I.G.A

153 7 10
                                    

Aksa menuruni tangga dengan kesal. Ia menuju ke ruang keluarga. Di sana sudah ada Mamanya dan Sandy. Sandy Pradipta. Kakak laki-laki Aksa.

"Dek Eta mana, Sa?" Mamanya bertanya ketika menoleh dan mendapati Aksa dengan wajah sebalnya.

"Tau tu, diajak nyanyi malah tidur." Aksa duduk di sebelah Mamanya.

"Kalo lagu lo selow semua gitu ya emang pantes kalo Dek Eta tidur." Kini Sandy ikut menimpali. Memang, di keluarga Aksa, hanya Aksa yang memanggil Eartha tanpa tambahan 'dek'.

Aksa yang sudah mengambil bantal di sofa dan sudah akan menimpuk Sandy dengan benda itu seketika mengurungkan niatnya karena teriakan dari Mamanya yang melengking segera menghentikannya.

"Ini anak dua lanang udah gede kok ya masih kayak anak SD."

"Ini Ma, Sandy duluan yang mulai!"

"Loh, ya emang bener kan? Kalo gue jadi dek Eta emang milih tidur daripada dengerin lo nyanyi."

Aksa yang tambah sebal pun berlalu ke dapur dan mengambil minuman dingin di kulkas lalu meneguknya cepat.

*

Eartha membuka matanya perlahan. Pegal. Itulah hal pertama yang ia rasakan. Dengan posisi tubuh yang setengah meringkuk membuatnya harus meregangkan otot-ototnya.

Eartha menguap lebar-lebar sambil membuka pintu kamar Aksa. Ia berjalan menuruni tangga dan matanya menangkap bayangan 3 orang yang sedang berkumpul di ruang keluarga. Ia pun berjalan menghampiri mereka.

"Maaf, Budhe. Tadi Eta ketiduran." Eartha berjalan mendekati Mama Aksa lalu duduk di sampingnya. Sedangkan Aksa sudah duduk malas-malasan di karpet dan kepalanya menyandar pada kaki Mamanya.

"Eh, iya. Nggak apa-apa dek Eta."

"Duh, sekarang udah malem ya, Budhe? Aksa sih tadi pake nyanyi."

"Tuhkan, dengerin tuh Sa!" Sandy yang tiduran di sofa panjang sambil berkutat dengan ponselnya pun ikut menanggapi, walaupun wajahnya masih serius dengan ponselnya.

"Nggak usah mancing deh. Lo diem aja." Aksa menanggapinya dengan judes dan tatapan mata yang masih tertuju pada televisi.

Mama Aksa memilih tidak menanggapi kedua anaknya. "Iya, Ta. Ini udah malem. Jam berapa, San?" Mama Aksa bertanya pada Sandy yang masih sibuk dengan ponselnya.

Sandy melirik sudut kanan ponselnya. "Delapan dua tiga Ma."

"Wah, cepet banget. Padahal tadi kayaknya Eta kesini baru jam setengah lima. Ya udah deh, Budhe. Eta pulang sekarang ya?"

"Anak cewek nggak boleh keluar malem-malem, Ta. Sa, anter dek Eta pulang."

"Males ah, Ma. Suruh Sandy tuh." Aksa masih terlihat merajuk.

"Ya udah. Sandy anter dek Eta."

Sandy langsung duduk. "Ma, Sandy ada tugas dari dosen. Sandy masuk kamar dulu ya." Sandy nyengir lebar. Lalu melesat masuk ke kamarnya.

"Nggak papa Budhe. Rumah Eta kan juga deket." Eartha akhirnya angkat bicara. Namun Mama Aksa menggelang tegas.

"Aksa, sekarang anter dek Eta."

"Kata Mama kan anak cewek nggak boleh keluar malem-malem. Ya udah, Eta nginep sini aja."

"Enak aja!" Eartha langsung menyahut.

"Kalau ada yang nemenin kan ada yang bisa njagain." Mama Aksa kini angkat bicara lagi.

Melihat anaknya yang tidak ada respon, Mama Aksa pun berseru gemas. "Aksa, SEKARANG!" Kalau sudah begini, perintah dari Mamanya sudah mustahil untuk di ganggu gugat. Aksa mulai bangkit lalu berjalan malas-malasan.

RELUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang