L.I.M.A.B.E.L.A.S

33 3 7
                                    

TOK.. TOK.. TOK...

Ketukan pintu dari arah luar yang cukup keras mampu memecah keheningan yang membungkus kamar bercat abu-abu itu. Seorang lelaki tidur dengan setengah telentang. Posisi tidur yang demikian memang telah menjadi favoritnya. Ditambah dengan kaus putih tipis yang dipakainya kini menambah tidurnya semakin terasa nyaman.

Seorang wanita muncul di ambang pintu. Ia menatap kesal ke arah anaknya itu. Melihatnya, ia langsung mencak-mencak, "Masyaallah, kamu kok kebo banget sih, Sa?"

Lelaki itu sedikit menggeliat. Ia merubah posisinya ke posisi miring. Mama Aksa tambah geram melihatnya. Ia menepuk kaki Aksa yang hanya di balut celana selutut.

Aksa bergumam malas, "Apaan sih, Ma?"

"Kamu lupa? Kamu kan kemaren udah bolehin Mama buka orderan. Mana tadi malam kamu makan kue banyak lagi! Piring sama peralatan Mama kotor semua! Mama sibuk gini kok kamu enak-enakan."

"Ngantuk, Ma."

"Pokoknya sekarang bangun! Ayo bantuin!"

Lelaki itu menyerah. Ia beringsut ke posisi duduk lalu menatap Mamanya dengan sedikit kesal. Ia benar-benar tidak rela jika hari ini ia harus kehilangan waktu tidur siangnya.

"Nah, gitu dong, ayo cuci piring."

"Hmm, iya iya, Ma. Mama turun duluan. Aksa pengen ganti kaus."

"NO! Nanti kalau Mama turun duluan, kamu bakal tidur lagi. Dari mukamu tuh kelihatan banget kalau kamu nggak ikhlas, Sa. Mama udah hafal kamu, okay?"

Aksa mengacak rambutnya lalu membuang napasnya, "Aksa cuma mau ganti kaus, Nanti Aksa nyusul. Janji."

"Maksud kamu nanti kalau Mama udah selesai? No. Kamu ganti aja kali. Ini cuma Mama, okay?"

"Ya karena ini Mama, malu ah, Ma."

"Oh, jadi kalau di depan temen cewek kamu, kamu nggak malu?"

"Tauk ah, Ma." Aksa kesal sendiri. Lelaki itu berdiri lalu membuka pintu almari. Asal mencomot kaus yang berada di paling atas, lelaki itu membuka kausnya, menampakkan tubuh tegapnya yang sangat proporsional. Dengan sedikit kesal, ia melemparkan kaus yang dipakainya tadi ke keranjang baju kotor, lalu mengenakan kaus bersih yang baru saja diambilnya.

Mama Aksa yang melihat tingkah anaknya itu terkikik geli. Wanita itu berdiri dari tepi kasur lalu menghampiri Aksa, "Wah, wahh, anak Mama udah gede ya?"

Aksa tersenyum sekilas sebagai jawaban. Ia merangkul bahu Mamanya lalu mengajaknya keluar kamar. "Yuk, yuk sini Aksa bantuin cuci piring."

Mama Aksa tersenyum senang. Ia mengikuti langkah panjang anaknya. Menuruni tangga, Mama Aksa sibuk melirik ke arah Aksa. Wanita itu harus sedikit mendongak untuk dapat menatap anaknya yang kini jauh lebih tinggi darinya. Garis rahang yang tegas itu membingkai wajahnya. Mata hitamnya yang bernaung alis tebal itu juga menambah kesan tegas. Tanpa sadar, Mama Aksa tersenyum tipis.

Sampai di dapur, mata Aksa memandang tak percaya pada tumpukan alat-alat dapur yang menanti untuk dimandikan. "Masyaallah, ini serius, Ma? Kok perabot Mama jadi banyak banget gini? Mana kotor semua lagi."

"Hehe, ya gitu deh, Sa. Mama habis bongkar gudang. Nemu perabot banyak. Terus piring-piring bekas makan tadi malam juga Mama belum sempet cuci. Jadi numpuk gini deh. Kamu cuciin dulu, ya? Mama capek banget nih. Tiduran bentar kayaknya enak."

"Ma, ma, jangan gitu lah. Katanya tadi Aksa suruh bantu. Berarti cucinya sama Mama."

"Bentaaaarr aja, Mama capek nih, ya?"

RELUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang