S.E.B.E.L.A.S

39 2 9
                                    

Seorang gadis tersenyum manis pada pantulan dirinya sendiri di kaca cermin. Bando putih terselip apik diantara rambut hitamnya yang tersisir rapi. Seragam putih abu-abunya juga sudah melekat di tubuh mungilnya.

Din...diinn...

Sebuah klakson mobil cukup membuatnya tersentak. Langkah kecilnya bergerak menuju jendela. Tangannya membuka tirai.

Senyumnya semakin mengembang saat melihat sebuah mobil terparkir manis di depan rumahnya.

Ia berjalan menuruni anak tangga menuju dapur.

"Buk, Eta berangkat dulu ya?" Ia mengecup sekilas pipi ibunya lalu berlari kecil menuju depan rumah.

Eartha tersenyum lebar begitu melihat Aksa berdiri di depan mobil itu. Bibir pucatnya kini telah kembali menampilkan rona kemerahan.

"Tumben Sa, bawa mobil? Punya Mas Sandy kan ya?"

Aksa tersenyum tipis lalu mengangguk. Lelaki itu memasuki mobil sambil menyahut kecil, "Fase pemulihan itu perlu, Tha."

Awalnya dahi Eartha berkerut heran mendengarnya, namun detik berikutnya senyumnya kembali muncul saat menyadari maksud Aksa. Ia memasuki mobil milik Sandy itu.

"Kalo gue bawa mobil kan lo bisa senderan, nggak kena angin juga."

Eartha tersenyum. "Padahal aku lebih suka pake motor."

"Bilang aja mau peluk-peluk gue." Aksa berseloroh enteng. Namun itu cukup membuat Eartha menunduk malu.

*

Astrella berjalan sambil membawa tumpukan buku tulis yang baru saja diambilnya dari kantor guru. Tumpukan buku yang terlalu banyak membuat sebagian jalannya tidak diperhatikannya.

Tiba-tiba langkahnya terhenti begitu saja saat ia merasakan kaki kirinya tersendat sesuatu. Tubuhnya kehilangan keseimbangan dan membuatnya terjerembab dengan keras di lantai.

Sontak bibirnya berteriak. Matanya langsung tertuju pada punggung lelaki yang nyelonong begitu saja. Ia benar benar yakin jika lelaki itu adalah penyebabnya.

"HOI, DASAR KAMPRET! LO INJEK TALI SEPATU GUE!" Astrella berteriak marah walaupun posisinya kini masih belum berubah. Lelaki yang dicurigainya itu tidak menanggapinya dan malah terus berjalan.

"DASAR TAI KUCING! BELAGAK BUDEG YA?" Astrella kembali berteriak. Tanpa di duganya, lelaki itu berbalik dan berjalan ke arahnya. Ia sempat berfikir jika setelah ini akan terjadi adegan klise seperti dalam kebanyakan sinetron di televisi. Lelaki itu akan bersikap seperti tokoh tokoh sinetron dengan membantunya mengemasi buku lalu mengajaknya berkenalan. Huh, membayangkannya saja Astrella sudah bergidik geli.

Namun ternyata ia salah. Lelaki itu malah balas menatapnya tajam. "DASAR TIKUS! YANG SALAH LO, KOK MALAH GUE YANG DIMARAHIN?"

Astrella berdiri. Ia mendongakkan kepalanya menatap marah mata lelaki itu. "LO YANG INJEK TALI SEPATU GUE!"

"SALAH SIAPA NGGAK DITALI?"

"SALAH SIAPA LO INJEK?"

"DASAR ADEK KELAS KURANG AJAR!"

"LO KIRA LO SIAPA? CUMA BOCAH DARI KELAS SEBELAH!"

Lelaki di depannya itu tersenyum miring. Ia menunjukkan bet di lengan kirinya yang tertulis angka duabelas dengan huruf romawi itu.

Mata Astrella langsung membulat sempurna saat menyadarinya.

*

"Sa, ayo kapan jalan-jalannya?" Eartha menoleh pada Aksa yang kini berjalan di sampingnya. Jam-jam pulang sekolah seperti ini, koridor memang cukup ramai.

RELUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang