T.U.J.U.H

78 5 13
                                    

"Pa, liat deh." Aksa berlari kecil menuruni tangga sambil menenteng beberapa brosur dari pameran. Seragamnya kini sudah ia ganti dengan kaos putih dan celana selutut.

"Vespa lagi?" Mamanya bertanya malas. Aksa melempar senyum manisnya, berharap mamanya luluh. Namun yang didapatnya malah cekikian geli milik Sandy dan mamanya yang kini memutar bola matanya.

Aksa duduk di sebelah papanya lalu menyodorkan brosur.

"Pa, ke pameran yuk."

"Vespa mulu. Mobil aja. Biar nggak kehujanan." Mama Aksa menimpali sambil ikut duduk di sebelah papa Aksa.

Sandy mengalihkan pandangannya dari ponselnya. "Nggak papa, Ma. Kalo Aksa pake vespa dia nggak bakal macem-macem. Masa iya ada orang tawuran pake vespa." Sandy tergelak.

"Halah, ngomong aja lo juga pengen. Tuh pa, Sandy kode. Dianya juga mau."

"Kalian itu ya, kalo vespa itu kayak gorengan, udah papa beliin." Papa Aksa menyahut enteng.

"Enak aja papa samain vespa sama gorengan." Aksa merengut tidak setuju. Namun sejurus kemudian senyum manisnya kembali terbit, masih berusaha merayu papanya. "Jadi, kapan pa?"

"Besok deh, kalo kamu lulus." Mata Papa Aksa masih belum mau beralih dari beberapa katalog batik terbaru milik perusahaannya di Solo.

"Kalo lulus loh ya, Sa." Sandy menekankan setiap kata yang ia ucapkan membuat Aksa melirik sinis ke arahnya dan hanya ia tanggapi dengan anggukan sopan berlagak mohon maaf.

"UN tidak menentukan kelulusan." Ucap Aksa dengan nada sarkas yang begitu kental.

"Ndak usah ribut to, le." Mama Aksa mulai malas dengan perdebatan tidak penting kedua anaknya. Ia berjalan ke meja makan lalu mulai menuangkan minuman.

"Pa, brosurnya diliat dulu." Aksa masih memohon kepada Papanya.

"Besok deh, kalo kamu lulus." Ucap Mama Aksa datar menirukan ucapan Papa Aksa. Tawa Sandy langsung meledak. Tangannya mengelus lembut bahu Aksa yang membuat Aksa mengernyit jijik. "Sabar ya, Sa?"

Tawa Sandy semakin meledak melihat Aksa tersenyum masam. Papa Aksa yang baru saja mengalihkan pandangannya dari katalog langsung memasang wajah bingungnya yang sangat jelas terbaca ada-apa?

*

Ponsel di saku jaketnya berdenting kecil. Aksa menepikan vespanya lalu mengeluarkan benda tipis itu. Jarinya bergerak menelusuri layar.

Eta Kinanti : jadi ajarin teks b. ing ga?

Aksa membaca pesan itu sekilas lalu melirik gitar yang berada di belakangnya. Jarinya mengetikkan pesan balasan dengan cepat.

Adhiyaksa Priyambada : boleh deh. Gue otw

Eta Kinanti : dirumahku?

Aksa melirik pesan masuk dari Eartha. Meninggalkan simbol read lalu kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku dan mulai melajukan kembali vespanya.

*

Bunyi klakson vespa Aksa yang ditekan beberapa kali masuk indera pendengaran Eartha. Mau tak mau ia turun dan membukakan pintu untuknya.

Senyum Aksa langsung mengembang begitu Eartha menyembul dari balik pagar. Kaus longgar biru muda dan celana abu-abu tigaperempat terlihat pas di tubuh Eartha. "Tumben nggak langsung masuk, Sa?"

"Keluar aja yuk."

"Tumben?"

"Gue lagi kesel sama Sandy."

RELUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang