T.I.G.A.P.U.L.U.H.T.I.G.A

16 3 9
                                    

Ditya sedang asyik mengulur tubuhnya di kolam renang kala ponsel di kursi panjang dekat posisinya kini berdering heboh. Awalnya cowok itu bodoamat. Kesantaiannya mengapungkan badannya dengan gerakan lincah tangan dan kaki yang dinamis membuat Ditya enggan meninggalkan kolam. Toh pikirnya telepon itu hanya dari Laras si sepupu cablak atau Aksa yang akan mengeluh ini itu pasal kerenggangan hubungannya dengan Eartha.

Ditya sendiri kini malas ikut campur lebih jauh urusan mereka. Menurutnya Aksa terlalu berusaha keras menampik sedangkan Eartha juga berusaha keras untuk mengejar. Dua orang yang saling "berusaha keras" untuk hal yang jelas sangat berlawanan itu pastinya akan sangat sulit digabungkan kembali.

Kembali pada ponsel Ditya, kini cowok itu mengerang kesal. Enam kali sudah benda tipis itu berdering, membuatnya betulan ingin mengajak ponselnya itu turut berenang dan menyelam bersamanya.

Ditya mencebik. Ia menepi lalu keluar dari kolam dengan sedikit tidak rela. Air yang mengalir di tubuh dan celananya terjun begitu saja ke lantai. Jadi becek memang, namun Ditya tak peduli itu. Yang ia mau hanya membunuh suara berisik itu dan kembali pada ketenangannya.

Tangan besar Ditya meraih ponsel pada kursi panjang dengan tak sabar. Ia bersumpah untuk memaki siapapun yang telah menjadi pengusik dan penghancur moodnya sore ini. Namun tidak saat mata tajamnya itu bersibobrok dengan layar ponsel. Tubuhnya otomatis menengang, sedangkan bibirnya terkunci rapat tak percaya siapa yang telah berusaha menghubunginya sampai enam kali panggilan itu.

"M-mama?" ejanya lirih. Cowok itu berulang kali memastikan kebenaran tulisan di layar ponsel. Ia pun berulang kali ragu jika ini hanya sekadar halu.

Ditya sempat bingung kenapa Mama yang selalu ia usahakan untuk menghubungi malah kini balas menghubunginya. Memang, telah seminggu ini Ditya sama sekali tak mencoba menghubungi Mamanya lagi. Toh menurutnya sia-sia saja tiap hari ia mencoba namun tak ada hasil.

Akan tetapi kali ini berbeda. Justru Mama yang selalu mengabaikan usahanya itu yang kini menelponnya. Sedikit marah memang terselip pada relungnya. Yah bukan apa-apa. Ia hanya sedikit kesal dengan fakta bahwa wanita yang telah melahirkannya itu mengabaikan masa remajanya.

Ditya berdehem untuk menetralkan suaranya, lantas ia menggeser tombol hijau dan mendekatkan benda tipis itu pada telinga. Sedikit lupa ia tentang ketenangan kolam renang. "Halo, Ma?" mulainya dengan suara rendah.

Suara di seberang sana berseru girang, "Ya Allah, Alhamdulillah, akhirnya kamu angkat juga. Kamu marah ya sama Mama?"

Ditya mendudukkan tubuhnya pada kursi panjang. Ia tak peduli jika yang membungkus tubuhnya betulan basah. "Enggak, Ma," balasnya singkat. Entah kerena apa, suara yang benar-benar ia rindukan itu kini terasa hambar di telinganya. Hanya perasaannya atau apa, namun Ditya merasa ada yang berbeda dengan aura suara yang begitu menenangkan saat masa kecilnya dulu. Seperti ada yang berusaha ditutupi, mungkin?

"Adudududuh, anak Mama yang ganteng sendirii, jangan marah dong. Ayoo ceriaa, Mama kangen tahu? Kangeeeeenn banget!"  ungkap suara itu excited. Ditya sempat membatin di sana. Posisinya yang memang anak tunggal tentunya membuat ia ganteng sendiri.

"Mama kapan pulang?" tanyanya spontan. Ratusan kata dan pertanyaan yang telah ia himpun untuk dapat ia utarakan saat ia mencoba menghubungi Mamanya dulu seolah lenyap dan hanya tersisa itu.

"Kamu mah ngegas deh. Kamu juga belum tanya kabar Mama malah langsung ngomongin itu. Gimanaa, kabar kamu baik?"

Ditya bergumam, "Heem, baik, Ma. Mama gimana?"

"Mama nggak baik, Dit. Mama kangen Adit!"

Ditya terkekeh. Mendengar nama panggilan kecilnya kembali diucapkan oleh seseorang yang ia rindukan ternyata mampu memperbaiki moodnya. "Ya ayo makanya pulang, Ma."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RELUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang