Unpredictable

31 3 0
                                    

Tareen POV

29 August 2016

Senin. Kau tahu kan? Sebagian besar pelajar Indonesia membenci hari senin. Karena mereka harus berdiri selama kurang lebih satu jam di lapangan yang pada umumnya merupakan lapangan terbuka. Huntungnya lapangan SMA Rasendriya indoor. Jadi kami tak perlu berpanas-panasan saat upacara.

"..." Aku menghembuskan nafas panjang seraya bercermin

"Kau baik-baik saja?" Lagi-lagi Nareen masuk tanpa suara seraya meletakkan kedua tangan di saku celananya.

"Ya, sebelum kau datang seperti ini" Ucapku mengenakan jaket yang harus ku kenakan, selalu.

"Kau ini. Ayo turun, Celine menunggumu."

"Dia menunggu kau, bodoh" Balasku merendahkan suara saat memanggilnya bodoh.

"Hey! Aku mendengarmu" Balasnya menjitak kepalaku.

"Haishhh! Baiklah baiklah" Ujarku mengusap bagian kepala yang ia jitak.

Cerinatasha Geovanni Gaozan, atau yang kerap kali di sapa Celine. Ia adalah sepupu jauh dari keluarga ayahku. Ia sering mengunjungiku- maksudku Nareen. Ia menyukai Nareen. Aku tahu itu meskipun ia berkali-kali mengelak. Dia baik, sangat baik padaku- karena ia menyukai Nareen, aku tahu ketidaktulusannya, itulah mengapa aku tidak begitu menyukainya. Mungkin aku menyukainya pada situasi tertentu saja.

"Hai Nareen, hai Tareen!" Sapa nya yang telah duduk di kursi tamu.

"..." Aku hanya tersenyum ke arahnya

"Baiklah. Ayo berangkat" Ucap Nareen mengeluarkan kunci mobilnya dari saku.

08.00am

"...Upacara selesai..." Satu kalimat yang paling di apresiasi oleh seluruh siswa. Seluruh siswa berjalan menuju kelas masing-masing sebelum bel berbunyi 5 menit kemudian. Aku memutuskan untuk membeli sebotol air mineral di koperasi karena aku meninggalkan milikku. Urusanku di koperasi selesai tepat saat bel berbunyi. Seluruh siswa berlarian menuju ruangan kelas kecuali aku- dan dua orang siswa yang tak pernah ku lihat.

"Hey, kau tau dimana X-II?" Salah satu diantara mereka bertanya padaku- Byan.

"..." Aku mengerutkan dahi, Mereka kembar? "Tentu, itu kelasku" Sambungku.

"Baguslah, bisa kau antar kami kesana?" Kini giliran seorang laki-laki yang menyahut- Ray

"..." Aku mengerutkan dahi "hm" sambungku mengiyakan, seraya berjalan melewati mereka.

02.15pm

Nareen tidak pulang bersamaku. Rapat osis. Mengganggu saja, pikirku. Aku tak pernah tertarik untuk mengikuti organisasi ataupun ekstrakulikuler lainnya. Lagi pula pengalaman berorganisasi masih dapat ku cari ketika aku sudah di perguruan tinggi.

Hari ini hujan turun dengan derasnya. Sebenarnya Nareen memintaku untukk menunggunya. Tapi aku tak ingin. Aku hanya ingin cepat sampai di rumah dan merebahkan tubuh di istana ku. Tapi sepertinya rencana itu harus tertunda, karena tubuhku akan dibasahi dengan air hujan sore ini.

"Seharusnya aku membawa payung" Aku menghembuskan nafas panjang seraya merasakan dinginnya air hujan melalui kedua telapak tanganku.

"Biar ku antar." Ucap seorang laki-laki dari belakangku.

"..." Aku menatapnya, meletakkan tanganku yang tadinya sedang merasa air hujan

"Tak masalah bukan? Aku ingin bersamamu hari ini." Ia berdiri di sebelahku, tersenyum seraya membuka payungnya. "Ayolah" sambungnya

BetrayalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang