6 September 2016
"Re, Tetaplah di rumah. Kau harus istirahat. Lagipula kegiatan hari ini hanya lari." Ujar Nareen berdiri di pintu kamarku.
"Ayolah, kau tahu kami tak harus berlari. Aku akan berjalan saja." Ucapku mengenakan mantelku dan menghampiri nya.
*sighs* "Baiklah, jangan lupakan obatmu." Balasnya merangkulku.
"Hei! Aku penderita kelainan jantung, bukan Alzheimer" Ucapku memeluk pinggangnya.
"Haish! Kau pikir apa yang harus kau banggakan dari penyakitmu itu bodoh!" Ujarnya menjitakku, aku hanya tertawa karena nya.
Benar, hari ini sekolah mengadakan perayaan hari jadi nya mulai pagi, hingga perayaan pincaknya, malam nanti. Mungkin akan lebih baik jika aku tinggal di rumah saja. Tapi aku merasa bosan. Entah mengapa kini aku mulai menyukai sekolah.
Aku melihat beberapa siswa berlari melalui ku, ada juga yang berjalan di belakang atau di hadapan ku. Mereka berbicara satu sama lain mengenai pelajaran, hal yang akan mereka lakukan sepulang sekolah nanti seraya menanti puncak acara, dan hal lainnya. Berbeda dengan ku yang hanya 'berbicara' dengan alam. Melangkahkan kaki, menghembuskan nafas, atau sesekali mencaci dan menertawai diri ku sendiri. Karena aku begitu cepat merasa lelah, padahal aku baru berjalan seperempat perjalanan. Mungkin aku akan menjadi siswa yang paling akhir sampai di sekolah, atau mungkin tertinggal jauh dengan mereka. Nyatanya mungkin aku siswa yang paling sering berhenti untuk beristirahat, bahkan dari awal aku tak berlari.
"Kau lelah?" Seseorang berjalan di sebelah ku.
"Tak bisa kah kau berjalan saja?"
"Mmh," Ia menghembuskan nafas kasar, "Aku sedang berjalan, kau tak lihat?"
"Tinggalkan aku"
"Tak akan."
"Raynathan!" Aku menghentikan langkahku dan menatapnya.
"Ayolah! Kau akan tertinggal!" Ia menarik tangan ku.
"Hey! Lepaskan!" Aku memberontak, namun cengkeramannya lebih kuat dari ku- tentu saja, "Tunggu Ray," Aku berhenti.
"Ada apa? Apa aku terlalu cepat?" Raynathan menghentikan langkahnya dan menatap ku yang terengah, "Ayolah, 100 meter lagi kita sampai." Ia merangkul ku
"Sebentar saja," Aku menepi untuk duduk sebentar, nafasku sesak.
"Mmh, Tareen? Kau baik-baik saja?" Ia duduk di hadapanku.
*sighs* aku mengatur nafasku dan berdiri, ia pun berdiri, "Ayo," Aku tersenyum padanya, aku baik-baik saja.
Aku sedikit berlari menuju kelas ku, setidaknya untuk menghindar dari Raynathan, aku harus meminum obat pereda rasa sakit yang ku letakkan di dalam tas. Aku beruntung, tak ada siapa pun di kelas. Aku segera duduk di bawah meja ku setidaknya memperkecil kemungkinan ada orang yang melihatku meminumnya.
*sighs* aku meletakkan kembali botol obat dan minumku ke dalam tas dan berbalik- Raynathan berdiri dihadapanku.
"Apa?" Aku menatapnya kaget.
"Kau meminum obat apa?" Ia merampas tas ku dan mengeluarkan isi nya, "Apa ini?" Tanya nya menggenggam botol transparan milikku.
"Bukan urusanmu." Aku merampas botol itu.
*sighs* Ia mengacak rambutnya, "Seseorang mencarimu."
"Siapa?"
"Entahlah, aku hanya mendengar ia memanggil namamu saat kau lari dari ku, tapi ia tak mengenakan seragam Rasend."
KAMU SEDANG MEMBACA
Betrayal
Ficção AdolescenteTareen terdiam seraya menatap keluar jendela. Memperhatikan setiap genangan air yang terus dijatuhi jutaan air hujan dari langit berwarna marun dengan gradasi warna gelap lainnya. Mendengar air dan angin yang saling bersahutan. Mungkin untuk sebagi...