Kembali

33 1 0
                                    


Aku melangkahkan kaki ku untuk keluar dari tempat sialan ini, hingga akhirnya sampai di sisi jalan. Jalan ini cukup lebar, namun tak seramai jalan yang biasa aku jejaki. Kurasa hari ini awan sedang berbaik hati pada ku, ia tak menyiramku dengan air yang ia keluarkan dari tubuhnya seperti hari-hari sebelumnya. Sebagai ganti nya, ia meneduhkan ku, dengan menutupi sinar matahari. Seperti ku, mungkin awan ini sedang berusaha membendung air mata nya agar tidak jatuh.

Aku berjalan cukup jauh dari tempat itu, hingga akhirnya aku menyerah untuk berjalan. Sudah cukup. Pikirku. Dadaku sesak- ku rasa jantung ku mulai lagi. Aku membuka tas kecilku- dimana aku meletakkan ponsel, uang, dan obat yang biasa disebut NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) atau obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang berfungsi sebagai anti inflamasi, analgetik dan antipiretik- singkatnya itu adalah obat yang ku gunakan untuk meredakan rasa sakit yang berasal dari jantungku.

Tak peduli seberapa sering aku mengeluarkan isi di dalamnya, obat itu tak ada. Tertinggal? Tidak, aku sudah memastikannya bahwa aku membawanya kemanapun aku pergi, tapi sekarang dimana- mungkinkah terjatuh saat ku mengeluarkan ponsel ku di tempat tadi? Astaga, tidak. Aku tak akan kembali kesana, ini sudah terlalu jauh. Aku membuka ponselku dan mencari satu nama, Nareen nama beserta deretan nomor yang tak asing lagi bagi ku tertera di layar ponsel ku, aku menekan tombol dial.

"Ada apa Re?" Suara dari ujung ponsel ku terdengar tenang.

"Ah- mm, apa kau bisa... menjemputku?" Tak peduli seberapa besar upaya ku menyembunyikan rasa sakit nya, aku tak bisa.

"Hey? Kau baik-baik saja?" Tak ada lagi ketenangan disana,

"Kau bisa, *sighs* melacakku Kak?" Aku mengatur nafasku, tak butuh waktu lama untuknya menemukan dimana keberadaanku.

"Tunggu aku, 15 menit" Hilang sudah suara yang tenang milik Nareen, "Tidak, jangan di putus. Tetap bersama ku Re, kau dengar?" Sambungnya.

*sighs* "Ya" Balasku tanpa menutup telepon nya seperti yang ia minta. Dan 15 menit kemudian, aku berada di dalam mobil nya.

Aku beruntung saat itu Nareen tak jauh dari lokasi ku. Nareen yang melihatku duduk di sisi jalan segera membawa ku ke rumah sakit yang kami kunjungi beberapa jam yang lalu. kabar buruk. Setidaknya itu yang ku pikirkan setelah melihat ekspresi nya yang tak bersahabat setelah berbicara dengan dokter Jose. Aku tahu ia takkan memberitahu ku tentang keadaan ku yang ku rasa kian memburuk.

"Ada apa Reen?" Ujarku saat ia menggeser slide pintu VVIP 03 itu.

*sighs* Ia tersenyum, menyembunyikan kekecewaan nya karena keadaan ku, "Ku rasa ada seseorang yang memanggilku dengan sebutan kak satu jam yang lalu" Balasnya menggoda ku dengan menekankan kata kak.

"Ku rasa kau salah dengar." Ujarku lagi menghempaskan tubuhku pada tumpukkan bantal di punggungku.

*sighs* "Kau baik-baik saja bodoh. Tersenyumlah, dan jangan lupakan ini lagi" Balasnya menyerahkan botol transparan yang terisi penuh dengan obat-obatan.

05 September 2016

Pagi ini aku berangkat lebih awal karena Nareen pun begitu. Awalnya ia berangkat lebih awal karena ingin meninggalkanku- tentu saja ia melarangku bersekolah hari ini setelah kejadian tempo hari. Namun dengan negosiasi yang tak mudah, aku berhasil bersekolah hari ini.

Seperti biasa, mantel selalu melekat di tubuhku. Entah cuaca sedang panas ataupun dingin, Nareen selalu memaksa ku untuk memakainya- katakanlah ia berlebihan, memang. Tapi aku menyukai caranya menjagaku, sejauh ini. Kedua kaki ku melangkah menyusuri koridor menuju kelasku. Jemari di tangan kanan ku menyentuh dinding sepanjang koridor, dan tangan kiri ku berada di kantong mantelku.

BetrayalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang