Chapter 9 • Kill Him!

44 3 0
                                    

Chapter 9
Kill Him!

______

Malam ini adalah malam ke sepuluh mereka berlima tidur lelap di markas Patrick, terkecuali Kimbery yang masih duduk bersandar di atas ranjangnya dengan pandangan fokus pada senapan yang ia genggam. Terbayang lagi ucapan Patrick tentang Radius. Kemberly mengerutkan dahinya, apakah membunuh Radius merupakan jalan keluar? Bagaimana tidak berpikir demikian jika tubuh mungilnya dijadikan umpan untuk Patrick sebelumnya?

Ia kali ini membulatkan tekadnya untuk menuju ke sana secara diam-diam. Jam telah menunjukkan pukul dua pagi, sepertinya sudah sangat aman untuk pergi ke luar. Ia masukkan pistol FN miliknya ke dalam kantong di pinggangnya. Tangannya mulai menggapai gagang pintu kamar dan membukanya secara perlahan. Sebelum ia melangkah keluar, matanya menyelidiki lebih jauh tanda kehidupan. Tidak butuh waktu lama, kini dirinya sudah berada di luar markas tanpa ketahuan oleh siapapun.

Kaki jenjangnya mulai melangkah ke arah dimana beberapa hari lalu Patrick membawanya ke wilayah Radius. Matanya terus mengawasi jika ada pergerakan di sekitarnya. Tidak lama, ia duduk di belakang batu besar batas Markas Radius dan Patrick. Jantungnya berdegup kencang. Berbagai pertanyaan mengambang di kepalanya. Bagaimana jika dia mati malam ini? Apa perlu ia membatalkan aksinya? Lagi-lagi ia menepis seluruh pertanyaan itu. Ia mulai meninggikan pandangannya, mencari jalan menuju kesana, memeriksa apakah ada beberapa penjaga malam. Ia memantapkan niatnya dan mulai melangkah maju. Baru saja beberapa langkah, terdengar suara gemeresik daun terinjak dari sisi kanannya. Argh, mengapa ia bodoh melakukan hal seperti ini sendirian?

Kemberly meruntuki dirinya sembari jalan perlahan memeriksa ada apakah di sana. Perlahan ia menodongkan senjata pada tempat kosong di hadapannya. Ia sangat berharap bahwa yang berada di sana adalah seekor rusa. Namun ekspektasinya salah, hanya ada angin yang sedikit kencang melintas di sana. Ia memejamkan matanya dan menghela napas lega. Tangannya mulai menurun dan mulai berbalik arah.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Suara itu yang mengagetkannya hingga hampir terjungkal. Tepat di depan tubuhnya ia melihat seorang lelaki berbadan kurus dan lebih tinggi darinya. Ia memakai rompi jeans tanpa lengan dengan symbol XS di dada kanannya. Kimberly memegang pistolnya kuat-kuat, tangannya berada tepat di depan pelatuknya, bersiap untuk menembak tanpa aba-aba.

Laki-laki itu menatap Kimberly secara intens, membuat dirinya merasa ditelanjangi dengan sorotan matanya. Kaki lelaki itu mulai melangkah mendekat, tangannya hampir memegang tubuh Kimberly, namun saat itu juga dash yang teredam mengiang di telinga Kimberly diikuti dengan darah yang bercucuran dari kepala manusia di depannya. Pelurunya melewati rahang bawah hingga ke otaknya. Dadanya berdegup kencang dan napasnya mulai tidak beraturan. Ia menembak seseorang yang bahakan ia tidak tahu identitasnya. Bodoh bodoh bodoh.

Segera ia pulang dengan wajah yang sangat berantakan. Pikirannya hanya tertuju pada lelaki yang tewas tersebut. Bagaimana kalau yang lain tahu? Tapi cepat atau lambat pasti akan ketahuan juga. Tunggu, apakah sebaiknya Kimberly menyembunyikan saja mayat tersebut? Matanya menatap jam tangan, waktu telah menunjukkan pukul 3 pagi, butuh waktu lima belas menit untuk kembali ke tempat mayat itu tergeletak. Tidak ada waktu lagi, setelah ini pasti ada beberapa orang yang berjaga di luar gerbang, sudah pasti Kimberly akan kesulitan untuk kembali. Ia berusaha melupakan mayat itu kemudian berlari kembali ke markas.


B A D – G U Y S


"Patrick, lihatlah!" seru Carson dari ruang depan.

Patrick yang tadinya masih berbincang dengan Rara, kini berjalan menuju ruang depan untuk menemui Carson. Ketika melihat apa yang Carson bawa, Patrick melebarkan matanya saat melihat tanda di bahu kanan milik lelaki tersebut. Bukan peluru, pelurunya melintas melewati rahang bawah, tapi ia terkejut karena simbiol itu.

BAD GUYSWhere stories live. Discover now