1. Perihal Aku dan Agni

41K 2.1K 50
                                    

Namaku Gibran Angkasa Nusa, tentara yang tengah bertugas di Yonif 413/Bermoro, berpangkat Sersan Satu. Tinggi badan 180 cm, berat badan 75 kg, mempunyai perut kotak-kotak, rambut hitam dengan potongan cepak, dan berparas cukup tampan. Usiaku saat ini 25 tahun. Usia yang matang dimana laki-laki mapan sepertiku dituntut untuk segera menikah.

Banyak perempuan yang sebenarnya berada di dekatku, tapi tidak pernah terbayangkan akan menikahi salah satu di antara mereka dalam waktu dekat. Sedangkan ibu dan ayahku selalu memintaku membawa menantu saat aku pulang ke rumah di Klaten, Jawa Tengah. Hal itu lah yang terkadang membuatku malas pulang meski ada waktu panjang. Bukan aku tidak merindukan orang tuaku. Aku merindukan mereka. Hanya saja aku tidak sanggup menjawab pertanyaan, "Mana calon menantu ibu?"Jika dulu aku menjawab, "Nantilah Bu, nunggu Sertu dulu." Untuk sekarang, sudah tidak ada alasan lagi.

Maklum sebenarnya jika ayah dan ibuku semacam itu, sebab aku anak semata wayang. Ayah seorang polisi aktif yang tahun ini akan purna tugas.  Sementara ibu hanya ibu rumah tangga. Acapkali merasa kesepian karena aku tidak di rumah dan ayah pun sibuk. Beliau mendambakan menantu serta cucu yang akan selalu mengunjungi beliau.

Sebenarnya ada satu perempuan yang sesekali menjenguk ibu. Dia sahabatku, Agni. Jauh-jauh datang dari Kabupaten Karanganyar ke Klaten hanya untuk menjenguk orang tuaku. Perjalanan 2 jam bagi Agni biasa, tapi terkadang aku tidak tega jika ia terlalu sering ke rumahku, dia pasti lelah. Tunggu, pasti ada yang bertanya, bagaimana bisa Agni menjadi sahabatku padahal jarak kota kami cukup jauh.

Semua berawal dari perintah orang tuaku agar aku menemani Eyang yang satu kabupaten dengan Agni. Akhirnya aku menuntut ilmu di sekolah yang sama dengannya. Perempuan pada kesan pertama menurutku aneh, karena mau bersekolah di sekolah yang mayoritas penduduknya laki-laki. Katanya laki-laki lebih seru daripada perempuan. Aku sempat berpikir bahwa Agni adalah perempuan gatel yang suka dekat-dekat dengan laki-laki. Namun kenyataannya tidak. Bahkan, ia menjadi ketua OSIS saat kelas XI, menjadi perempuan yang paling dihormati dan dijaga di sana. Tidak ada laki-laki yang berani menggodanya dengan sentuhan. Setiap laki-laki di sana menganggap Agni adalah perempuan yang terhormat.

Sepanjang 3 tahun bersekolah di sana tidak sekalipun Agni memiliki kekasih. Ke mana-mana ia hanya denganku, padahal aku memiliki kekasih di sana-sini dan aku lebih memilih menghabiskan waktu di sekolah bersama Agni dibanding pergi dengan kekasihku. Itu membuat Agni terus-menerus ada dalam pergulatan masalah. Pernah sekali, dia disiram kuah soto karena menonton film denganku dan ketahuan oleh pacarku. Beberapa kali Agni memintaku untuk mementingkan pacarku, tidak masalah untuknya tapi aku yang tidak mau. Hal itu membuat Agni seringkali dicap perempuan perebut pacar orang oleh sesama perempuan. Sebaliknya, bagi banyak laki-laki di sekolah kami, Agni adalah calon istri idaman. Apalagi dia bukan wanita yang mudah menyerah. Entah bagaimana caranya seorang siswi lulusan SMK bisa masuk PTN jurusan Ilmu Komputer, lalu entah bagaimana caranya pula dia bisa bekerja di sebuah bank BUMN.

Sekolah di STM juga bukan berarti menjadikan Agni perempuan yang tomboi. Ia jago masak, khususnya masakan yang tidak banyak berkuah. Ia perempuan yang selalu memakai roknya, dipadu kerudung modis tapi tetap menutup dadanya. Benar-benar idaman.

Meski aku sangat mengenalnya, sampai saat dia tetap sahabatku, meskipun aku selalu berganti-ganti pasangan, sahabat perempuanku tidak pernah berganti.

Ibu juga sering menggodaku untuk segera menikahi Agni. Aku selalu menjawab tidak mungkin karena Agni sahabatku. Tapi ibu selalu bilang beliau menyukai Agni dan aku tetap menjawab Agni adalah sahabatku tidak lebih. Itu membuat beliau selalu memintaku untuk mengenalkan perempuan selain Agni sebagai calon istri.

Menurut kabar yang berhembus, sebenarnya sudah banyak laki-laki yang datang ke rumah Agni untuk melamar, tapi belum satupun dari mereka berhasil memiliki Agni. Atau terkadang laki-laki melangkah mundur sebelum mendekati Agni karena ada aku. Kami memang menjadi penghalang satu sama lain.

Pelukan Terakhir Untuk Ibu Pertiwi [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang