Second: When & If

22 9 7
                                    

Spesial update buat yang abis, lagi, akan ambil rapor😁

Kini ku tahu bahwa ada seseorang yang menempati hatimu, fikiranmu, dan hidupmu. Akupun juga tahu jika orang itu dia, bukan aku -Shidqia Alessa F.C
❄❄❄

"Bahagia ya dapet panggilan Ay dari doi! Senyum aja terus kerjanya!!" sindir Qia saat Afi masuk dengan sunggingan manis dipipinya.

Afi tak ambil pusing dan malah masuk kekamarnya. Satu pertanyaan dalam benaknya, Darimana Qia tau?. Bukankah waktu itu hanya ada mereka dan kejadian tadi belum ia ceritakan pada sahabatnya.

Sudahlah, finalnya. Kakinya melangkah menuju kamar mandi. Ia hanya ingin berendam sebentar di bathup untuk mengurangi penat.

Setelah merasa cukup, Afi bersiap diri untuk pergi ketempat yang biasa ia datangi tiap malamnya. Cardigan panjang kotak-kotak hitam dan putih dengan dalaman kaus putih serta bawahan jeans putih, disertai dengan sneakers putih juga pashmina hitam.

Sampai disana, temannya diluar sekolah telah siap dengan baju yang senada juga, Indah namanya.

"Hai Khaf! Kamu udah hafal kan lagunya?" Afi tersenyum dan mengangguk. "Kata bos nanti ada tamu khusus! Anak pemilik caffe ini! Kalau kita bagus, kita bisa jadi penyanyi tetap!" seru Indah dibalik panggung.

Kali ini mereka ditemani oleh Ardian, pelayan disini yang lihai bermain piano. Tiga hari yang lalu mereka berkenalan dan membuat janji pada hari ini.

"Di, coba deh kita tes di reffnya aja!" pinta Afi yang dijawab Ardian dengan anggukan. Ardian memetikan senar, sementara dua gadis ini mengeluarkan suara mereka.

"Okelah, yuk naik!" ujar Ardian. Mereka setuju dan mengikuti Ardian yang jalan lebih dulu.

"Assalamu alaikum warrahmatullah! Malam semua! Perkenalkan, saya Indah Darmaya, ini teman saya Khafiya dan Ardian Hermawan. Izinkan kami untuk menghibur pelanggan caffe Delima pada malam hari ini dengan berawal dari tatap bagi yang sedang jatuh cinta!" buka Indah.

Tanpa disadari oleh Afi, sepasang mata cokelat menatapnya kagum selama ia bernyanyi. Dia sedang berbicara dengan dua orang lelaki yang lama dikenalnya. Dia adalah Rafqi, Satria, dan Hans si manager caffe. Ayah dari Satria dan Rafqi memang pemilik caffe Delima, tempat kerja Afi.
(+)(-)(+)

Bukan main kagetnya Afi saat melihat seseorang yang tak wajar malah hadir dihadapnya, sekarang. "Kaget ya Ay? Btw suara lo cantik kek orangnya!" ucap orang itu yang lebih tepatnya sahabat barunya, Rafqi.

Afi menghela nafas dan bertanya, "Kenapa?"

"Hehe...gak cuma, tadi tu gue lagi nongkrong disini, eh dinyanyiin lagu sama bidadari!" jawab Rafqi sambil cengengesan.

"Berawal dari tatap, indah senyummu memikat, memikat hatiku yang hampa lara, eakkk!! Pas bener!" Rafqi meniru Afi saat ia menyanyikan lagu tadi.

Afi menghela kembali nafasnya berat. Tangannya menggapai pintu mobil namun dihalau Rafqi. "Gue nebeng ye!"

Afi mengangguk dan masuk kemobil meninggalkan Rafqi dan kegilaannya diluar. Dihidupkannya mesin mobil dan dijalankannya kearah pusat kota.

"GGH ye!" Afi mengangguk.

'Pas, gue nginep aja rumah Indah sekalian!' ucap Afi pada hati kecilnya.

Sampai dibasement, Afi malah memarkirkan mobilnya. Melihat itu Rafqi bingung. "Lo gak berniat turun dan ke apart gue kan?!" tebaknya spontan.

"Ke tempat temen" jawab Afi sambil mematikan mesin mobilnya. Afi jalan kearah lift diikuti Rafqi dibelakangnya.

"Lantai berapa temen lo? Temen sekolah? Cewek atau cowok?" tubi Rafqi menunggu lift.

VivereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang