Sixth: What Happend?

14 7 0
                                    

"Fi, forgive me please!"

"Hah? Apaan sih Yan? Gak ada angin, gak lebaran lo minta maaf, aneh!"

"Janji lo gak marah?" Afi mengangguk. "Gue yang ngasih tau Qia alamat lo."

"Oalah kirain apa. Ngapain coba gue marah.Malahan gue harus bilang thanks,  berkat lo juga gue kumpul lagi." Adi menepuk pundak Bianca.

"Kirain."

Mereka memutar kunci ruang rapat basket dan keluar dari sana.

"Lah, lo ngintipin kita hah?" Bianca kaget menemukan Rafqi tepat didepan pintu ruang basket.

"Ralat, gue cuma ngintipin pacar gue aja, gak sama lo-lo pada!" ucapnya sambil menunjuki Bianca dan Jeneviv. Yang ditunjuki menggerutu.

"Eh, Ay, yah ketinggalan nih!" teriak Rafqi melihat Afi yang sudah menyusuri koridor. Ia langsung mengejar Afi.

"Lo marah?" tanyanya saat disamping Afi.Cewek itu menggeleng.

"Ngambek?" Ia menggeleng lagi.

"Kesel?" Ketiga kalinya Afi menggeleng.

"Kalo gitu gak usah diam aja dong!" Afi sedikit mempercepat langkahnya. "Ay.."

"Hmm?"

"Kenapa sih? Bilang aja kali!"

"Gak ada Rafqi Abraham, cogan JakSel yang punya 20 mantan. Adiknya Mr. Satria, anaknya Om Chairil, cakepnya Tante Kalola."

"Ada yang kurang!" Alis mata cewek itu naik sebelah.

"Punyanya kapten Scientific yang hemat kalau ngomong!" godanya.

"Apaan sih." Tangan Afi meninju ringan pundak Rafqi.

"Cie..ngeblush!"

"Rafqi!" peringat Afi.

"Hai Khaf, Raf!" sapa Hammas sudah dengan seragam olahraga.

"Ngapain lo?" ketus Rafqi. Matanya memandang Hammas tak suka.

"Gue mau ngomong sama Khafi, bolehkan, sob?"

Rafqi yang tadinya akan menjawab, terhentikan oleh ucapan Afi. "Kenapa tidak kan, Raf? Yuk! Dagh Rafqi!!"
(+)(-)(+)

"Makasih banget lo bebasin gue dari si Rafqi."

Keduanya sampai dikolam ikan depan sekolah. Menatap lurus kedepan."Emang kenapa?"

Afi mengangkat pundak. "Gak tau, kesel aja sama dia. Btw, kenapa?"

"Oh, itu Qia gak mau sekolah tadi. Dia ngurung diri dikamar dari kemarin sore." Afi terperangah mendengarnya. Setelah ia, kini adiknya.

"Lo bego atau apa sih? Kunci serep kan ada di laci kamar papi."

"Kalo ada juga gakkan gue tanya elo!"

"Gini aja deh, nanti gue ke apart dulu ngambil barang, baru sama-sama kerumah nyelesain masalah si Qia. Right?"

Hammas menghela nafas sekejap lalu mengangguk. "Bawa kendaraan gak lo?"

Afi tersenyum dan mengangguk. Akhir-akhir ini sekolah terasa berbeda dengan perubahan sikap kapten basket yang dulunya diam-cuek bebek, malah menjadi seorang yang murah senyum dan tak ayal tertawa lepas akibat guyonan dari Rafqi dan temannya yang lain.

Hidupnya yang abu-abu mulai warna-warni didatangi lelaki yang mengaku cogan Jakarta Selatan yang tingkat kepedeannya tinggi. Namun, lelaki itu jugalah yang memenangkan hati Afi.

"Eh, mobil gue apa kabar?"

Hammas tertawa kikuk. "Gue pake gak papa kan?"

Afi melotot. Tak ada yang berani menyentuh mobilnya selama ini. Tak ada. "Ih..mobil gue!! Ok, hari ini terakhir, besok-besok no!"

VivereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang