Prolog: Langit's Teacher

38 14 11
                                    

"Loh Langit belum dijemput lagi?" Langit kecil hanya menggeleng sambil sesenggukan.

"Yaudah gak usah nangis, Bunda temenin deh sampe papinya dateng!" ujar Audi menghapus air mata Langit .

Lama, lama, dan lama. Akhirnya Audi memutuskan untuk mengantar Langit kerumahnya. Dengan Langit sebagai petunjuk arah.

Setelah sampai, Audi mengetuk pintu namun tak ada jawaban. Hingga suara mobil membuatnya menoleh dari arah gerbang.

" Langit kemana aja? Papi nyariin tau!" ujar pria berkemeja biru muda itu.

Melihat ayah dari muridnya, Audi memutuskan untuk pulang. "Yaudah, Bunda pulang dulu ya Langit ."

"Masuk dulu, Bu!" ucap lelaki itu sopan sambil membuka pintu rumahnya.

"Masuk aja bentar Bun" bujuk Langit yang membuat Audi menurutinya.

Audi, Langit , dan Fajar masuk kedalam rumah. Mereka menghabiskan waktu untuk mengobrol dan bermain diruang keluarga.

Hingga suara mobil yang tak asing lagi bagi Langit dan ayahnya masuk. Menandakan seorang lagi anggota keluarga ini datang. Terlihat dari pintu utama seorang perempuan berwajah lelah masuk. Ia masih mengenakan seragam basket kebesarannya dan menenteng dua tas dengan malas.

"Kakak baru pulang ya?" tanya Langit saat sosok yang dipanggilnya 'kakak' itu lewat diruang keluarga.

Melihat anak pertamanya hanya diam dan tak menanggapi kehadiran apalagi pertanyaan adiknya, Fajar angkat bicara. "Kak, adeknya nanya loh!"

"Bodo!" ucap gadis itu singkat dan langsung melengos kekamarnya.

Gadis itu bernama Khafiya Ayumi Faza Canastero yang dipanggil Afi. Kapten tim basket Scientific Academi. Sekolah yang memiliki kedisiplinan tinggi. Jangan tanya siapa yang mendaftarkannya, Nyonya besar Armila Candelialah orangnya.

Minggu pertama ia sudah berniat pindah tak betah akan perilaku yang menurutnya lebay. Namun, fikirannya berubah setelah ia mengikuti ekskul basket dan mulai jatuh cinta pada basket.

Mulai saat itu hingga sekarang, ia menghabiskan waktu dilapangan sekolah untuk bermain basket sendiri ataupun dengan timnya hingga masanya sekolah tutup.

Fajar hanya geleng kepala. "Maafin anak saya yang itu ya, Bu. Dia emang cuek gitu orangnya!"

"Ya nggak papa pak, mungkin lagi pms atau kecapekan"

"Assalamu alaikum!" pekik seseorang dari luar. Satu lagi anggota keluarga datang. Shidqia Alessa Faza Canastero namanya. Banyak yang memanggilnya Qia. Si hiperaktif yang disukai semua orang. Qia lebih muda umurnya dua tahun dari Afi.

"Kak Qi!" seru Langit yang langsung berhambur pada Qia. Ia masih mengenakan rok dongkernya. Namun atasannya sudah bukan baju seragam lagi, melainkan baju kaos.

"Udah pulang Qi?"

"Udah pi. Ka, mainnya entar ya, kakak capek tadi les. Udah kakak mandi, makan, baru kita main ya?" Langit mengangguk patuh.

"Yaudah pi, Ka, bu, Qia naik dulu ya?" Qia langsung naik menuju kamarnya. Langkahannya terhenti melihat kamar kakaknya yang sudah tertutup lama.

'Kapan kamar ini bisa Qia masukin lagi, kak?' batinnya.

Ia langsung saja masuk kekamarnya diseberang kamar Afi. Kamar ini nuansanya softpink, karena Qia suka pink.

Qia melempar tas dan sepatunya asal, lalu merebahkan tubuhnya kekasur. Ia menoleh kekiri. Tepat diatas nakas ada jam weker yang sudah berjasa selama bertahun-tahun bagi dirinya, boneka Barbie pemberian maminya, serta sebuah foto yang difigura indah.

Foto itu membuka luka lama yang terkubur dalam. Qia, Afi, mami, dan papinya. Afi dan Qia berpelukan dan kedua orang tuanya merangkul mereka dari belakang. Sungguh harmonis.

Maaf keun cerita teh masih bal-abal
Aye bukan penulis yg berkompeten kayak yang laen
Tapi moga pada suka
Pantengin terus yak hidupnya si Afi, Qia, dan Langit
Follow ig: @sashwg_

VivereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang