Third: New Family

13 8 5
                                    

Terangkan padaku definisi rumah, kebahagiaan, dan rasanya disayangi! Sebab aku tak pernah merasakan itu-Khafiya Ayumi FC
❄❄❄

"Apa?!!" jerit Qia membuat orang-orang disekitarnya tutup telinga.

Ia kaget bukan main ketika Fajar mengatakan akan menikahi Audi. Selama ini, diam-diam mereka sering menghabiskan waktu bersama dan berakhir saling suka. Semacam backstreet gitu deh.

"Jangan lebay deh!" ujar Hiska, tantenya dari Serang. Semua keluarga dikumpulkan dirumah Fajar karena ada hal yang begitu penting, katanya.

"Cepet bener, bang!" kata Forbene, suami Hiska yang menyeruput kopi hitam buatan Mbok Jumi.

"Ngapain lama-lama! Saya tanya apa kalian setuju tidak?!" ulang Fajar dengan nada lebih mengeras.

Qia mengangguk. "Okesih. Bu Audi baik, cantik lagi. Qia setuju!"

"Ben sama Hiska terserah keputusan abang!" Hiska mengangguk menyetujui pernyataan Ben.

"Kamu, Fi?" Dengan ragu Fajar bertanya.

Afi mendongak. Sedaritadi ia hanya memainkan hapenya. "Saya? Apa saya masih dianggap? Saya baru tau." ucapnya.

"Jangan mulai deh lo kak!" Afi mengedikkan bahunya.

"Terus pendapat kamu gimana, Fi?" tanya Ben mengulang pertanyaan Fajar kembali. Afi melirik seluruh orang diruangan ini. Tatapan mereka sama saja, tatapan yang berkata, ayolah jawab!

"Serah." Afi angkat kaki dari ruang keluarga menuju kamarnya.

Qia tak tahan dan ingin mengejar kakaknya, tapi dihentikan oleh Hiska. "Biar tante yang ngomong."

Hiska mengejar Afi. Diketuknya pintu yang tertutup rapat sekali itu setibanya didepan pintu kamar Afi.

"Ini Tante Hiska, Fi." Tak ada respon. Pintunya juga tak terkunci. "Tante masuk ya!"

Hiska menemukan Afi dalam keadaan duduk dikasurnya memegang hape dan memasang headsetnya. Ia menepuk pelan betis Afi yang terjulur diatas kasur.

"Ngapain kamu?" tanya Hiska yang begitu basi bagi Afi. Sok basa-basi jadi makhluk.

Ia benci orang yang suka berbasa-basi dahulu saat akan berbicara atau meminta pertolongan. Lebih akan ia hargai orang yang to the point dalam ucapannya.

"Gada."

"Kamu kenapa sih kalau tante boleh tau?" Afi mengangkat bahunya acuh. "Tante kan udah bilang, kamu bisa anggep tante ini mami kamu! Cerita dong!"

Afi melirik Hiska sebentar lalu kembali mengalihkan tatapan kearah hapenya. Sebetulnya ia tak menyetel musik, melainkan memainkan game lawas bernama onet.

"Oke. Kalau kamu gak mau, tante mau bilang, kalau dari sudut pandang tante sebagai adik almarhumah, dia pasti seneng ada yang gantiin posisinya dirumah tangganya. Ada yang nemenin suaminya, yang ngejaga dan nyayangi anaknya. Jadi kamu bolehin papi kamu nikah kan?"

Afi mengangkat kepalanya. Hiska tengah menunggu jawaban Afi yang diharapkan positif. "Papi? Huh...Afi gak ngerti maksud tante. Tabte pasti cuma mau nanya tentang acara tu kan?! LAKUIN AJA SERAH! I DON' T CARE AND NEVER CARE! Please go out now!" ujar Afi ketus. Hiska hanya bisa menghela nafas panjang dan menurut.

Afi langsung masuk kedalam kamar mandi dan bersiap untuk pergi. Bukan seperti malam biasa, malam ini dia janjian dengan Rafqi untuk pertama kali sejak kejadian itu.

VivereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang