Chapter 3

178 40 37
                                    


"Bim...." sapa Bella.

-------------------------------------

Bima mengerjap-ngerjapkan matanya. Sekilas, bayangan kabur terlihat dimatanya. Sesosok perempuan hadir didepannya.

Bella.
Anak perempuan yang ia jumpai kemarin sore. Ia memakai blouse biru yang dipadukan dengan celana berwarna putih.

"Bim...." sapa Bella.

"Hai. Cewek," ucapnya genit. Bima bingung mau memanggilnya apa. Namanya saja bima tak tahu.

"Kamu Bima kan?" Tanya Bella.

"Kepo," ucap bima jahil diselingi dengan tawa. Bella terdiam, ia tidak tahu apa yang ingin ia jawab. Keheningan melanda diantara mereka.

"Nama kamu siapa?" Tanya Bima dengan spontan.

"Bella." Jawabnya singkat.

"Kaku amat," ucapnya. Bella menanggapi dengan tertawa kecil.

Bima merogoh kantong kresek yang ia bawa. Dua roti berpindah dari kresek ketangan Bima. Bima menyodorkan satu roti ke Bella.

Bella menggeleng. Bima bingung kenapa Bella tak mau menerima rotinya. Apa karena Bella tidak mau menerima pemberian orang lain?

"Nggak suka, rasa srikaya," ucap Bella.

"Enak banget tau ini," ucap Bima sambil mengunyah rotinya. Bella hanya melihat Bima menikmati rotinya. Tiba-tiba sepotong roti telah memaksa masuk kedalam mulutnya.

Bima.
ya, ia sengaja melakukan itu. Mau tak mau Bella harus menelan dan mengunyah roti itu. Dengan berat hati, Bella melakukannya. Ia ingin marah kepada Bima. Tapi otaknya berkata lain. Ntah kenapa, roti ini menjadi enak. Ralat, lebih tepatnya sangat enak. Ia pernah dibelikan oleh papanya jus srikaya, dan rasanya sangat sangat aneh hingga Bella memuntahkan jus yang sudah masuk kedalam mulutnya. Tapi lain halnya dengan roti ini.

"Enak," ucapnya pelan.

"Apa?" tanya Bima. Ia tak mendengar apa yang Bella ucapkan. Bella hanya menggeleng pelan.

"Main yuk?" Bima menarik tangan Bella. Ia menuju pintu rumah Bella. Bella melepas tangannya dari tarikan Bima. Ia menghadang Bima agar tak mendekati atau memasuki rumahnya.

"Jangan, ada papa," ucap Bella. Ia takut jika membawa masuk Bima, Bima akan dimarahi oleh papanya.

"Emang kenapa sama papa mu?" Tanya Bima polos.

"Aduh, nggak boleh pokoknya nggak boleh," larang Bella dengan keras.

"Lagian kamu nggak sekolah Bim?" Tanya Bella.

"Aku bolos karena nggak buat PR." Bima menjawab pertanyaan bella diselingi dengan tertawa kecil.
Bella menggeleng pelan tak habis pikir dengan tingkah Bima.

Bella menarik tangan Bima menjauhi rumahnya. Ia kembali ketempat semula. Mereka berdua duduk disana sambil memandangi langit yang biru.

"Bella?" panggil Bima. Bella menoleh kearah Bima. Rambut Bima yang tebal tertiup angin. Hidungnya yang mancung. Matanya yang coklat. Serta lesung pipinya yang tak terlalu dalam. Sekilas, mukanya terkena sinar matahari yang menambah betapa indahnya ciptaanmu tuhan. Ritme jantung Bella berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Kamu nggak punya teman ya?" Tanyanya tiba-tiba. Bella lagi-lagi menggeleng. Perkataan Bima menohok hatinya. Benar, Ia tidak mempunyai seorangpun teman.

"Aku mau kok jadi temanmu," tawar Bima.

"Kamu serius?" Bella terbelalak dengan ucapan Bima barusan. Hatinya sangat senang, ia akan mempunyai teman. Pikiran Bella melayang, ia akan mempunyai teman yang akan menemaninya. Ia tak akan kesepian lagi.

Bima mengangkat jari kelingkingnya.

"Janji sahabat?" Ucapnya. Bella juga segera menautkan jari kelingkingnya.

"Janji," Ucap Bella dengan senyum nya.

Mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol bersama. Sesekali Bima bercanda, dan itu membuat Bella tertawa.

"Aku kayaknya harus pulang," ucap Bima. Memang senja sudah menghiasi langit. Matahari pun sudah beranjak turun.

Bella menatap lama pada Bima. Tatapan matanya seperti tak mau hari ini berakhir.

"Tenang, besok aku kesini lagi kok," ucapnya seakan mengerti dengan tatapan Bella. Ia mengelus rambut Bella halus.

Bella tak tahu, ia senang sangat senang. Apa sebesar ini rasa senang mendapat teman?

Bima berjalan kearah tembok samping. Bella tertegun kenapa Bima memilih jalan itu?

"Bima nggak lewat pagar aja?" tanya Bella bingung.

"Gapapa, aku suka tantangan," jawabnya santai. Ia mulai memanjat, saat Bima sudah mencapai tembok teratas.

"BELLA!" Suara teriakan tegas terdengar, membuat bulu kuduk Bella berdiri.

"Papa...." ucap Bella.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.
Jangan lupa Voment ya guys💚

My Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang