'Ting nong'
Bell rumah bella berdering membangunkan seisi rumah. Bella melirik pada jam dindingnya. Pukul menunjukkan 04.30. Sepagi ini siapa yang bertamu kerumah Bella. Pikiran negatif Bella mulai muncul. Ia menyiapkan sapu dibelakang badannya. Dengan hati-hati ia membuka pintu. Dan ternyata, hanya tukang bunga yang datang kerumahnya."Maaf mbak, pagi-pagi ganggu. Ini ada kiriman bunga. Bisa tanda tangan disini?" ujar tukang bunga itu.
"Tapi saya ga pesan bunga" tolak Bella.
"Tapi ini ditujukan untuk mbak Bella" ucapnya seraya membaca nama yang harus menerima bunga.
Bella mengernyitkan dahinya. Ia mengambil buket bunga itu dari tangan lelaki itu. Bella menandatangi kertas yang diberi oleh lelaki itu. Tak lama setelah itu ia pamit untuk mengantar beberapa buket bunga lagi.
'To: Bella. Selamat pagi. -B' sepotong tulisan tertulis diatas secarik kertas yang terletak tepat di tengah buket bunga tersebut. Bunga mawar merah yang ia kirim mampu membuat mood Bella naik drastis.
Bella kembali melengkungkan senyumnya. Apa sih yang ada dipikiran lelaki itu. Tiap hari pasti ada kejutan yang ia berikan. Terkadang, Bella sempat berpikir. Apa Billy menyukainya? Tapi Bella menepis pemikiran itu jauh-jauh, ketika mengingat bahwa Billy terlalu suka bercanda dengannya.
Bella masuk kerumahnya. Tanpa ia sadari sekali lagi. Sesosok laki-laki mengamatinya kembali dari kejauhan. Lelaki itu kembali menghidupkan motornya dan berlalu meninggalkan rumah Bella.
***
"Woi. ngelamun aja lo" kejut Billy. Bella sedang duduk di taman belakang sekolah. Ia menikmati suasana sepi dan sepoi-sepoi angin yang menyejukkan. Tak di pungkiri, bahwa tempat ini adalah salah satu tempat favorit Bella.
"Bell, kayaknya ntar balik sekolah. gue ga bisa bareng" ujar Billy.
"Kenapa?" tanya Bella bingug.
"ada urusan hehe. Ntar gue suruh Dino nganterin lo pulang" Mendengar ucapan Billy. Bella menilik tajam pada raut muka Billy. Billy mengernyitkan dahinya pertanda bingung.
"ga perlu, gue bisa naik angkot" tolak Bella. Billy mengacak puncak rambut Bella pelan.
'Line'
Suara notif dari handphone Billy memecahkan suasana. Setelah mendapat line entah dari siapa. Billy pamit untuk pergi. Alasannya sih anak-anak mengajaknya untuk nongkrong.Bella kembali melanjutkan lamunannya. Bima. Ia tak tahu sekarang Bima ada dimana. Tempo hari, Bella sudah berusaha untuk mendatangi rumah Bima. Tapi hasil yang didapat ia tak pernah bisa menjumpai Bima. Pembantunya selalu bilang bahwa Bima jarang pulang kerumah. Sehingga, sulit sekali untuknya menemui lelaki itu.
Hp Bella berdering. Telpon masuk dari Dian. Bella tak mengangkat telponnya. Ia tahu, Dian menelponnya untuk mengingatkan bahwa sebentar lagi kelas akan dimulai. Bella berdiri dari duduknya dan berjalan kembali ke kelas.
Riuh ramai anak-anak di koridor kelas sangat bising. Bella menghela nafasnya dengan kasar. Bagaimana tidak? Ia terus saja di jadikan bahan gosipan. Ia pun juga tak tahu kenapa, apa karena ia dekat dengan Billy? Ya memang, Billy bisa dikatakan most wanted di sekolahannya. Tapi apa masalahnya? Toh Billy yang dekat dengan Bella saja tak rewel. Kenapa mereka yang bacot?
Sesampainya di kelas, sepertinya Bella memang sudah ditakdirkan tak diberi waktu tenang. Dian langsung saja menyembur kalimat demi kalimat. Tanpa memberi waktu untuk Bella duduk.
"Gue duduk dulu kali." ucap Bella protes. Mendengar perkataan Bella, Dian tertawa kecil.
"Jln. Natadirja. Anak garuda bakal berantem sama anak prasada" Ucap Dian menggebu. Tentu saja Dian mengetahui ini. Dian adalah pacar dari salah satu anak geng garuda. Jadi wajar saja, Dian tahu apa saja yang akan terjadi diantara geng tersebut.
"Billy bakal berantem dong?" tanya Bella pelan. Lapisan bening sudah menghiasi matanya. Dian mencoba menenangkan Bella dengan cara menepuk pundaknya pelan.
"Gue gabisa biarin Billy luka lagi. Gue bakal kesana." Ucap Bella tegas.
"Jangan Bell, bahaya. Lo tau kan gimana anak-anak cowok berantem"
"Gue gapeduli."
"Jangan bodoh Bell"
Dian dengan sekuat tenaganya memberi peringatan pada Bella. Tetapi masih saja di tentang oleh Bella. Bella tak peduli apa yang akan terjadi pada dirinya. Yang ia pedulikan hanya Billy.
'Kringg..'
Bell pulang berbunyi. Dengan cepat Bella berlari keluar kelas tanpa memperdulikan teriakan dari Dian. Ia tak boleh telat. Apa pun yang terjadi ia tak peduli. Bahkan, ada beberapa siswa yang ia tabrak tanpa meminta maaf.Bella berlari tergesa-gesa menuju ojek pangkalan di depan sekolahnya.
"Bang, jalan natadirja. Buruan" Ujar Bella.
"Buru-buru amat neng."
"is bacot banget sih. Cepet bisa kali" geram Bella.
Di perjalanan, Bella tak henti-hentinya menyuruh tukang ojek itu untuk cepat. Tak peduli, sudah berapa lampu merah yang ia terobos. Untung saja, pak polisi sedang tak berjaga di daerah yang ia lewati.
Sesampainya disana, ia melihat banyak anak-anak yang membawa kayu berukuran sedang. Ia menatap satu sosok yang ia kenal. Billy. Dengan santainya ia merokok dengan satu kaki terangkat.
"Neng, ongkosnya" ujar tukang ojek membuyarkan fokusnya. Bella menyodorkan uang sepuluh ribuan kepada tukang ojek itu. Tapi tukang ojek itu masih rewel mengatakan bahwa ongkosnya kurang. Mau tak mau Bella harus merogoh dompetnya di dalam tas dan itu memakan waktu yang cukup lama karena dompetnya terselip diantara buku-buku.
Sialnya, saat Bella telah selesai dengan urusannya. Ia melihat anak-anak SMA lain mendatangi anak-anak sekolahannya. Tampaknya, mereka sudah mau menyulutkan api amarah pada anak garuda. Tampak sekali, seorang laki-laki yang menggunakan topi sedang menantang Billy. Sayangnya, Billy terhasut oleh tantangan itu. Ia berdiri dan menghampiri lelaki yang mengenakan topi dikepalanya.
Sebuah tinjuan yang kuat hampir melayang mulus di muka sang lawan, tapi Bella segera mencegah sebelum itu terjadi. Bella memeluk erat Billy dari belakang. Billy terkejut. Jangankan Billy, semua orang terkejut dengan kedatangan Bella tiba-tiba.
"Heh, goblok. Ngapain lo bawa cewek?" ejek salah satu anak prasada. Tapi yang membuat Bella bingung, kenapa sedari tadi ketua geng anak prasada menatapnya dengan lekat seakan mengintimidasi.
Hal yang tak terduga terjadi. Ketua geng prasada melayangkan tinjunya pada salah satu anak buahnya yang mengejek Bella.
"Mundur, ayo balik" ucap ketua geng prasada.
"Dan lo... urusan kita belum selesai" tunjuknya pada Billy.
Bella merasa janggal, tapi ia juga merasa sosok itu sangat familiar. Tapi masa bodo, yang penting Billy tak terluka.
Tawa kemenangan bersorak kencang dari anak garuda. Mereka tak menyangka anak prasada bakal mundur begitu saja. Padahal anak prasada mempunyai visi dan misi 'Pulang bawa kemenangan'
Billy tiba-tiba menarik nya menjauhi kerumunan anak-anak yang sedang gembira. Ia mendekatkan mukanya dengan muka Bella. Sehingga, hidung Billy bertabrakan dengan hidungnya Bella. Lalu ia menuju sisi telinga kiri Bella dan membisikkan sesuatu.
"Bell, pacaran yuk"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
bersambung.
Jangan lupa voment ya💚
KAMU SEDANG MEMBACA
My Memories
Teen FictionBella. "Kau tau? aku mengingat memori ini jauh lebih baik dari siapapun." Bima. "Kau akan selalu menjadi pemeran utama dalam memori ini."