Chapter 17

87 17 14
                                    

Perkataan Dimas tadi saat di angkot masih berkeliaran liar dipikirannya. Apa benar yang Dimas katakan?

"Pesanannya mbak" suara lelaki memecah lamunannya. Dimas. Ia kembali mengikuti Bella sampai ke Cafe. Bahkan saat Bella mencari hadiah, ia masih saja membuntuti kemana arah Bella pergi.

Bella mendengus. Mendapati Dimas berada di depannya. Dengan dua minuman yang ada di tangannya.

"Cemberut mulu Bell, jelek" canda Dimas.

Bella memilih menyeruput minumannya, ketimbang melayani perkataan Dimas.

"Bell, Bima bener-bener sayang sama lo" tutur Dimas.

"Basi. Janjinya sama gue. Jadiannya sama Bian. Brengsek ga tuh?"

"Bima sama Bian?" tanya Dimas seakan tak percaya. Bella menanggapinya hanya dengan mengangguk pelan.

"Yang ada Billy sama Bian kali" Bela Dimas.

"Billy pacar gue. Mana mungkin dia sama Bian" Sanggah Bella.

"Lo sama, Billy pacar lo. Tapi lo suka Bima" Perkataan Dimas kali ini, membuat Bella diam kaku. Benar, benar adanya perkataan Dimas. Bella langsung menepis pelan bahu Dimas.

"Sotoy lu" ucap Bella ketus.

'Ting'
Pesan masuk berdering dari handphone milik Bella. Billy mengirimkan pesan untuknya. Hanya basa-basi.

'Bell dimana?'

Bella mengetikkan sesuatu dilayar handphonenya dan membalas pesan Billy. Hanya selang beberapa menit, balasan dari seberang sana sudah masuk.

'Besok ketemuan di taman louise ya. Jam 5 sore'

Pesan terakhir dari Billy hanya di baca oleh Bella tanpa dibalas.

"Dari siapa Bell?" tanya Dimas.

"Billy" jawab Bella sekenanya.

Dimas hanya ber-oh-ria mendengar jawaban dari Bella.

"Udah sore, gue balik duluan ya" pamit Bella setelah melihat jam yang melingkar manis ditangannya.

Dimas mengangguk dan melihat punggung Bella menjauhi pandangannya. Nada dering dari handphone milik Dimas berbunyi. Seorang lelaki dari seberang sana menyampaikan sesuatu lewat telpon.

"Oke gue kesana."

***

Bella bersiap. Mengenakan gaun hitam selutut dengan rambut yang tergerai. Polesan make-up tipis membalut mukanya. Ia tampak cantik hari ini.

Hadiah yang kemarin ia beli sudah ia bungkus rapih dengan kertas kado berwarna hijau pastel dilengkapi oleh pita berwarna putih. Tak lupa kartu ucapan yang bertuliskan 'Happy Anniv Billy:)'

Bella menyalakan mobilnya dan segera menuju taman yang sudah ditetapkan untuk menjadi tempat bertemu.

Keadaan taman cukup sepi. Hanya ada beberapa pasang kekasih sedang duduk di pinggir sambil menikmati senja yang akan datang.
Suara riuh kegaduhan beradu argumen terdengar dari balik pohon.

"Udah Bin, gausah ngarepin laki-laki macam dia" ucap Billy tegas.

"Bukan urusan lo. Emang apa hubungannya gue sama lo?" tanya Bian dengan nada yang jutek.

"Lo... sahabat gue. Gue gamau ada yang nyakitin lo" Billy mati-matian memberi tahu Bian. Tapi Bian malah menutup telinganya dengan tangan tak mau mendengar perkataan dari Billy.

"Sana urus pacar lo. Ga usah sok care sama gue" Bian melayangkan tatapan sinis pada Billy.

"Bin. Lo mau tau rahasia gue?" tutur Billy. Bian menaikkan sebelah alisnya.

"Apa?"

"Gue lakuin ini buat lo. Hanya untuk lo" Billy meneruskan perkataannya. Bella yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka, ikut merasakan penasaran apa yang akan diberi tahu oleh Billy.

"Gue nembak Bella untuk lo. Gue tau Bima brengsek itu suka sama Bella. Gue buat Bella jatuh ketangan gue, biar Bima gabisa dapetin dia. Kalau seorang Bian gabisa bareng sama Bima. Seorang Bella juga gaakan gue biarin untuk bareng sama Bima." Perkataan Billy barusan sangat menohok hati Bella. Seperti anak panah yang menusuk tepat di jantungnya. Membuat mati rasa tak bisa berkata apa-apa. Bella menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Menahan tangisan yang siap jatuh dari peraduannya. Otaknya sudah menyuruhnya untuk pergi. Tapi tubuhnya kaku, tak mampu untuk sekedar berjalan menjauhi tempatnya.

"Gue.. sayang sama lo Bin." tutur Billy. Bian membelalakkan matanya tak percaya. Sahabatnya menyatakan perasaannya. Sedangkan Bella, air mata yang sedari tadi ia tahan, sudah turun perlahan-lahan membasahi pipinya. Tak ada alasan untuk tetap disana. Ia berlari sekuat tenaga. Hadiah yang ia bawa sedari tadi terlempar ntah kemana, dan menimbulkan suara yang sedikit keras untuk menyadarkan Billy dan Bian.

Tapi sayangnya, Billy tak mengejar Bella yang berlari.

***

Suara notif pesan masuk serta misscall terus berbunyi dari handphone milik Bella. Puluhan pesan dari Billy tak ia gubris sedikitpun. Hatinya terlalu sakit, mendengar penuturan Billy pada Bian sore kemarin. Bella mengambil handphonenya dan mengganti nada deringnya menjadi diam.

Suara lemparan batu kerikil terdengar dari arah balkonnya. Bella bangkit dari tempat tidurnya dan bersiap-siap dengan payung di belakang badannya. Membuka pelan-pelan gordennya. Dan... sesosok makhluk astral ada di depan kamarnya. Bagaimana ia bisa memanjat keatas? Lelaki dengan senyum lebarnya dilengkapi lesung serta dihiasi muka lebam biru di area pipinya.

"Bima?" tanya Bella kaget.

"Bagi minum dong, haus nih" pinta Bima sambil masuk tanpa izin ke kamar Bella. Ia duduk di sofa milik Bella sambil menyalakan televisi yang ada di kamarnya.

Bella mengambil air putih yang telah disediakan pembantunya tadi. Karena Bella tak turun untuk makan malam. Jadi pembantunya membawakan porsi makan malamnya ke kamarnya.

Bella menyerahkan gelas yang berisi air kepada Bima. Tanpa menunggu lama, Bima menenggak habis air yang diberi oleh Bella.

"Makasih Bell, btw kenapa mata lo?" tanya Bima.

"Ah, bangun tidur" Jawab Bella bohong.

"Sembab trus merah. Tidur apa nangis?" tanya Bima frontal. Bella memilih tak menjawab pertanyaan dari Bima. Ia diam. Bima diam. Hanya suara televisi yang memenuhi ruangan.

"Gue balik. Makasih airnya" ucap Bima yang dibalas anggukan oleh Bella.

"Gue tau apapun tentang lo. Termasuk kebohongan dari lo" tutur Bima. Bella mengangkat kepalanya kaget. Bima menarik senyumnya dan mengedipkan sebelah mata. Lalu ia terjun dari balkon kamar milik Bella. Bella masih mengekori Bima dengan pandangannya. Bima masih tetap sama. Selalu datang dan kembali dari tembok samping. Masih sama seperti dulu, hanya saja sekarang di lengkapi dengan kesedihan.

Hidup memang misterius. Masa yang akan datang menjadi tanda tanya. Apakah sedetik kedepan membawa perubahan yang sangat berarti. Atau malah sebaliknya. Sepertinya kita memang harus memahami hidup. Bukan hasilnya tapi prosesnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
bersambung.
Jangan lupa voment nya dong😢😭

My Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang