Bella tertegun melihat roti isi serta susu coklat terletak di atas mejanya.
Secarik kertas tertempel di sisi kiri susu itu."Hei -B"
Bella langsung menebak pasti pelakunya adalah Billy. Ya, lelaki yang menolong nya di hari pertama sekolah. Yang dengan polosnya mengajak memanjat pohon. Dan dengan tidak bersalah mengingatkan kembali pada seseorang. Ah, mungkin yang terakhir tak penting.
Bella memasukkan rotinya kedalam tas. Sedangkan, susu coklatnya ia minum sambil membaca novel yang ia pinjam dari perpustakaan.
"Gila, Bella yuk ke lapangan!" seru Dian. Dian adalah teman sekelas Bella yang bisa dikatakan juga sebagai teman dekat nya disekolah selain Billy.
"ngapain?" tanya Bella.
"Billy berantem sama vero"
Bella langsung berdiri dari duduknya dan menarik tangan Dian menuju lapangan.
"Bugh"
Suara tinjuan yang keras serta riuh ramai suara teriakan membuat Bella cemas. Pikirannya tak karuan. Khawatir dan cemas bila terjadi apa-apa terhadap Billy.Saat Bella sampai dilapangan, Billy jatuh tepat di hadapan Bella dengan muka babak belur dilengkapi darah diujung bibir.
"Billy pengecut lo, lo cemen banget. gimana mau Bi--" Suara vero terhalang oleh desas-desus anak-anak. Pendengaran Bella buruk sekali. Ia hanya fokus dengan lelaki di depannya.
"Kan, udah gue bilang jangan berantem lagi. Badung banget sih" Ucap Bella.
Mendengar ucapan Bella, Billy hanya tersenyum. Sambil menghapus air mata Bella yang luruh dari pelupuk matanya.
"Mau sampai kapan di tengah lapangan gini? ditontonin banyak orang loh" Ucap Billy sambil tertawa.
Bella menghapus air matanya dan membantu Billy berdiri. Ia mengantar Billy ke UKS untuk mengobati lukanya.
"Aduh, pelan-pelan Bell" ringis Billy.
"tahan dong. Berantem mulu sih"
Mendengar ucapan Bella, Billy mencubit pipi Bella gemas.
"Cubit mulu, melar nanti" Protes Bella.
"Gapapa, kayak badan lo" candaan Billy dihadiahi pukulan oleh Bella. Pada kenyataannya, badan Bella termasuk ideal, hanya saja Billy selalu mengatakan bahwa Bella gemuk.
"Udah nih, gue balik ke kelas ya" ucap Bella.
Billy meraih tangan Bella saat perempuan itu berjalan menjauhinya. Ntah kenapa, sepertinya jantungnya berdetak lebih cepat. Darahnya berdesir seakan ada aliran listrik yang masuk dalam tubuhnya. Ia memandang Billy. Billy menatapnya dengan tatapan yang dalam dan lembut. Membuatnya terhanyut dalam tatapan Billy.
"Jangan tinggalin gue Bell" ucap Billy. Sial, lelaki ini kenapa? kenapa ia selalu mengingatkan pada sosok yang seiring waktu sedikit terlupakan.
"Gue ga kemana-mana. Cuma balik ke kelas" Ucap Bella.
"Mau sampai kapan nih pegang-pegangan kayak mau nyebrang" canda Bella.
Billy tertawa. Ia melepaskan pegangan tangannya pada tangan Bella. Bella keluar dari UKS dan menuju kelasnya.
"Pada dasarnya, lo ninggalin dia Bell" Gumam Billy pelan.
***
"Pesan apa ya?" ucap Bella. Ia tengah berada di sebuah cafe bersama Billy.
"Apa aja yang penting sama kamu" canda Billy.
"receh banget lo"
"gapapa tp suka kan?" perkataan itu seperti menohok hatinya. Perasaan senang bergejolak dalam diri Bella. Memang, ia suka tingkah Billy yang terkadang menyebalkan tapi mampu membuat Bella senang dan tertawa.
"Byur.."
Seorang pelayan tak sengaja menumpahkan es jeruk di baju seorang pelanggan. Yang tepat berdiri dibelakang Bella. Ia mengenakan topi, sehingga Bella tak bisa melihat mukanya."Maaf mas, saya ga sengaja" Ucap pelayan itu.
Lelaki itu mengangguk dan keluar dari cafe tersebut.
"Dia ngelindungin lo tau. Sadar ga?" Ucap Billy spontan.
"sotoy"
"dih emang, dia duduk di pojok kiri ujung. Pas pelayan itu mau jatuh dia langsung kearah belakang lo buat nutupin lo." ucap Billy dengan muka serius. Ibarat detective conan sedang memecahkan masalah.
"Najis, tau semua ya lo" ucap Bella singkat.
"Iyalah, tentang lo apasih yang nggak"
Sepertinya Billy tak memberi waktu untuk jantung Bella tidak berdetak cepat. Selalu saja, ada kata-kata yang ia lontarkan membuat jantung Bella seakan berdisko. Untung saja, Bella belum terkena serangan jantung yang serius karena Billy.
Bella tak menanggapi perkataan Billy. Dengan sekuat tenaga Bella menyembunyikan sikap groginya akibat perkataan Billy. Bella mengalihkan dengan memanggil mas pelayan untuk memesan makanan.
Sedangkan Billy, ia masih saja fokus menatap Bella sambil senyum-senyum sendiri. Sebenarnya, Bella risih. Tapi percuma, jika ia menegur laki-laki itu, ia akan lebih bertindak nekat seperti mendekatkan mukanya? ahhh membayangkan saja sudah membuat Bella malu setengah mati.
" Green tea lava cake and 2 cappucino?" mas pelayan mengantar makanan pesanan Bella tepat diatas meja miliknya. Bella melengkungkan senyumnya pada mas pelayan itu. Yang dibalas oleh senyuman manis oleh lelaki itu, lalu ia permisi untuk kembali kebelakang.
"Ga usah senyum" tutur Billy tiba-tiba. Bella menaikkan alis sebelahnya pertanda bingung. Apa salahnya tersenyum?
"Senyum lo cuma buat gue" Canda Billy. Bella ingin menyanggah perkataan Billy, tapi rasa malu akibat gombalan Billy menggoyahkan pendirian Bella.
"Udahlah, ga usah pake merah tuh pipi. Udah kayak tomat merahnya" Kali ini perkataan Billy membuat Bella mati kutu. Bagaimana tidak? laki-laki di depannya ini selalu melontarkan kata-kata yang selalu membuat jantungnya seakan meledak. Bella kembali menyembunyikan rasa malunya dengan memutar bola matanya dengan malas.
Billy masih dengan santainya menatap Bella tanpa bosan. Sesekali ia menyesap cappucino miliknya tanpa berpaling dari Bella. Tampak sekali, Bella risih dengan tatapan Billy. Tapi Billy tak memperdulikannya, ia masih saja menatap Bella lamat-lamat.
Tanpa mereka sadari waktu sudah petang. Matahari beranjak turun dan akan berganti tugas dengan sang Bulan. Billy mengantar Bella pulang kerumahnya.
"Makasih ya Bill, ga mampir dulu?" tawar Bella.
"Ga usah, belum berani ketemu camer" candanya.
"Najis, sana pergi"
"ngusir nih, ntar kangen" Bella kembali melengkungkan senyumnya. Yang dibalas oleh Billy dengan mengacak-ngacak puncak rambut Bella. Bella mencebik kan bibir nya akibat perbuataan Billy yang sudah membuat berantakan rambutnya.
Billy melajukan motornya setelah pamit dengan Bella. Bella berjalan gontai menuju pintu rumahnya. Tanpa sengaja, ia menendang sebuah kotak yang tak tau dari mana datangnya. Bella mengambil kotak itu, diatasnya tertulis 'To: Bella'. Dengan tidak sabarnya Bella langsung membuka kotak itu. Di dalamnya terdapat gelang tangan yang dihiasi oleh butir-butir mutiara mainan. Ada secarik kertas lagi di dalamnya.
"Dipakai terus ya. Semoga suka -B"
Bella tersenyum senang mendapat gelang yang menurutnya sangat cantik.
"Billy emang suka ngasih kejutan" gumam Bella.
Ia mengambil kotak itu dan masuk kedalam rumahnya. Tanpa ia sadari ada seseorang yang mengamatinya dari luar pagarnya sambil melengkungkan senyumnya. Senyumnya terlihat samar dibawah remang-remang lampu jalan. Setelah mengamati Bella, ia melajukan motornya dan pergi dari rumah Bella.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
bersambung.
Jangan lupa voment ya. Jangan sider hehe💜
KAMU SEDANG MEMBACA
My Memories
Teen FictionBella. "Kau tau? aku mengingat memori ini jauh lebih baik dari siapapun." Bima. "Kau akan selalu menjadi pemeran utama dalam memori ini."