Gosip buruk

1.8K 162 10
                                    

Pagi ini kami bersiap kembali pulang kerumah. Liburan 3 hari 2 malam ini sungguh menyakitkan.

" Aku duduk dibelakang " ucapku meraih tangan Ino.

" Ya baiklah " ucap Sai-kun.

Sepanjang jalan mata Uchiha-san terus melirikku dari kaca spion di dalam mobil. Aku yang sadar terus membuang muka.

Hingga kami tiba dirumah, tak ada percakapan apapun terjadi.

Bruk

" Hinata.. buka pintunya.. Hinata.. "

Tok.. tok..

" Hinata "

Ku tutup mulutku rapat agar dia tak mendengar suara isakku didalam kamar.

" Gomen Uchiha-san.. aku belum bisa menatapmu secara langsung, aku terlalu malu pada diriku sendiri karna mengabaikanmu " batinku.

Libur musim panas yang tersisa kuhabiskan dirumah. Dan kau tau, Uchiha-san datang setiap hari kerumah hanya untuk bisa bertemu denganku.

Sore itu saat aku dan Kaa-sa sedang asik nonton acara drama di tv.

Tok.. tok..

" Biar aku yang buka " ucapku.

Aku bangkit dan melihat siapa yang datang bertamu.

Cklek

" Hina- "

Bruk

Aku langsung berlari ke kamar setelah menutup pintu itu. Kenapa dia tidak jera juga?

" Tolong tinggalkan aku sejenak.. biarkan aku memikirkan semua dengan tenang.. " batinku.

Tok.. tok..

" Hinata buka pintunya jangan seperti ini "

Aku terus diam menahan pintu itu sekuat tenaga agar dia tidak bisa membukanya.

" Hinata apa salahku padamu "

Hatiku semakin perih ketika mendengar suaranya.

Aku tersungkur dilantai bersandar pada pintu kamarku sambil terus menahan isakku yang semakin keras.

" Gomen Uchiha-san... " batinku.

Dan kejadian seperti ini terjadi setiap hari seperti yang kukatakan sebelumnya. Hingga akhirnya liburanku berakhir.

Pagi ini aku meminta Neji nii-san untuk mengantarku ke sekolah karna aku tau Uchiha-san pasti datang.

" Hinata.. "

" Hey aku yang akan mengantarnya mulai sekarang " tahan Neji nii-san.

" Awas "

" Se-ti-ap ha-ri " ucap Neji nii-san meniru cara bicara Uchiha-san dulu.

Aku hanya diam dan langsung masuk mobil Neji nii-san.

" Hinata jelaskan padaku apa yang terjadi.. Hinata.. "

Dia terus memukul kaca mobil ini namun akupun terus membuang muka. Aku sungguh tak mampu dan tak sanggup melihatnya.

" Mau ku jemput nanti siang? "

" Iie "

" Baiklah, hati-hati pada pria itu "

" Hm " anggukku.

Aku langsung berjalan secepat mungkin agar lekas tiba di kelas. Tapi sesuatu diluar dugaanku terjadi. Dimana tiba-tiba beberapa gadis disekolah memojokkanku didepan kelas hingga tak ada celah bagiku tuk lari.

" Na..nani.. "

Dengan tatapan penuh kebencian juga menusuk mereka menatapku.

" Dasar wanita jalang "

Deg

" Kau mencemarkan nama sekolah ini "

" Hey kekasihmu itu orang kaya kan.. "

" Pantas saja dia tak pernah bertahan lama saat mendapat kekasih baru karna dia memang mencari yang kaya "

Apa-apaan mereka semua ini.

Aku hanya diam dan terus memeluk tas ku erat. Kowai.

Tak seorangpun menolongku. Bahkan pria-pria di kelas hanya diam dan melihat dari jauh.

" Keluar kau dari sekolah ini "

" Ya.. kami tidak sudi satu kelas dengan wanita jalang sepertimu "

Dan kata-kata kasar lainnya keluar dari mulut mereka. Menghajarku hingga aku tak mampu berpikir lagi dan hanya bisa menangis.

" Hentikan "

Semua membatu pada posisi mereka masing-masing. Air mataku semakin keras keluar saat melihat Ino menghentikan mereka.

Tapi kemudian aku memilih lari dari kelas. Aku tak ingin melibatkan Ino dalam masalah kali ini. Aku tak ingin Ino di cap jelek juga oleh mereka.

Dan pelarianku terhenti di atap sekolah. Ya, aku bersembunyi disana hingga siang. Saat dimana sekolah sudah sepi dan tak ada seorangpun yang akan menghinaku.

Kejadian itu tak hanya sekali tapi berulang. Hampir setiap hari mereka melihatku dengan tatapan menghina. Belum lagi mencibirku dengan kata-kata kasar lainnya.

Sebenarnya apa yang terjadi disini?

Namun begitu aku tetap masuk dan coba tuk mengacuhkan semua kata-kata buruk mereka yang terlontar untukku.

Berpura-pura tegar didepan mereka walau kadang ada saat dimana batinku tak lagi mampu menahan semua itu.

Seperti saat ini, aku mengurung diri di sebuah kelas yang dijadikan gudang.

Menangis mengingat semua perkataan mereka.

" Iie.. iie... " seruku sambil menutup kedua telingaku.

Dan kembali keluar saat air mataku mengering.

Kadang aku enggan ke sekolah, tapi aku tak mungkin malas-malasan. Aku juga tidak mungkin memberitahu orang-orang dirumah apa yang terjadi disekolah.

Sejak itu aku bahkan tak pernah menghiraukan Ino lagi. Aku takut Ino terkena dampak buruk atas apa yang terjadi.

Cukup aku saja yang menerima semua hinaan itu.

~Skip~

SasuHina - Daisuki DakaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang