#Chapter 01 [Friendship]

98 74 91
                                    

Saat itu aku masih berumur 7tahun, umur segini jamannya para ibu-ibu sibuk banget mondar mandir cari sekolah buat daftarin anaknya masuk SD. Dan aku sebagai anak neptunus, menolak dengan keras untuk masuk SD karena aku dulu mikirnya pasti bosen, gak bisa nontonin Spacetoon lagi karna harus sekolah. Tapi berhubung waktu itu ada anaknya Bu halim, yang juga seumuran sama aku, yakk! Dia yang jadi sahabat tersayangku sampai sekarang, Natan. Dia bilang waktu itu gini.

"Niki kamu gak mau sekolah?"

"Enggak!" Jawabku sambil merengut kesal. "Kamu mau maksa aku sekolah juga, kenapa sih?!"

"Enggak, aku sih gak mau maksa kamu. Aku cuman mau ngasih tau kamu, disekolah itu banyak temen-temennya. Nanti kalau aku temuin temen yang baru kamu gak akan main disini lagi. Dadah Niki" dulu waktu aku mendengar ucapan Natan seperti ini aku takut setengah mati, sampai sekarang juga takut sebenarnya. Sebenarnya Natan juga tidak bisa main tanpa aku, kami berdua sama -sama saling membutuhkan.

Malam hari keluargaku berkumpul diruang keluarga yang luasnya gak kira-kira, mereka sedang membicarakan tentang sekolahku, mereka setuju untuk memasukkanku kesekolah tahun depan saja. Tapi dengan raut wajah polos aku datang dan bilang bahwa aku mau masuk sekolah.

"Ayah Niki mau masuk sekolah."

"Coba sini duduk dulu sama ayah." Lalu aku duduk dipangkuannya, seluruh keluarga melihat dengan senyum mengembang dibibir. "Niki kenapa mau sekola, kemarin gak mau sekolah."

"Kemarin katanya Natan, dia mau nyari temen-temen baru disekolah. Terus Niki gak suka."

"Wah anak ayah pinter sekali, besok panggil Natan kerumah ya, Ayah mau beliin dia coklat karena sudah buat Niki mau sekolah."

"Ayah jangan coklat." Tolakku dengan kekeh, seolah akulah yang paling mengerti tentang Natan. "Natan sukanya Ice Cream, Ice Creamnya yang ada kacangnya yah."

"Yasudah nanti Bunda deh yang beliin." Sambar Bunda, anggota keluargaku yang lain hanya tertawa, kala itu aku benar-benar tak tau apa yang sedang ditertawakan. Tapi sekarang aku juga masih bisa tertawa geli kalau mengingat hal tersebut.

Ketika hari pertama masuk sekolah, aku melihat begitu banyak anak didalam ruang kelas 1 bersama Bunda, ramai sekali rasanya aku ingin cepat-cepat pulang saja. Benar kata Natan disekolah akan banyak teman-teman, tapi yang akan menjadi temanku hanya Natan saja.

"Bun, kita pulangnya kapan?" Tanyaku yang sudah tak tahan lagi.

"Masih lama sayang."

"Niki pengen jajan."

"Nanti saja, nanti kamu gak dapat tempat duduk." Ucap Bunda, ya resiko sekolah negeri seperti ini kalau diawal masuk tidak punya tempat duduk nanti akan susah dihari hari berikutnya.

"Niki mau ngedot bun, bunda bawa dot niki?" Tanyaku kepada Bunda, mukanya kaget mungki gak nyangka aku akan nanya hal itu disekolah. Dulu waktu kecil aku gak pernah bisa lepas dari endot, ya botol susu bayi. Tapi botol susu kosong, hanya untuk ngempengin. Rasanya tanpa ndot aku gak akan bisa ngapa2in, lemes bawaanya. Yaelah bocah!

"Ehh gak boleh, malu dong Niki." Teriak bunda masih dengan wajah syoknya.

"Kan gak keliatan."

"Gak!" Jawabnya yang langsung kembali memperhatikan pengarahan dari wali kelasku, ya sepertinya aku sudah agak lupa.

***

Sudah 1 bulan aku masuk sekolah SD, ternyata rasanya asik punya teman banyak, aku dan Natan berada dibeda sekolah aku di SDN Pekayon 06, dan Natan SDN 12 Petang. Sebenarnya sekolah kami satu gedung, hanya saja karna berbeda jam nama sekolahnya jadi berbeda. Aku masuk sekolah pagi jam 06.00-12.00 sedangkan Natan dari jam 12.00-16.30 WIB. Tiap aku pulang sekolah, Natan selalu menunggu didepan kelasku sambil bawa roti lapis berisi coklat.

"Niki ini untuk kamu dirumah." Katanya sambil memberikan kotak makan bergambar Doraemon.

"Yey." Lalu aku mengambil kotak makan itu. "Natan, aku nunggu kamu dirumah ya, dadah."

***

Rasanya mengingat masa-masa kecilku yang dilengkapi oleh Natan benar-benar sebuah berkah dari Tuhan. Aku mendapatkan masa kecil yang benar-benar menyenangkan. Waktu berjalan terus berputar, keluargaku dan keluarga Natan sempat jatuh terpuruk bersama karena bisnis Ayah dan ayahnya Natan habis ditipu orang, dan ya itu semua berhasil membuat keluarga kami berdua hancur berantakan. Tiap hari aku mendengar Bunda dan Ayah ribut dikamar, dan nanti Ayah keluar sampai dua hari, Bunda menangis dikamar, Nenek terus menenangkan Bunda pagi, siang, dan malam. Aku hanya bisa diam, tak tau harus berbuat apa. Natan pun sama halnya seperti keluargaku, keluarga Natan jauh lebih parah kondisinya, tidak bisa dipungkiri lagi keluarga kami berdua jatuh miskin. Tapi aku dan Natan masih bisa tertawa bersama diluar, ya setidaknya aku masih bisa berada diatas rumah pohon bersama dengan Natan. 4tahun bukanlah waktu yang singkat untuk keluargaku bangkit menata semuanya dari nol lagi, dan setelah Ayah berhasil Ayah membantu Om Halim (Ayah Natan) untuk kembali bangkit juga. Tahun 2009 ahirnya kami kembali berhasil dan dapat stabil lagi, Ayah dan Om Halim kembali menjadi patner, begitu juga aku dengan Natan, masih menjadi sahabat yang tak terpisahkan.

"Niki sekarang ayah sering beliin aku mainan, ayah juga beliin buat kamu." Ucap Natan kala itu, sambil memberikan bungkusanan mainan boneka yang bisa jalan.

"Ayahku juga, aku dibelikan gaun-gaun ulangtahun baru, kamu juga dibelikan jas pesta kecil sama ayah." Mungkin ini adalah uang gajian Ayah setelah masuk perusahaan baru lagi. Senang rasanya Niki ayah.

"Ayah udah gak marah-marah, Niki."

"Ayahku juga Nat, gak pernah berantem sama Bunda lagi."

"Kenapa ya?"

"Gak tau."

"Tapi aku seneng kamu masih selalu jadi sahabat aku nik." Senyumny yang tulus membuat aku yakin bahwa dia adalah sahabat yang dispesial dan aku beruntung akan itu.

"Ya aku juga Nata."

"Sesuatu yang diceritkan bukan dari apa yang kita geluti, atau bukan dari pengalaman hidup kita sendiri lebih susah untuk dituangkan dalam tulisan. Sama halnya dengan melepaskan seseorang yang kita rasa sudah menyatu lahir batin dalam diri kita. Walaupun dijauhkan sejauh apapun, dia akan kembali lagi."

SIDE BY SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang