Hari pertama masuk sekolah setelah satu bulan libur semesteran, hari ini menjadi yang paling ku nanti-nantikan. Ya walaupun di sekolah, sama di rumah gak ada bedanya.
Aku langsung memilih tempat duduk di samping Natan, ya karena setelah acara keluarga di pantai silam, Ayah di tugaskan ke Malaysia jadi kami semua ikut bersamanya, jadi aku tidak bertemu dengan Natan lagi sampai masuk sekolah hari ini. Jadi banyak rindunya.
"Udah nyampe ajah lu disini?" Tanyanya yang langsung menaruh handphone ke meja, melihat aku menaruh tas di samping bangkunya.
"Yalah ngapain lama-lama, tar gua bosen."
"Lah, tumben."
Lalu dibarisan belakang cowo-cowo kelas XI, Aldi meneriakiku.
"Weeh Nik, tampah cakep ajah sih lu?" Lalu teman-temannya ikut memperhatikanku.
"Iye ya, Nat gua pinjem sehari boleh?" Celetuh Riki.
"Bangsat, maen ajah udeh lu sono. Yang ini mah punya gua." Balas Natan sambil melempar botol Aqua yang terisi setengah.
Lalu mereka tertawa terbahak-bahak. Aku menceritakan perjalanan liburanku, dan ya sekaligus menanyakan tentang kejadian hilangnya dia di hutan di acara keluarga silam.
"Gua sebenernya gak nyasar Nik, cuman gua keperosok kedalem lumpur, terus ditolongin ama cewe, kayanya sih warga situ terus gua di ajakin kerumahnya buat istirahat dulu. Terus malemnya ada yang datang ke tempat itu, katanya nyari gua dari pengurus villa.
Disitu gua seneng banget.""Gak berkelas cerita lo."
"Lu juga, kata bunda pingsan, kenapa?"
"Lo tau gue gak bisa nampung banyak beban fikiran, ditambah gue cape fisik. Yaudah, langsung ngegubrak."
"Buahhahaaha."
***
Istirahat pertama ku habiskan di kantin bersama Natan, tapi kali ini seperti ada yang berbeda, aku melihat seseorang yang berhasil mengambil perhatianku.
"Nat, siapa tuh?" Aku menendang kakinya dari bawah meja.
"Mane?" Tanyanya, matanya liar mencari-cari orang yang ku tunjuk itu.
"Yang pakai earphone putih itu, kaca mata. Itu cowo Nat."
"Oalah, dia kan seangkatan sama kita Nik." Jawabnya, mendengar pernyataan itu hatiku langsung berdebar, seangkatan tapi aku sama sekali tidak mengenalnya.
"Yang bener? Kok gue gak tau?"
"Ya lu mah kan taunya cuman Rendy doang."
"Wah kurang ngajar, jan ampe gue siram kuah bakso nih." Aku mengangkat sedikit mangkuk bakso ku.
"Paling nyesel nanti." Jawabnya dengan sambil tertawa cekikikan.
"Hih. jadi itu anak dari kelas berapa?" Tanyaku lagi.
"XI-IPA 4." jawabnya sambil menyeruput jus jambu. "Namanya Desman, dia itu dulu sempet join band akustik gua, terus gak tau kenapa udah gak pernah muncul lagi."
"Lho Nat, lo deket sama dia kok gak pernah cerita sih kalo punya temen kaya dia?" Protesku dengan raut wajah kesal.
"Bentar deh, sejak kapan ya lu mau tau temen-temen gua, bukannya anti banget?" Godanya, kata-katanya penuh jebakan.
"Ya abis lo punya temen juga gak ada yang bener." Jawabku singkat, seolah ingin menghentikan pembicaraan sampai disitu saja. Syukurlah, Natan pun hanya mengangguk-anggukan kepala.