8. Foto

1.3K 92 7
                                    


Dana yang baru saja mendapat telepon, langsung berdiri dan bergegas keluar ruangan. Tak lupa membawa kunci mobilnya.

"Dana! Kamu mau ke mana?" teriak Indra.

"Ini gawat! Aku harus pergi."

Dana menjawab sembari berlari menuju lift. Indra menggelengkan kepala melihat perilaku Dana. Ia berdecak lirih sembari mengikuti langkah sahabatnya.

Suasana tegang tercipta sepanjang perjalanan. Dana mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Sedangkan Indra berdoa dalam hati semoga dia selamat sampai tujuan.

Ekspresi pucat menghiasi muka Indra. Tangannya memegang erat sabuk pengaman. Sedangkan matanya, melirik sekilas ke arah Dana.

"Mau ke mana, sih?" tanya Indra penasaran.

"Ola pingsan," jawab Dana singkat.

"Pingsan ..."

"Jangan bertanya lagi kalau mau selamat."

Dana langsung memotong perkataan Indra. Kali ini, ia tidak ingin mendengar pertanyaan atau perkataan apa pun. Ia hanya ingin segera sampai tujuan.

Ya Tuhan, apa yang sebenarnya telah terjadi.

Sesampainya di studio foto, Dana bergegas menuju ruangan Ola. Di sana ia melihat Ola terbaring di sebuah sofa dengan mata terpejam.

"Apa dia sudah sadar?" tanya Dana mendekati tubuh Ola.

"Sudah. Sekarang dia tertidur," jawab Lena. Dana mengangguk paham.

Dana mengelus pipi chubby Ola dan merapikan helai rambut yang menutupi wajahnya. Ola menggeliat. Tanpa Dana sadari, Lena dan Indra meninggalkannya. Mereka hendak memberikan privasi pada Dana dan Ola.

"Sayang, bangun dong."

Dana berbisik lirih di telinga Ola. Mendengar suara Dana, Ola membuka mata perlahan-lahan.

"Dana?" tanya Ola sembari mengerjapkan mata.

"Iya. Bagaimana keadaanmu?" tanya Dana yang masih setia mengelus rambut Ola.

Kamu kenapa, La? Apa yang kamu sembunyikan dariku? gumam hati Dana.

"Sejak kapan kamu di sini?" tanya Ola bingung.

Ola berusaha duduk. Dengan bantuan Dana, ia menyandarkan tubuh ke sofa.

"Barusan ... kamu kenapa?"

Ola hendak menjawab, namun bibirnya tertutup rapat ketika melihat bayangan tubuh seseorang di belakang Dana. Mata Ola terbelalak tak percaya. Bayangan itu mengingatkannya akan kejadian sebelum kegelapan mengambil alih tubuhnya.

Ola melihat sesosok lelaki berpakaian pengantin. Ekspresi bahagia terpancar dari wajah tampannya. Akan tetapi, raut bahagia itu memudar ketika tatapannya bertemu dengan kedua bola mata Ola. Senyum bahagianya berganti seringai licik.

Tubuh lelaki tersebut terbelah dua. Memunculkan sosok perempuan berkebaya yang memandang Ola dengan tatapan membunuh dan senyum mengerikan.

Gumaman lirih terdengar dari bibir pucatnya. Seketika angin berembus kencang menampar tubuh Ola. Mata Ola membulat sempurna saat ia mengerti apa yang diucapkan perempuan tersebut.

"Ola ..." panggil Dana sambil melambaikan tangan di depan wajah Ola.

"Eh. Iya?" sahut Ola tergagap.

"Apa sih yang kamu lihat?" tanya Dana menolehkan kepala ke belakang, "tidak ada apa-apa gitu," lanjutnya.

"Itu ..."

Misteri Kebaya PengantinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang