Mimpi

1.1K 88 0
                                    


MIMPI




***



"Kaa-san akan slalu mendoakanmu Naru"

Mata sebiru samudra itu terbelalak, dadanya terasa sesak saat ia mendengar suara yang menggema didalam tidurnya.

Memangnya hantu tidur ?

Entahlah, yang jelas Naruto suka memejamkan mata layaknya manusia yang tertidur.
Walau tidak benar-benar tidur, setidaknya Naruto ingin merasakan yang namanya tidur.


Lagi,

Naruto merasa dadanya yang kembali terasa sangat menyesakkan, suara itu terngiang-ngiang dikepalanya.
Naruto tidak tahu suara siapakah itu,
Yang jelas ada rasa hangat ketika mendengar suaranya itu.

....

Naruto melihat ke sekelilingnya, hamparan rumput terbentang mengingatkannya bahwa ia sekarang berada ditaman.

Naruto tidak ingat sejak kapan dia ada disini, yang jelas tempat ini cukup bagus dan menyenangkan, ia berfikir nanti saat pulang, Naruto akan mengajak Hinata kemari.

"Mungkinkah ada pangeran yang akan menyatakan cintanya padaku ?".


Naruto menghela napas dalam,

Kenapa ?

Kenapa ucapan Hinata barusan selalu saja mengganggu dirinya.
Naruto tidak pernah tau arti dari pertanyaan Hinata waktu itu,
Bahkan ia juga tidak tau jawaban apa yang pas untuk menjawab pertanyaan Hinata itu.

Yang Naruto tau, ia memiliki perasaan itu pada Hinata.

-aku mencintaimu..

-aku mencintaimu hime..

-aku mencintaimu Hinata..


_aaaggrrrhhh..
Andai Naruto bisa menjawabnya begitu, mungkin rasa frustasi ini tidak akan terjadi padanya.
"Apa kau menyukai pria lain Hinata ?"

Naruto terlentang, memandang langit luas diatas sana,

"Tidak mungkin aku mencintaimu Hinata, dan tidak akan mungkin terjadi.
Aku hanyalah jiwa kosong bagai asap yang melayang.
Dan kau---
kau akan akan menjalani hidupmu selanjutkannya dengan lelaki pilihanmu..
Lelaki yang akan menyayangimu sepenuh hati, memberikanmu cinta yang nyata. Dan pasti dapat memberikan segala hal yang tak mungkin kau dapatkan dari 'hantu' sepertiku",


Sejenak Naruto memejamkan matanya saat bayangan Hinata memenuhi pikirannya,

"Aku ini hantu, tapi kenapa malah kau yang menghantuiku ?, tck_"

T

ubuh Naruto melayang, menghampiri, dan memandang sungai kecil yang tidak jauh darinya.
Ia bercermin, menatap air sungai yang mengalir pelan.

Hampa dan kosong, Naruto mengeraskan rahangnya saat tidak melihat bayangannya didalam air, hanya pantulan langit biru yang terlihat.

Hal itu cukup menyadarkan Naruto untuk segalanya,

Untuk dirinya yang tidak mungkin bersanding dengan manusia hidup seperti Hinata.

"Mungkin sudah saatnya aku pergi ke akhirat..,"


Naruto memejamkan matanya,
mengikuti langkah tanpa ujung, mencoba menyusuri jalan lenggang dengan terbata, hingga tiba-tiba sosok itu muncul,

Sesosok wanita cantik bersurai merah sedang menangis,

Cepat-cepat Naruto membuka mata dan tersadar,

Siapa wanita itu ?

Perasaan apa ini ?

Kenapa hatiku merasa sakit ?

Ada apa denganku ?

"Kaa-san akan slalu mendoakanmu Naru".

Naru ?

Siapa Naru ?

Kenapa wanita itu menangis ?

Berbagai macam pertanyaan muncul dibenak Naruto, telinganya terasa sakit saat mendengarnya menangis, hatinya terasa remuk melihatnya, ingin rasanya Naruto memeluk wanita itu.

.
.
.

Dimana aku ?

"Naruto...."

Aku tersentak, berbalik badan dan melihat wanita itu lagi.

Wanita yang lagi-lagi menangis sambil memanggil namaku,

Tanganku bergerak ingin menyentuhnya, ingin rasanya membagi kehangat untuknya, menenangkannya, menenggelamkan setiap kesedihan yang terpancar dari wajah ayunya.

Tapi aku tak dapat menyentuhnya.
Berkali-kali akuu coba menyentuhnya,
hingga aku terjatuh tepat dihadapannya.

Aku memeluknya, namun tubuhku tak dapat merasakannya.
Aku hanyalah bayangan yang tidak dapat menyentuhnya.
Sentuhku slalu menembus setiap bagian dari tubuh wanita itu.

Kenapa ?
Kenapa aku tak dapat menyentuhnya ?
Apa yang terjadi pada tubuhku ?
Kenapa rasanya aku ingin berteriak dan menangis ?

Tanpa aku sadari air mata sudah membasahi kedua pipiku,

aku melihat tanganku yang perlahan mulai menghilang.
Kakiku terasa ringan seperti tak terlihat, aku menatap wanita itu yang terus menangis, bola mataku terus memandangnya tanpa memalingkannya.
Hingga tiba-tiba ada sesuatu yang menarikku,
Ketika aku sadar, aku telah menjadi seberkas cahaya, dan tubuhku menghilang.

Suara tangisan itu perlahan menghilang dari indra pendengaranku, perlahan semakin jauh,
Sampai suara tangisan itu benar-benar lenyap dan hilang tak terdengar lagi.

Semuanya menghilang,...
Aku sekarang sendiri dan akan selalu sendiri.

Hingga aku tersentak, kedua mataku terbuka lebar,
Aku melihat langit biru yang begitu luas.

"Ternyata hanya mimpi.....,"









Tbc,


INDIGO [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang