Ada rasa aneh

1K 95 0
                                    


●●●



Disepanjang perjalanan Hinata masih memikirkan tentang cerita Kushina beberapa waktu lalu, ada banyak yang hal yang ada dipikirannya.

Hinata berfikir tentang nama Naruto yang disebutkan wanita itu, kedai Ichiraku , dan kecelakaan.
Tiga kata itu membuat kepalanya dipenuhi tanda tanya. Ada berbagai macam prasangka yang Hinata sendiri tidak mengerti,
Mungkin kah itu Naruto yang ia kenal ?
Mungkinkah Naruto berkaitan dengan cerita itu ?
Dan masih banyak lagi pertanyaan yang membuat Hinata tidak berhenti menghela napas sejak tadi.

Langkahnya pun terhenti sejenak, Hinata teringat akan cerita penjual dikedai ~Ichiraku~ waktu itu.
Hinata merasa ada sesuatu yang aneh, sesuatu yang membuatnya ingin mengorek-ngorek cerita tentang putranya bibi Kushina.

Begitupun dengan Naruto, jika memang semua yang ada dipikiran Hinata itu benar.
Maka dengan senang hati Hinata akan membantu Naruto.

Hinata kembali menghela napas,
Sepasang rembulan itu memandang benda keras dihadapannya, benda itu terlihat seperti bekas kaleng soda yang sudah penyok, memandanya, membuat Hinata ingin melampiaskan semua masalah yang berkecamuk didalam hatinya. Hingga tanpa sadar, kakinya mengayun keras dan menendang kaleng itu dengan sekuat tenaga.

Buagh*

"Iitaaii.."

Hinata terpaku.

Sedangkan sosok yang berseru kesakitan itu hanya menatap kaleng itu kemudian mengambilnya.

Sasuke berbalik, memastikan siapa gerangan yang berani kurang ajar karna sudah membuatnya kesakitan.

Gadis itu__

Sasuke mengenalnya,

"G-Gomennasai...," tutur Hinata benar-benar terkejut dan tidak menyangka kalau kaleng yang ia tendang tadi melayang mengenai pria yang tak asing baginya.
"A-Aku tidak sengaja..," lanjutnya, dan menunduk dalam tidak berani menatap Sasuke.

Hinata meremas jemarinya, semakin merasa bersalah saat mengetahui siapa pemuda dihadapannya ini.
Tubuh mungilnya mulai bergetar ketika Sasuke berjalan perlahan mendekat dengan wajah marah seperti siap menerkam Hinata detik itu juga.

Hinata mengintip dari cela poni yang menutupi dahinya,
__sungguh wajah Sasuke lebih menyeramkan dari semua hantu yang pernah ia lihat.

"M-Maaf Sasuke-san..,"

Langkah Sasuke terhenti, wajah yang tadinya terlihat menyeramkan tiba-tiba berubah datar, menatap Hinata dengan dingin.
"Kau mengenalku ?"

"Huh ?.."
Hinata meneguk ludah, entah mengapa jantungnya berdetak kencang.

Hingga akhirnya Hinata memberanikan diri untuk memandang Onyx kelam Sasuke.
__tampan,
Satu kata yang terlukis dipikiran Hinata. Sungguh ketampanannya mampu membuat semua kaum hawa bertekuk lutut dihadapannya.
Termasuk Hinata yang benar-benar terkunci tidak bisa berpaling sedikitpun.

"Bukankah kau kasir dikantin sekolahku ?". tanya Sasuke yang membuyarkan lamunan Hinata.

"Aah, haik.. maafkan aku". jawabnya.
Hinata pun kembali menundukkan karna merasa bersalah dan sekaligus juga merasa senang bisa memandang wajah tanpan Sasuke sedekat ini.

"Hn".


Hening__

Tak ada percakapan di antara mereka, hingga tanpa mereka sadari, dari kejauhan tampak sepasang saffir sebiru samudra itu menatap mereka dengan perasaan yang tak menentu.

Ingin rasanya Naruto menghampiri Hinata dan menjauhkannya dari lelaki yang berwajah datar tanpa ekspresi itu, namun Naruto tak ingin mengusik kebahagiaan Hinata.

Naruto dengan jelas bisa membaca wajah Hinata yang tampak menyembunyikan rasa senangnya hanya karna berhadapan dengan pemuda itu.

"Kau belum menjawab pertanyaanku, apa kau mengenalku ?".tanya Sasuke sekali lagi.

"Emm.. ya, aku mengenalmu Sasuke-san"

Sasuke menatap dalam kearah Hinata, hingga mampu membuat Hinata gugup setengah mati.

"Kalau begitu mulai sekarang jangan mengenalku lagi".jelasnya.
Tanpa merasa berdosa, Sasuke berbalik melenggang pergi meninggalkan Hinata begitu saja.

Bagai di sambar petir disiang bolong, Hinata menatap punggung Sasuke yang semakin jauh tak terlihat.

Bukankah Hinata seharusnya sadar, tidak mungkin pemuda seperti Sasuke mau berteman dengannya. Sungguh Hinata sangat salah jika berharap pada Sasuke walau hanya sebesar biji kacang, karna pemuda itu benar-benar terlihat tidak menyukai Hinata.

Satu tetes air mata lolos dipipi kanan Hinata, dengan cepat Hinata menghapusnya, tidak pantas Hinata menangis untuk orang seperti Sasuke.
Pemuda jahat__

Hinata meremas dadanya,
"Rasanya perih, tapi tidak berdarah".

Naruto yang sedari tadi melihat interaksi antara mereka pun mengepalkan tangannya,
Matanya ikut menatap punggung Sasuke yang semakin jauh tak terlihat.
Ada rasa marah saat Naruto melihat air mata Hinata meluncur begitu saja.

Siapapun yang berani menyakiti Hinata, maka tamatlah riwayatnya.

"Tunggu pembalasanku !!,"






.
.
.




"Andai aku bisa memelukmu Naruto..,"

Naruto tersenyum, menemani Hinata yang duduk menenggelamkan kepalanya diatas lutut yang tertekuk.
"Maaf..,"

Hinata menengadah, menatap Naruto dengan senyum termanisnya.
Matanya menatap bayangannya sendiri, kemudian ada rasa sedih saat melihat Naruto tanpa ada bayangan seperti dirinya.

"Haruskah aku mati agar bisa memelukmu ?,"

Naruto terdiam,
Ada rasa aneh dihatinya.

Kenapa dia tidak menyangkal ?
Kenapa justru hatinya berharap kalau Hinata menjadi hantu sepertinya ?
Ada apa dengan dirinya ?
Haruskah Naruto sejahat ini ?

Tapi sungguh,

Andai bisa, akan Naruto lakukan apapun agar bisa memeluk Hinata.








Tbc,

INDIGO [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang