Pembalasan

1K 92 14
                                    

♡♡♡

Disepanjang perjalan tadi hatinya tak henti-henti mengerutu tanpa jeda, bertemu gadis seperti Hinata adalah kesialan baginya.

Gadis itu, selain terlihat aneh, Sasuke juga merasa kesal karna dia telah berani membuat kepalanya terasa sakit oleh kaleng kosong yang sempat terlempar kearahnya.

Pertemuan yang tidak sedikitpun mengesankan, malah sangat menyebalkan bagi Sasuke. Ingin rasanya ia menjambak dan mematahkan kaki gadis bermata Lavender itu. Mungkin terkesan kejam, yha itu lah Uchiha, tidak pernah peduli dengan siapapun. Hanya bisa semena-mena dalam hidupnya.

Hingga tiba saatnya makan malam di kediaman Uchiha.
Rumah yang cukup megah namun terkesan sepi, karna memang penghuninya hanya Sasuke dan beberapa maid saja.

Kedua orang tua Sasuke sibuk bekerja diberbagai kota, hal itu membuat sebagian kehidupannya terasa sunyi.

Sehabis merapikan diri Sasuke langsung menuju dapur untuk makan malam, walaupun ia sadar bahwa yang ada dimeja makan hanya dirinya yang ditemani berbagai menu lezat yang menggugah selera.

Sekecap demi kecapan ia melahap menunya, hingga kenikmatan yang terasa disetiap indra perasanya pun terhenti, mata kelam nya mulai melirik kesudut kanan. Sekuat tenaga ia menelan ludahnya yang terasa serat dikerongkongannya.

Bulu kuduknya mulai merinding ketika ia menyadari bahwa kran yang ada diwasstafelnya menyala sendiri, Sasuke menepis segala sesuatu yang berkecamuk dihati dan fikirannya. Ia perlahan berdiri dan berjalan kearah kran air yang masih mengalir untuk mematikan krannya.

Namun seketika lampu yang tergantung diatas meja makan Sasuke pun berkedip-kedip beberapa kali. Apakah seorang Uchiha mempunyai rasa takut ? Ya jelas, yang ia hadapi bukan manusia. Melainkan  berbagai persepsi yang muncul dibenaknya.

Hantuuuu ??

Hantuuuu ??

Hantuuu ??

Argghht.. semua analisa itu membuat seorang Uchiha Sasuke bergetar. Bergetar ? Ya, dengan wajah datarnya Sasuke menyembunyi segala rasa takut yang telah bersemayam dihatinya.

Namun tidak untuk Naruto, ia tertawa puas melihat ketakutan Sasuke. Naruto terus memainkan saklar lampu didapur tempat Sasuke berada, dengan sesekali Naruto menggeser kursi meja makan yang terlihat seakan-akan bergerak sendiri.

Naruto mulai mendekat kearah Sasuke yang berdiri dengan kaki bergetarnya.
"HANTU.SETAN.IBLIS. ENYAAAH DARIII SINIIII" teriak Sasuke yang menutup rapat matanya.

"Tck, kau merasa takut Uchiha ? Hn ?" jawab Naruto yang mungkin tidak dapat didengar oleh Sasuke.

Naruto mulai menampakkan wujud tubuhnya dihadapan Sasuke, ia terbang melayang ala Casper dengan menampilkan wajah pucat serta mata merahnya.
"Kau takut padaku, hn ?"

Perlahan Sasuke membuka matanya, ia terbelalak sempurna melihat sosok Naruto dihadapannya, kakinya mulai lemas, tangannya bergetar meremas bagian bawah kaosnya, peluh keringat menetes disetiap inchi wajahnya. Sasuke terduduk lemas dibawah meja.

"A.aa.apa mm.mau mu ? P.PERGIII" teriak Sasuke yang sudah tak mampu berdiri menopang tubuh tegapnya.

Naruto mendekat dan semakin mendekat, ia mulai membuka mulutnya dan berakting seperti seorang vampir yang haus akan darah, namun vampir yang tak mempunyai -taring.

"Sasuke-samaa" teriak maid yang menemukan Sasuke sudah tergeletak tak sadarkan diri dilantai.

"Rasakan pembalasanku Uchiha" tawa puas Naruto yang sudah berada diluar jendela besar yang menghubungkan taman belakang rumah dengan dapur serta ruang keluarga, dan dalam sekejap mata Naruto menghilang tanpa jejak.



.
.
.



Hinata dan Naruto tampak lelah karna berlari menuju kediaman sederhananya,
Hinata mencoba meraup semua udara disekitarnya, ia terasa kehabisan nafas karna berlari.

Naruto hanya tersenyum simpul memandang kelakuan Hinata yang menurutnya sedikit menggemaskan.

"aku mau mandi dulu Naruto, setelah itu aku akan menyiapkan makan malam" ucap Hinata yang mengatur nafas dan menghempaskan tubuhnya disofa.

"Kau tak perlu menungguku Hinata, aku masih ada urusan" jawab Naruto yang masih berdiri diambang pintu,

Naruto memang hantu yang dapat melayang menembus apapun, namun ketika bersama Hinata ia sesekali bersikap seperti layaknya manusia. Ia mulai berjalan menapakkan kakinya, ia mulai ikut makan bersama Hinata walaupun kenyataannya makanan yang tersaji hanya seperti pajangan. Namun tidak untuk Hinata, ia dapat melihat Naruto yang makan dengan lahap setiap makanan yang disajikan Hinata. Itu cukup menjadi obat untuk rasa sepi dihidupnnya.

"Urusan apa Naruto ? Tumben sekali" tanya Hinata penuh curiga menatap sepasang mata biru itu.

"Kau tak perlu tau hime, aku hanya ingin memberi pelajaran kepada seseorang" jelasnya yang tiba-tiba menghilang menjadi sekumpulan asap putih.

.
.
.

Naruto tertawa mengingat percakapannya dengan Hinata sebelum memberi perlajaran kepada Sasuke.

Apalagi melihat Sasuke yang tidak sadarkan diri, membuat Naruto semakin tertawa durjana.

Naruto keluar dari dalam cermin dirumah Hinata, sesekali tertawa lagi saat membayangkan wajah Sasuke yang ketakutan.

Hingga tanpa Naruto sedari, Hinata berdiri menatap aneh kearahnya.

"Kau seperti habis menang undian lotre-?" tanya Hinata dengan wajah curiga melihat kelakuan Naruto.

"Yosh.. aku memang sungguh bahagia" jawabnya dengan cengiran khas nya.

"Tentaaang ?" selidik Hinata yang memajukan wajahnya pada wajah Naruto

"Tentaaaaaaang........."Naruto menjeda ucapannya agar membuat Hinata semakin penassaran."RA~HA~SI~A" tawa Naruto pun kembali meledak.

Hinata menghela napas, kemudian menatap tajam kearah Naruto dengan sesekali bergumam 'awas saja kau'.

Hanya itu yang terdengar oleh Naruto, selebihnya ia kembali tertawa tanpa memperdulikan Hinata.

Hingga tiba-tiba sebuah bantal melayang kearahnya.

Hinata mengepalkan tangannya, semakin geram karna bantal itu melewati Naruto begitu saja.

Oh ya Tuhan, Hinata lupa kalau dia hantu.


Buagh,

Hinata menggeram kesal, dia kalah telak saat Naruto melempar bantal tepat mengenai wajahnya.

Andai Naruto manusia,

Sudah habis dia ditangan Hinata.


Namun hingga beberapa saat, kekesalan Hinata berubah menjadi sebuah lengkungan indah dibibir manisnya, ia tersenyum ketika melihat Naruto yang menjulurkan lidahnya karna sukses melempar umpan tepat pada sasarannya.

"Entah mengapa aku bahagia melihatmu tersenyum bahagia Naruto, tetaplah seperti ini, tetaplah berada disampingku Naruto"



Tbc,

INDIGO [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang