Emi

11 1 0
                                    

Setelah beberapa hari kami mulai terbiasa hidup memisahkan diri di hutan. Emi benar-benar datang ke sini setiap hari, entah apa tujuannya. Namun dia orang yang benar-benar baik. Selalu menemanu Shane dan mengajarkan banyak hal padanya.

"Ibu maukah jadi ibuku?" Shane mengatakannya.

"Aku tidak bisa menjadi ibumu jika tidak ada cinta antara aku dengan ayahmu Shane sayangku"

Shane berlari menghampiriku dan berkata. "Papa bukankah papa mecintai ibu Emi?" entah apa yang harus aku katakan pada putraku yang belum mengerti apa-apa ini. Aku hanya tersenyum dan berkata bahwa satu-satunya yang aku cintai dulu adalah ibunya (Lotus) dan sekarang hanyalah kamu sendiri Shane. Shane pergi meninggalkanku kembali menuju Emi, mereka sangat akrab bagaikan anak dan ibunya sendiri.

"Shane meski ibu Emi tidak bisa menjadi ibumu, setidaknya sayangilah dia dan anggaplah dia sebagai ibumu" aku mengatakannya pada Shane di depan Emi. Emi tersenyum manis ke arahku, aku pun membalas senyumnya. Hari sudah mulai gelap Emi kembali ke rumahnya. Dia terus mengunjungi Shane setiap harinya, aku sangat bahagia seakan Shane benar-benar memiliki sosok seorang ibu.

"Kamu yakin akan terus disini Louis?" Emi menanyakannya padaku, aku yang tidak tahu lagi akan ke mana hanya mengangguk.

"Iblis sudah menyerang dan menguasai kota sedikit demi sedikit, mungkin tidak lama lagi mereka akan menuju ke sini" Emi mengatakannya menunjukan foto kericuhan yang di sebabkan para iblis di kota. Melihat itu aku menjadi cemas, namun apa dayaku aku tidak bisa melakukan apapun.

"Aku ingin melindungi putraku apapun yang terjadi!" aku mengucapkannya dengan lantang namun tidak tahu apa yang akan kulakukan untuk melindunginya.

"Mengapa kamu tidak berlatih untuk memusnahkan iblis-iblis itu, iblis bukanlah dewa, aku yakin ada cara untuk membunuhnya" Emi mengatakannya dengan penuh keyakinan yang terpancar pada matanya. Aku yang juga berfikiran kalau iblis bisa di musnahkan sebelum mempengaruhi anak ku, pertanyaan yang muncul adalah bagaimana caraku memusnahkannya. Emi menyarankanku belajar di tempat bela diri yang ada di kota, tentu kota yang belum tercemar iblis-iblis itu. Aku menurutinya dan esok harinya Emi mengantarku ke tempat bela diri pedang. Disana banyak sekali orang yang berlatih, kebanyakan dari mereka memiliki tujuan yang sama yaitu untuk membinasakan semua iblis yang telah membuat negara ini resah. Bukan hanya negara, mungkin telah membuat seluruh dunia ini resah.

"Semuanya kita dapat teman baru!" seorang ketua disana mengatakannya.

"Bawakan aku alat pengukur kecocokan sihir itu!" seorang anggota mengambilkan alat yang membentuk sarung tangan berbahan besi. Aku di suruh meletakan tanganku di situ untuk di ukur tingkat sihir yang aku miliki. Alat itu di pasangkan di tanganku, tidak lama kemudian alat itu di nyalakan. Tiiit... tiiit... tiiiit... alat itu meledak. Semua orang yang ada disitu terkejut, menodongkan pedang ke arahku.

"Apa kau iblis?" mereka mengatakannya.

"Ada apa? Mengapa kalian berkata seperti itu"

"Sihir mu terlalu besar, bahkan ketua tidak memiliki sihir sebesar itu. Hingga mampu merusak alat itu" Mereka mengatakannya menangkap dan mengikatku. Mereka semua mengecek ku, syukurlah aku memiliki tanda pengenal dan mereka mencoba untuk mengeluarkan darahku. Karena iblis tidak bisa berdarah.

"Biar aku lakukan sendiri" aku mengambil pisau dan menusukannya di jariku. Darahpun sedikit mengalir, mereka yang tadinya mengira aku adalah iblis sekarang menjadi tenang. Namun di saat yang bersamaan aku kehilangan Emi. Aku menuju ke tempat Emi memarkirkan mobilnya tadi, di sana hanya ada surat. Tertulis "Berlatihlah terus disana, jadilah pahlawan. Sesekali pulanglah, aku akan merawat Shane di rumah itu" aku menjadi tenang setelah membacanya. Dan memutuskan untuk pulang setidaknya 1 minggu sekali. Orang-orang disana sangat menerima kedatangannku, bahkan ketua mengatakan mungkin aku akan menjadi pahlawan paling kuat dengan pedang pusaka yang ada di tangannya. Karena sihir yang aku hasilkan sangatlah besar, mungkin ini karena Lotus. aku dan Lotus sudah berhubungan, mungkin sihirnya mengalir dalam tubuhku sekarang. baiklah dengan begini aku dapat melanjutkan keinginanku, dan tujuan utamaku adalah melindungi putraku. Demi Lotus yang sudah mengorbankan nyawanya hanya untuk melahirkan Shane putra tercinta kami.

Half ( Sebuah Kutukan )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang