BAB 11

82 10 0
                                    

*Ps. Aku add audio danilla supaya lebih mantap bacanya hehe, Nyalain ya!*

BUGH

Bola itu dengan keras menerpa wajahku yang membuat sebuah cairan merah kental turun dari hidung ku ini. Terasa kepala ini terngiang-ngiang yang memunculkan sebuah bintang berputar putar di sekitar kepala ku.

"Alexi! Kuat dong kalau jadi laki tuh! " Teriak ayah ku setelah melempar bola tersebut.

"Buruan berdiri lagi! ," Perintahya lagi sambil menarik lengan ku dengan paksa.

Aku tetap dalam posisi jongkok sambil menahan rasa sakit di bagian hidung ini, ditambah aku harus bisa menahan sebuah genangan air yang ingin keluar dari mata ku. Jika sampai setitik pun keluar, bisa-bisa ayah tidak akan senang kepadaku yang lemah dan cengeng ini.

" Ayo Alexi! berdiri! ," Paksanya lagi sambil berusaha memberdirikan tubuhku yang mungil ini.

Aku pun berusaha memperkuat diriku untuk membuat ayah senang kepadaku, dan akhirnya aku pun berdiri layaknya zombie yang selalu tidak tegak.

"UDAH YAH! INI BUKAN PELATIHAN MILITER! ," Teriak seorang perempuan dari pintu yang menuju ke halaman belakang. Yap, itu adalah ibuku.

Lalu aku hanya menyaksikan mereka yang saling beradu argumen di depan ku. Panas, ya itulah yang kurasakan di kuping ku, ingin rasanya ku lepas sementara untuk menjadi seseorang yang tuli akan kejadian yang sangatlah tidak semua anak inginkan.

Mata ini pun terasa berat, kepala ku mulai lelah untuk memproses semua hal yang sedang terjadi. Lama-lama mata ini pun semakin malu dan berusaha untuk tertutup, sepertinya mereka malu karena harus menyaksikan orangtua ku yang saling ber-adu argumen didepan anaknya.

Bugh

" Liat tuh anak lo jadi jatoh pingsan ! ,"

" ASTAGA Alexi, Ayo sama mama ya sayang-- Ini semua gara gara kamu! ,"

Dua argumen itulah yang terakhir kali ku dengar pada saat itu. Indahnya suasana gelap ini yang menenangkan pikiran ku walaupun hanya sejenak.





🌜Split Love🌛





Silau sekali saat ku buka kedua mata ini, Rasanya ingin ku tutup lagi untuk kembali tidur. Tetapi suara isakan tangis itu menghantui pikiran dan membuat ku terbangun dari tidur yang sangatlah tenang.
Ku tengok ke arah asal suara tangisan tersebut, dan melihat ibu yang sedang terduduk disamping kasur sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan nya.

"Bu, Alexi ga kenapa-kenapa kok. Ibu gausah nangis lagi--," kataku pelan sambil memegang tangannya.

Dia hanya terus menangis dan menangis sampai sampai nafas nya mulai terdengar sesak. Aku merasa diriku ini sangatlah tidak berguna, Aku bukanlah anak yang mereka inginkan. Ayah selalu menginginkan ku sebagai anak yang hebat dalam olahraga dan kuat dalam berkelahi. Tetapi aku hanyalah seorang anak yang kaku dan seseorang kutu buku, berbeda jauh dengan apa yang ayah mau. Dan sekarang aku selalu membuat ibu ku menangis.

"Ibu gamau kalau kamu ninggalin ibu sendirian dengan ayah mu, Seperti apa yang telah kakak mu lakukan ke ibu," Jawabnya tiba tiba mencairkan suasana yang hening ini.

"Engga bu, Aku gabakal ninggalin ibu kaya kak Veno lakuin," Balasku untuk menenangkan hati nya.

Ya, memang benar abangku yang sudah SMA itu sudah meninggalkan rumah entah pergi kemana, Dia selalu saja memperhatikan ku dari jauh . Kukira dia peduli kepadaku, Tapi nyatanya tidak, Lalu Ia pun pergi meninggalkan aku sendiri tanpa meninggalkaan satu kata pun. Dan itu sangat membuat hati ibu sangat hancur.

Split Love // On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang